MAKALAH
Filsafat Pendidikan
Islam
Dosen
Pembimbing : H.
Syhruni, M. Pd. I
Nama :
M.
Aulia Rahman
Lokal :
A1
Semester : IV (Empat)
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan
Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI)
Kuala Kapuas
2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah segala
puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Filsafat
Pendidikan Islam”, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat
serta salam tak lupa pula saya berikan kepada junjungan Nabi besar Muhammad
Saw. Beserta keluarga, sahabat, kerabat, dan pengikut beliau hingga akhir
zaman.
Pembuatan makalah ini tentunya bertujuan
untuk menambah wawasan para mahasiswa (i) STAI Kuala Kapuas, serta melengkapi
tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam yang dibimbing oleh Bapak H. Syhruni, M. Pd. I.
Saya menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, dari segi cara
penulisan maupun penyusunannya. Untuk itu, saya mohon maaf sebesar-besarnya.
Dan saya juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
agar pada pembuatan makalah selanjutnya saya bisa melakukannya dengan lebih
baik lagi.
Wassalamualaikum Wr.
Wb.
Kuala Kapuas,
April 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL ......................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Filsafat
Pendidikan
Islam ........................................................ 2
B.
Dasar Pelaksanaan
Pendidikan
Islam .......................................................... 4
C.
Ruang Lingkup
Filsafat Pendidikan Islam ............................................... 6
D.
Kegunaan Filsafat
Pendidikan Islam ......................................................... 7
E.
Metode Pengembangan
Filsafat Pendidikan Islam ................................... 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................................ 10
PENDAHULUAN
Setiap orang
memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan hal tersebut. Kita semua
mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang sejarah, arti kehidupan, mati,
Tuhan, benar atau salah, keindahan atau kejelekan dan sebagainya.
- Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi tersebut menunjukkan arti sebagai informal.
- Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan yang sikap yang sangat kita junjung tinggi. Ini adalah arti yang formal.
- Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
- Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.
- Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsumg yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Dari beberapa
definisi tadi bahwasanya semua jawaban yang ada di filsafat tadi hanyalah buah
pemikiran dari ahli filsafat saja secara rasio. Banyak orang termenung pada
suatu waktu. Kadang-kadang karena ada kejadian yang membingungkan dan
kadang-kadang hanya karena ingin tahu, dan berfikir sungguh-sungguh tentang
soal-soal yang pokok. Apakah kehidupan itu, dan mengapa aku berada disini? Mengapa
ada sesuatu? Apakah kedudukan kehidupan dalam alam yang besar ini ? Apakah alam
itu bersahabat atau bermusuhan ? apakah yang terjadi itu telah terjadi secara
kebetulan ? atau karena mekanisme, atau karena ada rencana, ataukah ada maksud
dan fikiran didalam benda.
Semua soal tadi
adalah falsafi, usaha untuk mendapatkan jawaban atau pemecahan terhadapnya
telah menimbulkan teori-teori dan sistem pemikiran seperti idealisme, realisme,
pragmatisme. Oleh karena itu filsafat dimulai oleh rasa heran, bertanya dan
memikir tentang asumsi-asumsi kita yang fundamental (mendasar), maka kita
perlukan untuk meneliti bagaimana filsafat itu menjawabnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Secara harfiah,
kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang
berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta
terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani
mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap
hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan
menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa
filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab
dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
Selain itu
terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab
falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta,
suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi,
Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau
lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Sementara itu,
A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami
perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal
sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa
kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau
semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian
filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau
kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.
Filsafat juga
memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan oleh
para ahli, atau pengertian dari segi praktis. Selanjutnya bagaimanakah
pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam
praktek pendidikan. Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang
berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si - terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Berdasarkan
rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan,
yaitu sebagai berikut :
1.
Usaha atau kegiatan yang bersifat bimbingan,
pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar.
2.
Ada pendidik, pembimbing atau penolong.
3.
Ada yang di didik atau si terdidik.
4.
Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan
tersebut, dan.
5.
Dalam usaha tentu ada alat-alat yang
dipergunakan.
Sebagai suatu
agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif
dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya.
Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup
sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara
mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada
Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia
termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah
pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah
al Qur’an dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah
dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap
masalah pendidikan dan pengajaran.
Demikian pula
dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian
yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah
mencanangkan program pendidikan seumur hidup ( long life education ). Dari
uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya
bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi
di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini
ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini
diakui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan
orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan,
serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.
B.
DASAR
PELAKSANAAN PENDIDIKAN ISLAM
Dasar
Pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah Al Qur’an dan Al Hadist Firman Allah
:
وكذ لك او حينا
اليك روحا من امرنا ما كنت تدري ما الكتاب ولا الا يمان ولكن جعلناه نورا نهدي به
من نشاء من عبادنا و انك لتهدي الى صراط ميتقيم
Artinya :
“
Dan demikian Kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah Kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya, yang
kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar
memberi petunjuk kepada jalan yang benar.” (QS.Asy-Syura: 52)
Dan Hadis dari Nabi Muhammad saw : “
Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang
senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya,
sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka
beruntung dan memperoleh kemenangan ia.” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal.
90)
Dari ayat dan
hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan :
1.
Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia
untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi
bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT.
2.
Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang
mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat
diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
3.
Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa
nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga
beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan
bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam.
Bagi umat Islam
maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya
pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah
tercakup seluruh aspek kehidupan ini. Pendidikan dalam arti umum mencakup segala
usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya,
pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk
memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan
sebaik-baiknya.
Corak pendidikan
itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan
itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk
memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang
sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama
sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori
dan pemikiran dari para ahli pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna
melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam
menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik.
Kalau teori
pendidikan hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi
utama tentang sifat manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek
pendidikan yang melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat
dan mengandung unsur filsafat. Memang ada resiko yang mungkin timbul dari
setiap dua tendensi itu, teknologi mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat
memperoleh beberapa hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya didalam
sistem pendidikan, hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan
suatu hasil dengan sukses, yang ada pada hakikatnya belum dipertimbangkan
dengan hati-hati sebelumnya. Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya
mungkin tersesat dalam abstraksi yang tinggi yang penuh dengan debat tiada
berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan yang ideal.
Tidak ada satu pun
dari permasalahan kita mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau dengan
mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa
orang-orang yang memperdapatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir,yang
lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka
itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar. Sebagai ajaran (doktrin)
Islam mengandung sistem nilai diatas mana proses pendidikan Islam berlangsung
dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran
ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem
nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan islam
yang memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan.
Pendidikan
Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al
Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia :
1.
Menyadarkan secara individual pada posisi dan
fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam
kehidupannya.
2.
Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya
dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.
3.
Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan
mendorongnya untuk beribadah kepada Nya
4.
Menyadarkan manusia tentang kedudukannya
terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan
makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil
manfaatnya
Setelah
mengikuti uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam
itu merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah yang terdapat
dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al Qur’an dan al Hadist sebagai
sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai
sumber sekunder. Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat
dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau
filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang
bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran
filsafat pada umumnya.
C.
RUANG LINGKUP
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Penjelasan
mengenai ruang lingkup ini mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam
telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya
beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian
tentang filsafat pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau
filsafat pendidikan Islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang
kajiannya atau cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa
mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang
mendasar, sistematik. Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang
tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan
menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini
memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah
masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan
pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.
D.
KEGUNAAN
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Prof. Mohammad
Athiyah abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5
tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “ At Tarbiyah Al
Islamiyah Wa Falsafatuha “ yaitu :
1.
Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia.
Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
2.
Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan
akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan
saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian
kepada keduanya sekaligus.
3.
Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan
memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar
sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian,
dalam berbagai jenisnya.
4.
Menyiapkan pelajar dari segi profesional,
teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi tertentu, teknis
tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup
dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.
5.
Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan
segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau
akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi
kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai
kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan.
E.
METODE
PENGEMBANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Sebagai suatu
metode, pengembangan filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan empat hal
sebagai berikut :
Pertama,
bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan. Dalam
hal ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu al Qur’an dan al Hadist yang
disertai pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya ; dan bahan yang
akan di ambil dari pengalaman empirik dalam praktek kependidikan.
Kedua, metode
pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat tertulis dapat
dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing
prosedurnya telah diatur sedemikian rupa. Namun demikian, khusus dalam menggunakan
al Qur’an dan al Hadist
dapat digunakan jasa Ensiklopedi al Qur’an
semacam Mu’jam al Mufahras li Alfazh al Qur’an al Karim karangan Muhammad Fuad
Abd Baqi dan Mu’jam al muhfars li Alfazh al Hadist karangan Weinsink.
Ketiga, metode
pembahasan. Untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif metode
analsis-sintesis, yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis
terhadap sasaran pemikiran secara induktif, dedukatif, dan analisa ilmiah.
Keempat,
pendekatan. Dalam hubungannya dengan pembahasan tersebut di atas harus pula
dijelaskan pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut. Pendekatan
ini biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubungan dengan teori-teori
keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena tertentu pula.
Dalam hubungan ini pendekatan lebih merupakan pisau yang akan digunakan dalam
analisa. Ia semacam paradigma (cara pandang) yang akan digunakan untuk
menjelaskan suatu fenomena.
BAB III
PENUTUP
Secara harfiah,
kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang
berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta
terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani
mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap
hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan
menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa
filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab
dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
Dasar
Pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah Al Qur’an Artinya : “ Dan
demikian Kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah Kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya, yang
kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar
memberi petunjuk kepada jalan yang benar.” (QS.Asy-Syura: 52)
Dalam Hadis Nabi
Muhammad saw : “ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah
ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada
hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama
hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia.” (al Ghazali, Ihya
Ulumuddin hal. 90)
Prof. Mohammad
Athiyah abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5
tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “ At Tarbiyah Al
Islamiyah Wa Falsafatuha “ yaitu : untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia;
Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Menumbuhkan ruh ilmiah
pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan mengkaji ilmu; Menyiapkan
pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai
profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia
mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi
kerohanian dan keagamaan; Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan
segi-segi kemanfaatan.
Sebagai suatu
metode, pengembangan filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan empat hal
sebagai berikut :Pertama, bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan
filsafat pendidikan. Kedua, metode pencarian bahan. Ketiga, metode pembahasan.
Keempat, pendekatan.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam,
Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997
Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam,
Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.
Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat dan
Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983.
Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II,
Pustaka Setia, Bandung, 2000
Titus, Smith, Nolan., Persoalan-persoalan
Filsafat, Cet. I, Bulan Bintang, Jakarta, 1984.
Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan
Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.
No comments:
Post a Comment