BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Setelah
berakhir periode klasik Islam, ketika islam mulai memasuki masa kemunduran,
Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat
dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan
islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang
mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak dapat
dipisahkan dari pemerintahan islam di Spanyol. Dari Islam Spanyol di
Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam berhasil mencapai
masa keemasaan, Spanyol merupakan pusat perdaban Islam yang sangat penting,
menyaingi baghdad di timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak
belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam disana. Islam menjadi “Guru”
bagi orang Eropa. Karena itu kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik
perhatian para sejarawan.
B.
RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana Masuknya Islam
Ke Spanyol ?
2) Apa saja Perkembangan Islam Di
Spanyol ?
3) Apa saja Kemajuan
Peradaban Islam Di Spanyol ?
4) Apa Penyebab Kemunduran Dan
Kehancuran Islam Di Spanyol ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MASUKNYA ISLAM KE SPANYOL
Islam
pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara.
Spanyol sebelum kedatangan Islam dikenal dengan nama Iberia/ Asbania, kemudian
disebut Andalusia, ketika negeri subur itu dikuasai bangsa Vandal. Dari
perkataan Vandal inilah orang Arab menyebutnya Andalusia.[1]
Sebelum
penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya
sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya
atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705
M).Khalifah Abd al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi
gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah
digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa ibn Nushair
memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain
itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa
Barbar di pegunungan-pegunungan. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari
pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani
Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan
Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum dikalahkan
dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang
menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gotik. Dalam
proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan
paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn
Malik, Tharik ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai
perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan
benua Eropa itu dengan satu pasukan perang lima ratus orang di antaranya adalah
tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.
Ia
menang dan
kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Di
dorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan
Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar
untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M
mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn
Ziyad.
Thariq
ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan Spanyol karena pasukannya
lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar
suku Barbar yang di dukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab
yang dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di
bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan
pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar
(Jabal Thariq). Dalam pertempuran di Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan.
Dari situ seperti Cordova, Granada dan Toledo (Ibu kota kerajaan Goth saat
itu).[2] Kebudayaan
islam memasuki Eropa melalui beberapa jalan, antara lain melewati Andalusia.
Ini karena kaum muslimin telah menetap di negeri itu sekitar abad 8 abad
lamanya. Pada masa itu kebudayaan Islam di negeri itu mencapai puncak
perkembangannya. Kebudayaan Islam di Andalusia mengalami perkembangan yang
pesat di berbagai pusatnya, misalnya Cordova, Sevilla, Granada, dan Toledo.[3]
Kemenangan
pertama yang di capai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan
wilayah yang lebih luas lagi. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh
kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai
Navarre. Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa
pemerintahan Khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya
menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang
kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya di mulai pada
permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh ke
Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan-kemenangan
yang di capai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan
dari adanya faktor eksternal dan internal.
Faktor
eksternalnya antara lain pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam,
kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang
menyedihkan.[4] Begitu
juga dengan adanya perebutan kekuasaan di antara elite pemerintahan, adanya
konflik umat beragama yang menghancurkan kerukunan dan toleransi di antara
mereka.[5] Kondisi
terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, raja terakhir yang
dikalahkan Islam. Awal kehancuran Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan
ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza yang saat itu menjadi
penguasa atas wilayah Toledo diberhentikan begitu saja.
Hal yang
menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri
dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu
orang Yahudi yang selama ini tertekan juga telah mengadakan persekutuan dan
memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin. Adapun faktor
internalnya yaitu suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh
perjuangan dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah
Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya
kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Sikap toleransi agama dan persaudaraan
yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol
menyambut kehadiran Islam di sana.
B.
PERKEMBANGAN ISLAM DI SPANYOL
1.
Periode Pertama
(711-755 M)
Pada periode
ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang di angkat oleh
Khalifah Bani Umayah yang terpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas
politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih
terjadi, baik dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam
antara lain
berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis
dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah di
Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing
mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh
karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam
jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan
seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan
etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab
sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing yaitu suku Qaisy
(Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini sering kali
menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh.
Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu
mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama. Periode ini
berakhir dengan datangnya Abd al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138
H/755 M.
2.
Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode
ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (Panglima
atau Gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintah. Spanyol menjadi
bagian dari imperium Islam dalam masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik. Sejak
itu Spanyol merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Islam.Bangsa Spanyol
bahagia dan makmur di bawah pemerintahan Muslim. Ia tetap menjadi bagian dari
kekhalifahan Umayah hingga pecahnya pemberontakan Abbasiyah. Abbasiyah berhasil
menegakkan kekuasaannya di berbagai bagian imperium kecuali Spanyol. Di sana
seorang putra Bani Umayah mendirikan pemerintahan yang merdeka.
Pendiri dinasti
Umayah yang merdeka ini ialah Abdurrahman bin Abi Spfyan, cucu Khalifah Umayah
ke 10, Hisyam. Dia adalah salah seorang di antara sedikit Bani Umayah yang
terlepas dari Pembalasan dendam yang keji dari khalifah Abbasyiah yang pertama,
Asaffah. Setelah singgah lima tahun di Palestina, Mesir, dan Afrika, akahirnya
dia sampai di Geuta. Disana dia diberi perlindungan oleh seorang Berber,
keluarga pamannya dari pihak ibu.Kemudian
mengutus
pelayannya, Badar, untuk berunding dengan orang-orang Siria di Spanyol. Orang-orang
Siria merupakan pendukung utama bani Umayah, dan mereka siap menyambut pemuda
petualang dari dinasti kesayangannya itu. Karena itu Abdurrahman pergi ke
Spanyol dan memperoleh sambutan hangat pada tahun 755 M. Pribadi yang menarik
dari seorang Petualang muda ini serta nama besar keluarganya, membuat dia memperoleh
dukungan rakyat. Gubernur Abbasiyah yang lemah memeranginya di Masarah. Pertempuran
Masarah itu merupakan pertempuran yang menentukan. Yusuf gubernur Abbasiyah
untuk Spanyol, dikalahkan karena Khalifah Manshur tidak dapat mengirimkan
bantuan pada waktunya. Abdurrahman menjadi penguasa Spanyol dan menempatkan
dirinya di Singgasana Spanyol sebagai seorang amir yang merdeka (756 M). Maka
di dalam masa enam tahun sejak kejatuhan pemerintahan Umayah, suatu dinasti
Umayah yang baru didirikan di Spanyol.[7]
Semenjak
menjabat sebagai penguasa Spanyol, Abdur Rahman menghadapi berbagai gerakan
pemberontakan internal. Gangguan pihak luar yang terbesar adalah serbuan
pasukan papin, seorang raja prancis dan putranya bernama Charlemagne. Namun
pasukan penanggung jawab ini dapat dikalahkan oleh kekuatan Abdur Rahman. Belum
selesai menangani aksi pemberontakan ia keburu meninggal dunia pada tahun 172
H/788 M., sebelum Amirat Umayah di Spanyol ini berdiri tegak[8].
a.
Hisyam I (172-180 H/788-796 M)
Abdur Rahman di gantikan oleh putranya yang
bernama Hisyam I (172-180 H/788-796 M). Ia merupakan penguasa yang lemah lembut
dan administrator yang liberal. Ia menghadapi pemberontakan yang dilancarkan
oleh saudaranya sendiri di Toledo, yakni Abdullah dan Sualiman. Pemberontakan
ini dapat ditaklukan oleh Hisyam. Selanjutnya Hisyam mengarahkan perhatiannya
ke wilayah utara. Umat Kristen yang tidak henti-hentinya melancarkan gangguan
keamanan ditindasnya sekaligus berhasil mengalahkan kekuatan perancis. Kota
Norebonne ditaklukkannya, sementara suku-suku yang tinggal di Galicia
mengajukan perdamaian.
Hisyam merupakan penguasa yang adil, dan
bermurah hati khususnya terhadap rakyatnya yang lemah dan miskin. Ia senantiasa
ingin mengetahui keluhan si miskin ia senantiasa dengan keluar malam masuk
perkampungan di kordoba, dan dengan mengunjungi mereka yang sedang sakit. Lalu
meringankan beban mereka dengan membagikan sejumlah uang. Sekalipun
tempramennya lemah lembut, namun seringkali ia menunjukan sikap tegas terhadap
para pesuruh dan pemberontak yang mengancam stabilitas Negara.
b)
Hakam I (796-822 M)
Hakam I menggantikan ayahnya, Hisyam I,
menduduki tahta Spanyol. Dia adalah orang yang tidak baik dan tidak mulia. Dia
suka dilingkungi kemegahan dan pertunjukan-pertunjukan. Pembawaanya suka
senang-senang dan menikmati kehidupan yang diperolehnya, dia sangat kecanduan
dengan minum anggur.
Tak lama setelah pelantikannya, hakam
dihadapkan pada pemberontakan yang hebat dari para pembelot yang dipimpin oleh
seorang Faqih. Orang-orang faqih itu sangat mempengaruhi para pembelot yang
tinggal di pinggiran kota Cordova sebelah selatan, yang ketika itu ibu kota
Spanyol Muslim. Karena kedermawanan kebijakan Hisyam yang disalahgunakan, kaum
faqih itu menjadi suatu kekuatan di negeri itu. Dia menghindari semua campur
tangan dalam urusan Negara” karena frustasi dalam harapannya memperoleh
kekuasaan, dan merasa bangga akan kependetaan mereka, mereka menjadi penghasut
dengan pidato-pidato. ”Oleh karena itu, kaum faqih berusaha membakar kefanatikan
orang-orang Spanyol Muslim. Pengaruh mereka di antara orang-orang itu tak
terhingga. Sebagian besar penduduk di seleruh jazirah itu adalah mualaf, yaitu
orang-orang yang baru masuk Islam. Mereka diangap rendah oleh orang-orang Arab
yang berdarah murni. Pemimpin kaum faqih itu, Yahya bin Yahya, berkomplot
dengan sekelompok kaum bangsawan untuk mengangkat seorang paman Hakam ke atas
singgasana Kordofa. Akan tetapi, komplotan itu tercium sehingga tokoh-tokoh
faqih serta kaum bangsawan, sekitar 72 orang jumlahnya, di bunuh, dan Yahya
selamat melarikan diri.[9]
Hakam meninggal pada tahun 207 H/ 822 M,
setelah berkuasa selama 26 tahun, suatu periode yang paling banyak diwarnai
pertempuran. Ibnu Al-Athir, mencatatnya sebagai penguasa Andalusia pertama yang
bijaksana sekaligus ke satria. Satu kekurangannya adalah tidak bersikap ramah
terhadap fuqaha. Ia tidak menghendaki campur tangan fuqaha dalam urusan Negara.
Inilah sebab timbulnya gerakan fuqaha yang berusaha menggulingkan kekuasaan
hakam. Mererka muncul sebagai oposisi hakam dan berusaha menciptakan kegaduhan
sehingga melatari gerakan pemberontakan di Gordoha.[10]
c)
Abdurrahman II (822-852 M)
Hakam digantikan oleh anaknya, Abdurrahman,
yang nama panggilannya Ausad. Pergantiannya tidak terlepas dari persaingan
karena Abdullah, anak Abdurrahman I, melakukan usaha untuk menduduki tahta.
Namun hal ini gagal dan Abdullah harus tunduk.
Pemerintahan tidak terlepas dari
kesulitan-kesulitan. “orang-orang Kristen dari Merida bangkit memberontak di
bawah pimpinan Mahmud bin Al Jabar, bekas pengumpul pajak dan sulaiman bin
Martin. Penyebab pemberontakan ini adalah pembebanan pajak atas barang
sehari-hari dan kekejaman para mentri serta para pengumpul pajak“. Abdurrahman
menumpasnya dengan kekerasan. Bajingan-bajingan itu ditundukkan dan 7000
pemberontak di bunuh. Suatu pemberontakan yang baru pecah di Toledo. Dalam
pemberontakan itu para neo/muslim dan orang-orang Yahudi mengambil bagian. Pemberontakan
itu dipimpin oleh seorang muallaf yang bernama Hasyim. Akan tetapi, Hasyim
dapat dikalahkan dan di bunuh dan para pemberontak itu dicerai-beraikan.
Menjelang akhir pemerintahan, golongan fanatic
dari penduduk Kristen di Kordova bangkit memberontak. Pemberontakan ini
mengambil sikap yang paling membahayakan. Mereka menghina orang-orang Islam dan
menjelek-jelekkan Nabi mereka. Tidak beralasan bagi orang-orang Kristen untuk
mengeluh terhadap pemerintahan Arab. Mereka memperoleh kebebasan
beragama,
kehidupan social dan ekonomi serta di beri jabatan-jabatan yang penting dalam
pengelolaan Negara. Orang-orang Kristen itu sangat terpengaruh oleh kesusasteraan
dan bahasa Arab. Mereka juga mengadopsi perilaku dan adat istiadat Arab tanpa
memeluk agama Islam. Orang-orang Kristen yang terpengaruh oleh Arab itu, yang
disebut Mozarab, dibenci oleh saudara-saudaranya yang fanatic dengan mencela
mereka sebagai tidak beragama. Pasra pemimpin golongan masyarakat ini adalah
seorang pendeta, Enlogios dan sahabatnya, Alvaro. Mereka menggerakkan yang
tidak puas dan dengan cara itu meningkatkan kebencian golongan yang keras
kepala. “Fitnahan kepada Nabi Muhammad dan kepada Islam oleh orang-orang
Kristen mempunyai arti yang sangat pentinmg di dalam sejarah Islam di Spanyol. Hal
itu menunjukkan sikap keras kepala orang-orang Kristen yang menolak
pemerintahan Muslim dan mengutuk setiap yang berbau Muslim”. Abdurrahman harus
mengambil tindakan yang efektif di dalam masalah itu, dan mengakibatkan banyak
laki-laki maupun perempuan yang suka rela mati sebagai syuhada.[11]
Abdurrahman mewarisi kejayaan dan kemakmuran
yang diciptakan oleh pendahulunya yaitu Hakam. Kerusuhan yang terjadi pada saat
itu antara lain ditimbulkan oleh umat Kristen di daerah pendalaman yang
dikepalai pimpinan Suku Leon, dan juga terdapat serbuan bangsa Norman terhadap
wilayah pantai Spanyol. Kedua kekuatan asing ini dapat dikalahkan pada masa
pemerintahan II selama 30 tahun ini, perekonomian rakyat mengalami kemajuan dan
kemakmuran. Ia sangat mencintai seni, kepustakaan, dan berusaha membangun
Kordoba sebagai Baghdad II. Ia mendirikan sejumlah Istana, taman dan menghiasi
Ibu kota dengan berbagai bangunan mesjid yang indah. Banyak Ilmuwan berkumpul
di istananya yang sebagian mereka berasal dari Baghdad.
d)
Muhammad I (238-273 H / 853-886 M)
Muhammad menggantikan kedudukan ayahnya yaitu
Abdurrahman II. Pada masa ini masyarakat Kristen Toledo dengan bantuan pimpinan
suku Leon bangkit menentang Muhammad. Pasukan Muhammad menumpas
kekuatan
pemberontak dalam pertempuran di Guadelet. Di Kordoba timbul gerakan perusuh. Muhammad
segera menempuh langkah-langkah pengamanan ibu kota ini dengan menumpas semua
kekuatan pemberopntak. Kekacauan di pusat pemerintahan ini dimanfaatkan oleh
bangsa Perancis dengan menciptakan gangguan di wilayah utara, dan oleh
Normandia yang melancarkan serbuan terhadap wilayah pantai Spanyol.
Kedua kekuatan asing ini dapat dikalahkan oleh
pasukan Muhammad I. Pada akhir masa pemerintahan, muncul sejumlah
pemberontakkan di berbagai pennjuru. Seorang muslim Spanyol yang bernama Musa
mengklaim sebagai penguasa atas kota Aragon. Pemberontakan di wilayah barat
dipimpin oleh Ibnu Marwan. Pemberontakan terbesar terjadi di wilayah perbukitan
antara kota Ronda dan Malaga yang dipimpin oleh Umar ibnu Hafsun.
e)
Munzir (273-275 H/886-888 M)
Munzir merupakan penguasa yang energik dan pemberani.
Seandainya ia berusia panjang, niscaya ia cukup mampu menegakkan kedamaian dan
ketertiban Negara. Munzir memimpin sendiri pasukan untuk menghadapi kekuatan
Umar ibn Hafsun. Ia ke buru meninggal sebelum mengamankan Negara dari gangguan
para pemberontak.
f)
Abdullah (275-300 H/888-912M)
Abdullah merupakan saudara Munzir. Menurut ibn
Al-Athir, “Pada masa ini timbul gerakan pemberontakan dan kerusuhan di segenap
penjuru wilayah Spanyol. Kondisi ini berlangsung sejak awal masa pemerintahan
Abdullah hingga berakhir”. Ia tidak hanya mendapat perlawanan dari masyarakat
Spanyol pedalaman, tetapi kelompok Aristokratis arab juga menentangnya.
Pertengkaran yang sengit terjadi antar kelangan Arab, kalangan Seville, kalngan
Elvire. Pertengkaran ini sangat mengancam kekuasaaan raja. Umar ibn Hafsun
memanfaatkan kondisi pertengkaran ini dengan upaya memperluas wilayah kekuasaan
hingga mendekati batas Ibu kota. Abdullah mengarahkan pasukannya untuk menumpas
gerakan pemberontakan di bawah pimpinan Obaydullah. Pemberontakan yang
terbesar selama
ini, yakni pemberontakan Umar ibn Hafsun berhasil dikalahkan oleh pasukan
Obaydullah, sehingga pemberontakan kecil lainnya segera tunduk kepadanya. Tahta
kerajaan berhasil ditegakkannya.[12]
3.
Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini
berlangsung mulai dari pemerintahan Abd al-Rahman III yang bergelar “An-Nasir”
sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk
al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar
Khalifah, penggunaan khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada
Abdurrahman III, bahwa Muktadir, Khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad
meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilainnya, keadaan
ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam
kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang tepat untuk memakai
gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun
lebih. Karena itulah gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah
besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abd al-Rahman
al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode
ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan
daulat Abbasiyah di Baghdad.Abd al-Rahman al-Nasir mendirikan universitas
Cordova.
Akhirnya pada
tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan
khalifah.Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil
yang berpusat di kota-kota tertentu.
4.
Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode
ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif yang berpusat di suatu
kota seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya
adalah Abbadiyah di Seville.Pada periode ini umat Islam
memasuki masa
pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara
pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat
kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama
kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif
penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual
terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan
sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.
5.
Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode
ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi
terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun
(1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada
mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di
Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang
berpusat di Marakesy. Pada masa dinasti Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan
Kristen, tepatnya tahun 1118 M.
Dinasti
Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumazi (w.1128). Dinasti ini datang ke
Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun’im. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen
memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang di
alami Muwahhhidun menyebabkan penguasanya memilih meninggalkan Spanyol dan
kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan
penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali
Granada lepas dari kekuasaan Islam.[13]
6.
Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada peride ini
yaitu antara tahun (1232-1492) ketika umat islam Andalus bertahan diwilayah
Granada dibawah kuasa dinasti bani Amar pendiri dinasti ini adalah Sultan
Muhammad bin Yusuf bergelar Al-Nasr, oleh karena itu kerajaan itu disebut juga
Nasriyyah.[14]
Periode ini,
Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar
(1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman
an-Nasir. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini
berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam perebutan kekuasaan. Abu
Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya
yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha
merampas kekuasaannya. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan
oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand
dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan
penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta. Tentu saja, Ferdenand dan
Isabella yang mempersatukan kedua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu
tidak cukup puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di
Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen
tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand
dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah
kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan
kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun
1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.
C.
KEMAJUAN PERADABAN
1.
Kemajuan Intelektual
Spanyol
adalah negara yang subur. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk
yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan) al-Muwalladun (orang-orang
Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara),
al-shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi
tawanan Jerman dan di jual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara
bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih
menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir
memberikan saham intelektual terhadap
terbentuknya
lingkungan budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan
pembangunan fisik di Spanyol.
a)
Filsafat
Islam di
Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan
sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu
pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. minat terhadap filsafat dan
ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan
penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M).
Tokoh
utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn
al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Tokoh utama yang kedua adalah
Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asa, sebuah dusun kecil di sebelah
timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M.
Bagian
akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang
terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Rusyd dari Cordova[15]. Pada
abad ke 12 diterjemahkan buku Al-Qanun karya Ibnu Sina (Avicenne) mengenai
kedokteran. Di akhir abad ke-13 diterjemahkan pula buku Al-Hawi karya Razi yang
lebih luas dan lebih tebal dari Al-Qanun.[16]
b)
Sains
Abbas
ibn Fama termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia orang yang pertama kali
menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam
ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan
menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat
menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahad ibn Ibas dari
Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umi al-Hasan bint Abi Ja’far dan
saudara perempuan al-Hafidzh adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan
wanita.
Dalam
bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak
pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang
negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Bathuthah dari Tangier
(1304-1377 M) mencapai Samudra Pasai dan Cina. Ibn Khaldun (1317-1374 M)
menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dart Tum adalah perumus
filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol yang
kemudian pindah ke Afrika.
c) Fikih
Dalam
bidang fikih, Spanyol dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang
memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziyad ibn Abd al-Rahman. Perkembangan
selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pad masa Hisyam ibn
Abd al-Rahman. Ahli-ahli fikih lainnya yaitu Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir ibn
Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.[17]
Sedillot
berkata, “Mazhab Maliki itulah yang secara khusus memikat pandangan kita karena
hubungan kita dengan bangsa Arab Afrika. Pada waktu itu pemerintah Prancis
menugaskan Dr. Peron untuk menerjemahkan buku Fiqh Al Mukhtashar karya Al
Khalik bin Ishaq bin Ya’qub (w. 1422 M).[18]
d)
Musik dan Kesenian
Dalam
bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan
tokohnya al-Hasan ibn Nafi yg dijuluki Zaryab. Setiap kali diadakan pertemuan
dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal
sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya
baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya
tersebar luas.
e)
Bahasa dan Sastra
Bahasa
Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Di antara
para ahli yang mahir dalam bahasa Arab, baik
keterampilan
berbicara maupun tata bahasa yaitu Ibn Sayyidih, Ibn malik pengarang Alfiyah,
Ibn Huruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu
Hayyan al-Gharnathi.
2.
Kemegahan Pembangunan Fisik
Orang-orang
memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan
untuk mengecek curah air waduk dibuat untuk konservasi. Pengaturan hydrolik itu
dibangun dengan memperkenalkan roda air asal Persia yang dinamakan na’urah
(Spanyol Noria). Namun pembangunan fisik yang paling menonjol adalah
pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman,
taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota
al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun,
mesjid Seville dan istana al-Hamra di Granada.
3.
Faktor-faktor Pendukung Kemajuan
Spanyol
Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat
dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti
Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir.
Keberhasilan
politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan
penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah dan adanya
toleransi yang ditegakkan oleh penguasa terhadap penganut agama Kristen dan
Yahudi.
D.
PENYEBAB KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN
1.
Lemahnya
Kekuasaan Bani Umayyah II dan Bangkitnya Kerajaan-Kerajaan Kecil di Andalusia
Menurut data sejarah, pada saat itu kerajaan Islam di Spanyol
terpecah-pecah menjadi kerajaan kecil. Sepeninggal dinasti Umayyah, kerajaan di
Spanyol menjadi 20 wilayah kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan itu antara lain
bani Ibad di Seville, bani Hamud di Malaga, bani Zirry di Granada, bani Hud di
Saragosa, dan
yang
terkenal adalah bani Dzin Nun yang menguasai kota Toledo, Valensia, dan Marusa.
Raja-raja kecil ini sering berebut kekuasaan, yang satu menghantam yang lain,
sehingga kekuatan mereka menjadi lemah, sedangkan pada saat yang sama,
raja-raja Eropa bersatu. Raja Al-Fonso VI dan Leon mengadakan kerjasama dengan
Australia, Castilia dan raja-raja lainnya. Mereka bersatu menghimpun kekuatan
untuk menghancurkan kekuatan Islam di Spanyol. Kekuatan baru inilah yang dapat
menaklukkan kota Granada pada tahun 898 H / 1492 M. Dengan jatuhnya kota
Granada, berakhirlah kekuasaan Islam Arab pada masa itu di Andalusia, setelah
mereka menguasai negeri itu selama delapan abad.
2.
Timbulnya
Semangat Orang - Orang Eropa Untuk Menguasai Kembali Andalusia
Kekuatan Islam berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dan selama
itu pula orang-orang Eropa mulai menyusun kekuatannya untuk menghancurkan
Islam. Pada saat kekuasaan Islam mulai melemah, mereka segera menyusun kekuatan
baru yang luar biasa. Serangan demi seranganpun dilancarkan terhadap kekuasaan
Islam, tetapi pada mulanya masih dapat digagalkan. Pada masa pemerintahan Bani
Ahmar (1232- 1492), khususnya pada masa pemerintahan Abdurrahman Al-Nasir,
kekuatan umat Islam dapat dipulihkan kembali. Akan tetapi menjelang akhir
hayatnya, ia mewariskan kekuasaan itu kepada adik kandungnya. Akibatnya Abu
Abdullah Muhammad sebagai anaknya merasa kecewa, dan menuntut balas terhadap
ayahnya. Dia mengadakan pemberontakan yang menewaskan sang ayah, tetapi kursi
kerajaan tetap pada pamannya. Abu Abdullah kembali menyusun rencana
pemberontakan dengan meminta bantuan penguasa Kristen Ferdinand dan Isabella.
Permintaan itu dikabulkan dan pamannya tewas terbunuh. Setelah itu, segudang
hadiah yang terdiri dari emas berlian, diserahkan kepada Ferdinand dan
Isabella. Tetapi para penguasa Kristen itu, tidak merasa puas dengan hadiah.
Bahkan mereka ingin merebut kekuasaan Abu Abdullah dan mengenyahkan kekuasaan
Islam dari tanah Spanyol. Rencana penyerangan pun disusun, dan pada saat
pasukan Abu Abdullah dikepung selama beberapa hari, akhirnya Abu Abdullah
menyerah tanpa syarat dan bersedia hengkang dari bumi Spanyol pada tahun 1492
M. Dengan demikian, tamatlah
sudah
riwayat perjuangan umat Islam di Andalusia. Pada saat yang bersamaan, penguasa
Eropa Kristen dengan leluasa menancapkan kakinya di bumi Andalusia setelah
selama delapan abad berada di tangan kaum Muslimin.
3.
Hancurnya
Kekuasaan Islam dan Rendahnya Semangat Para Ahli Dalam Menggali Budaya Islam
Hancurnya kekuasaan Islam di Andalusia pada tahun 1492 M berdampak
negatif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Para Ilmuwan
dilanda kelesuan, mereka tidak semangat lagi menggali dan mengkaji ilmu
pengetahuan. Mereka seakan berputus asa ketika melihat serangan yang
bertubi-tubi dilancarkan kepada umat Islam, terutama lagi tindakan penguasa
Kristen itu terhadap peradaban Islam. Mereka menyaksikan banyak pusat-pusat
peradaban di hancurkan, bahkan para ilmuwan sendiri, tidak sedikit yang tewas
di bunuh tentara Kristen di Spanyol. Peristiwa yang tragis dan sangat
mengenaskan itu, amat membekas di lubuk hati para ilmuwan, sehingga mereka
banyak yang lari menyelamatkan diri ke Afrika Utara. Peristiwa pahit yang
terjadi pada tahun 1492 M itu, membawa dampak psikologis bagi para ilmuwan
muslim. Mereka tidak lagi mempunyai gairah untuk bangkit kembali dan memajukan
peradaban Islam, melalui ide-ide cemerlang dan usaha kreatif mereka selama ini
yang telah memberikan andil besar bagi kemajuan peradaban Islam. Dampak yang lebih
jauh dari sikap para ilmuwan muslim yang demikian itu, adalah terjadinya
kemandegan peradaban. Peradaban Islam mengalami masa-masa suram dan penurunan
kualitas intelektual umat Islam. Akhirnya harapan dan keinginan umat Islam yang
mendambakan agar bangkit kembali membangun peradaban Islam, yang pernah jaya di
masa lalu tak pernah terwujud.
4.
Banyaknya
Orang-Orang Eropa Yg Menguasai Ilmu Pengetahuan Dari Islam
Begitu besarnya perhatian para penguasa muslim dan para ilmuwannya
terhadap ilmu pengetahuan maka mereka saling bekerja sama untuk memajukan
bangsa dan negara. Banyak penelitian dan pengkajian dilakukan, lembaga-lembaga
riset dibangun, Sekolah Tinggi dan Universitas didirikan. Di lembaga ini
tidak
hanya orang Islam yang diberi kesempatan mempelajari ilmu pengetahuan, tetapi
semua orang termasuk orang Kristen. Akibatnya banyak orang-orang Kristen Barat
yang tertarik dan belaaajar di Universitas-Universitas Islam itu. Karena
tertarik oleh metode ilmiah Islam, banyak para pendeta Kristen yang menyatakan
diri untuk belajar di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Contohnya seorang
pendeta Roma, Italia bernama Roger Bacon ( 1214 – 1292 M.), ia datang ke Paris
untuk belajar bahasa Arab antara tahun 1240 sampai 1268 M. Setelah mahir
menguasai bahasa Arab, ia segera membaca dan menterjemahkan berbagai ilmu
pengetahuan yang ditulis ilmuwan muslim dalam bahasa Arab. Ilmu yang menarik
hatinya adalah ilmu pasti. Buku-buku yang asli berbahasa Arab dan hasil
terjemahannya banyak di bawa ke Inggris. Lalu disimpan di Universitas Oxford.
Hasil terjemahan Bacon itu, diterbitkan dan menggunakan namanya sendiri. Ia
tidak menyebutkan nama-nama asli pengarang buku-buku itu, yang tak lain adalah
ilmuwan-ilmuwan muslim. Di antara karangan yang diterjemahkannya dan tidak
menyebutkan nama asli pengarangnya itu, adalah kitab Al Manadzir karya Ali
Al-Hasan Ibnu Haitsam ( 965 – 1038 M ). Di dalam buku itu terdapat teori
tentang mikroskop dan mesiu, kemudian buku itu disebut sebagai karya Roger
Bacon.
5.
Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna.
Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan
Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan dapat mereka
termasuk posisi hierarkhi tradisional asal tidak ada perlawanan bersenjata.
Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan
orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan Negara Islam di
Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada
abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam
sedang mengalami kemunduran.
6.
Tidak adanya Ideologi Pemersatu
7.
Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa kedua Islam di Spanyol, para penguasa membangun
kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat "serius",
sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnyaq timbul kesulitan ekonomi yang
amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
8.
Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahliwaris. Bahkan,
karena inilah kekuasaan bani Umayyah runtuh dan Muluk At-Thawa'if muncul ke
Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ketangan
Ferdinand an Isabela, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
9.
Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia
selalu berjuang sendiri, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara.
Dengan demikian tidak ada kekuatan alternative yang mampu membendung
kebangkitan Kristen disana.[19]
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Islam
pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara.
Wilayah Andalusia yang sekarang disebut dengan Spanyol diujung selatan benua
Eropa, masuk kedalam kekuasaan dinasti bani Umayah semenjak Tariq bin Ziyad,
bawahan Musa bin Nushair gubernur Qairuwan, mengalahkan pasukan Spanyol
pimpinan Roderik Raja bangsa Gothia (92 H/ 711 M). Spanyol diduduki umat islam
pada zaman kholifah Al-Walid (705-715), salah seorang khalifah dari Bani Umayah
yang berpusat di Damaskus. Perkembangan Islam di Spanyol berlangsung
lebih dari tujuh setengah abad. Perkembangan itu dibagi menjadi enam periode
yaitu: Periode Pertama (711-755 M), Periode Kedua (755-912 M), Periode Ketiga
(912-1013 M), Periode Keempat (1013-1086 M), Periode Kelima (1086-1248 M), dan
Periode Keenam (1248-1492 M).
Kemajuan
peradaban itu dipengaruhi oleh kemajuan intelektual yang di dalamnya terdapat ilmu
filsafat, sains, fikih, musik dan kesenian, begitu juga dengan bahasa dan
sastra, dan kemegahan pembangunan fisik. Faktor-faktor pendukung kemajuan
Spanyol Islam, diantaranya kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya
penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan
kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman
al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir. Keberhasilan politik
pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya
yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah dan adanya toleransi yang ditegakkan
oleh penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi. kemunduran dan
kehancuran Islam di Spanyol antara lain, konflik Islam dengan Kristen,tidak
adanya Ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan
kekuasaan keterpencilan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Majid Mun’im.Sejarah
Kebudayaan Islam, Pustaka, Jakarta : 1997
Badri, Yatim.Sejarah Peradaban Islam, PT: Gravindo Persada, Jakarta : 2003
Mustafa,
As-Siba’i. Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok. Gema Insani Press,
Jakarta :1993
Musyrifah, Sunanto Sejarah
Islam Klasik, Jakarta Timur, Penada Media, Jakarta: 2003
Perpustakaan Nasional :
Katalog Dalam Terbitan (KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan
Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta 1996.
[1]Perpustakaan
Nasional : Katalog Dalam Terbitan(KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta 1996.
[2]Dr, Badri
Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam, PT: Gravindo Persada :
2003, hlm. 89.
[3]Abdul Mun’im
Majid, Sejarah Kebudayaan Islam, Pustaka : 1997 hlm. 182.
[4]Op.
Cit Dr, Badri Yatim, M.A, hlm. 91
[5]Op.
CitKatalog Dalam Terbitan (KDT)
[6]Op.
Cit Dr, Badri Yatim, M.A, hlm 93
[7]Mahmudunnasir,Syed.Islam
(Konsepsi Dan Sejarahnya) Bandung: PT Remaja Rosdakarya.1993. 284-285
[8]K.Ali. Sejarah
Islam (Tarikh Pramodern),Srigunting, Jakarta;2003 hlm 454-456
[10]Op.
CitK.Ali. hlm 457
[11]Op.
CitMahmudunnasir,Syed..
hlm 292-294
[12]Op.
CitK.Ali. hlm 458-451
[13]Op.
CitDr.Badri Yatim, M.A, hlm 98
[14]Prof.Dr. Hj.
Musyrifah Sunanto,sejarah islam klasik, Jakarta Timur, Penada
Media:2003, hlm 122
[15]Op.
CitDr.Badri Yatim, M.A, hlm 101
[16]Dr. Mustafa As-Siba’i,Peradaban Islam Dulu,
Kini dan Esok.Gema Insani Press, Jakarta : 1993, hlm 49.
[17]Op.
CitDr.Badri Yatim, M.A, , hlm 103
[18]Op.
CitDr.Mustafa As-Siba’i, hlm 55
[19]Op.
CitDr.Badri
Yatim, M.A,, hlm 108
No comments:
Post a Comment