KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah
puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmatNya sehingga kami selaku
mahasiswa dapat menyelesaikan tugas “Profesi Pendidikan”. Kami selaku mahasiswa
tersebut penulis susun memenuhi tugas mata kuliah “Profesi Pendidikan” semester
empat jurusan Bahasa Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
Penulis
menyadari bahwa dalam menulis dan menyusun makalah ini masih banyak kekurangan
dan kelemahan baik isi maupun bentuknya. Oleh karena itu, kami selaku mahasiswa
berharap untuk kritik dan sarannya yang sifatnya membangun dari berbagai pihak,
agar kami bisa menyajikan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Semoga tugas
kami ini bermanfaat dan dapat memberikan motivasi bagi mahasiswa yang lain.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Pringsewu,
Maret 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
......................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI
..................................................................................................
iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang Masalah .............................................................
1
1.2 Tujuan
Masalah
..........................................................................
2
BAB II Pembahasan
2.1 Profesi
Keguruan ........................................................................
3
2.2 Kaitan
Profesi Keguruan dengan Kurikulum .............................
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Didalam silabus mata kuliah Profesi Keguruan disebutkan
tujuan mata kuliah tersebut adalah bahwa setelah mengikuti perkuliahan dalam
mata kuliah ini mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman dan kemampuan untuk
mengembangkan peranan profesionalnya sebagai guru dan memiliki wawasan tentang
kode etik keguruan dalam melaksanakan tugas.
Didalam pendahuluan ini membicarakan empat hal pokok
yaitu:
1). Maksud penulisan buku profesi keguruan
2). Kata buku ini dalam kurikulum lembaga pendidikan
tenaga pendidikan
(LPTK)
3). Struktur isi buku
4). Cara menggunakan buku ini
Uraian cara menggunakan buku berisi petunjuk tentang
bagaimana dosen dan mahasiswa mempelajari buku ini sehingga proses belajar
mengajar dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.
Kaitan profesi keguruan dengan kurikulum merupakan suatu
komponen yang teramat penting karena kurikulum adalah panutan dalam
menyenggarakan proses belajar mengajar.
1.2 Tujuan
Masalah
1. Untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah profesi keguruan.
2. Agar mahasiswa dapat
lebih mudah memahami mata kuliah Profesi Keguruan.
3. Agar mahasiswa
dapat mengembangkan pola berfikir yang kritis tentang profesi keguruan untuk
kepentingan belajar diperkuliahan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Profesi Keguruan
Guru adalah profesi yang mempersiapkan
sumber daya manusia untuk menyongsong pembangunan bangsa dalam mengisi
kemerdekaan. Guru dengan segala kemampuannya dan daya upayanya mempersiapkan
pembelajaran bagi peserta didiknya. Sehingga tidak salah jika kita menempatkan
guru sebagai salah satu kunci pembangunan bangsa menjadi bangsa yang maju
dimasa yang akan datang. Dapat dibayangkan jika guru tidak menempatkan fungsi
sebagaimana mestinya, bangsa dan negara ini akan tertinggal dalam kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang kian waktu tidak terbendung lagi
perkembangannya.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.
Guru
merupakan pendidik propesional dengan tugas utama mendidik, mengajar membimbing
mengarahkan melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan
formal.
Aktifitas-aktifitas
perkembangan guru memiliki kebutuhan akan kegiatan pendidikan, pelatihan dan
pengembangan yang diperlukan bagi guru pendidikan, pelatihan dan pengembangan
merupakan proses yang ditempuh oleh guru pada saat mernjalani tugas-tugas
kedinasan. Kegiatan ini diorganisasikan secara beragam dan berspektrum
luas dengan tujuan untuk meningkatkan kopetensi, ketrampilan,
sikap, pemahaman, dan performansi yang dibutuhkan oleh guru saat ini dan dimasa
mendatang.
Kegiatan
pengembangan profesi guru terkait langsung dengan tugas utamannya yaitu
menyusun kurikulum dengan mengaju pada rambu-rambu KTSP. Semua guru memiliki
hak yang sama untuk kegiatan pembinaan dan profesi, kebutuhan guru akan program
pembinaan dan pengembangan profesi beraganm sifatnya. Kebutuhan yang dimaksud
dikelompokan kedalam lima kategori, yaitu pemahaman tentang konteks mengajar ,
inovasi pembelajaran dan pengalaman tentang teori-teori terkini.
Peranan profesional dalam keseluruhan program pendidikan
di sekolah diwujudkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berupa perkembangan
siswa secara optimal. Untuk itu peranan profesional mencakup 3 layanan yaitu:
a. Layanan
instruksional yaitu layanan yang meliputi penyelanggaraan proses belajar
mengajar, yang menempati porsi terbesar dari profesi keguruan. Tugas ini
menuntut guru untuk menguasai isi atau materi bidang studi yang diajarkan serta
wawasan yang berhubungan dengan materi itu, kemampuan mengemas materi sesuai
dengan latar perkembangan dan kemajuan pendidikan serta manyajikan kedemikian
rupa sehingga merangsang murid untuk menguasai dan mengembangkan materi itu
dengan menggunakan kreatifitasnya didalam pendidikan prajabatan, kemampuan
menyelanggarakan tugas dalam proses belajar mengajar ini dipersiapkan melalui
perkuliahan bidang studi belajar dan pembelajaran serta program pengalaman
lapangan.
b. Tugas yang
berhubungan dengan membantu murid dalam mengatasi masalah dalam belajar pada
khususnya dan masalah-masalah pribadi yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan.
Bagaimana sebenarnya proses belajar murid dikelas sangat erat kaitannya dengan
berbagai masalah diluar kelas yang sering kali bersifat non-akademik. Masalah
yang dihadapi dalam lingkungan kehidupan anak, perlu dibantu pemecahannya
melalui program bimbingan dan konseling.
c. Disamping
kedua hal tersebut guru harus mamahami bagaimana sekolah itu dikelola, apa
peranan guru di dalamnya, bagaimana memanfaatkan prosedur serta mekanisme
pengelolanya tersebut untuk kelancaran tugas-tugasnya sebagai guru. Disamping
itu, guru juga harus memahami bagaimana harus bertindak sesuai dengan etika
jabatannya, dan bagaimana guru bersikap terhadap tugas mengajar serta dengan
personalia pendidikan atau orang diluarnya yang ikut menentukan keberhasilan
tugas mengajarnya.
Didalamnya
menyiapkan guru yang memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas tersebut, maka
didalam pendidikan prajabatan diberikan mata kuliah profesi keguruan yang
terutama menyangkut pamahaman tugas kedua dan ketiga diatas. Buku ini merupakan
dasar dalam mata kuliah tersebut.
1. Guru
Sebagai Pendidik
Guru sebagai
pendidik profesional mempunyai citra yang baik terhadap masyarakat apabila
dapat menunjukan pada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan
masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan
perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut di teladani atau
tidak. Bagaimana guru meningkatkan palayanan, meningkatkan pengetahuannya,
memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru
berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya
serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas. Guru
adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para
peserta didik dan lingkunganya. Oleh karena itu, guru harus mempunyai standar
kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa dan disiplin
yang akan dijelaskan di bawah ini:
a. Tanggung Jawab
Dimaksudkan
Guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta
berusaha berprilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru
juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di
sekolah dan dalam kehidupan bermasyarakat
b. Wibawa
Dimaksudkan
Guru harus mempunyai kelebih dalam merealisasikan nilai sepiritual, emosional,
moral, sosial dan intelektual dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam
pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan bidang yang di
kembangkan.
Guru juga
harus mampu mengambil keputusan secara mandiri (idependent), terutama dalam
berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi,
serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan. Guru harus
mampu bertindak dan mengambil keputusan secara cepat, tepat waktu dan tepat
sasaran, terutama berkaitan dengan masalah pembelajaran dan peserta didik,
tidak menunggu perintah atasan atau kepala sekolah.
c. Disiplin
Dimaksudkan
Guru harus memetuhi segala peraturan dan tata tertib secara konsisten atas
kesadaran professional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan para
peserta didik di sekolah terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam
menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai
tindakan dan prilakunya.
2. Guru Sebagai Pengajar
Sejak adanya
kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan tugas pembelajaran, dan
memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama yang
utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembanguntuk mempelajari
sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi
standar yang dipelajari.
Berkembangnya
teknologi, khususnya teknologi informasi yang begitu pesat berkembangnya, belum
mampu menggantikan peran guru, hanya sedikit menggeser atau merubah fungsinya,
itupun di kota-kota besar saja, ketika peserta didik memiliki berbagai sumber
belajar di rumahnya. kegiatan belajar. Pertentangan tentang mengajar
berdasarkan suatu unsur kebenaran yang berangkat dari pendapat kuno yang menekankan
bahwa mengajar berarti memberitahu atau menyampaikan materi pembelajaran. Dalam
hal ini, konsep lama yang cenderung membuat kegiatan pembelajaran menjadi
menonton wajar jika mendapat tantangan, tetapi tidak dapat didiskreditkan untuk
semua pembelajaran.
Kegiatan
belajar peserta didik dipengaruhi oleh beberapa paktor, seperti motivasi,
kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat
kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika
fakto-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat
belajar dengan baik. Sehubungan dengan itu, sebagai orang yang bertugas
menjelaskan sesuatu, guru harus beusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi
peserta didik, dan berusaha lebih terampil dalam memecahkan masalah. Untuk itu,
terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran, yaitu
sebagai berikut:
1. Membuat ilustrasi
Maksudnya, pada dasarnya ilustrasi menghubungkan sesuatu
yang sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya,
dan pada waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman kepada peserta didik.
2. Mendefinisikan
Maksudnya,
meletakan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan sederhana, dengan
menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki oleh peserta
didik.
3. Menganalisis
Maksudnya, membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian.
4. Mensintesis
Maksudnya,
mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam suatu konsep yang utuh
sehingga memiliki inti, hubungan antara yang satu dengan yang lain nampak
jelas, dan masalah itu tetap berhubungan dengan dengan keseluruhan yang lebih
besar.
5. Bertanya
Maksudnya,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan tajam agar apa yang
dipelajari menjadi lebih jelas, seperti yang dilakukan Socrates.
6. Merespon
Maksudnya,
mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik. Pembelajaran akan lebih
efektif jika guru dapat merespon setiap pertanyaan peserta didik.
7. Mendengarkan
Maksudnya,
memahami peserta didik, dan berusaha menyederhanakan setiap masalah, serta
membuat kesulitan nampak jelas baik bagi guru maupun peserta didik.
8. Menciptakan kepercayaan
Maksudnya,
peserta didik akan memberikan kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam
pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.
9. Memberikan pandangan yang bervariasi
Maksudnya,
melihat bahan yang dipelajari dari berbagai sudut pandang, dan melihat masalah
dalam kombinasi yang bervariasi.
10. Menyediakan media untuk mengkaji materi standar
Maksudnya,
memberikan pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran, dan sumber
belajar yang berhubungn dengan materi dasar.
11. Menyesuaikan metode pembelajaran
Maksudnya,
menyesuaikan metode pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan
peserta didik serta menghubungkan materi baru dengan sesuatu yang telah
dipelajari.
12. Memberikan nada perasaan
Maksudnya, membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan hidup melalui antusias dan semangat.
Uraian di
atas lebih bersifat teknis, karena dalam pembelajaran dan pembentukan
kompetensi peserta didik, guru melakukan banyak hal melalui kebiasaan;
tentusaja ada keinginan untuk meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaannya,
sehingga hasilnya pun semakin baik yang diwujudkan dalam prestasi belajar
peserta didik.
Agar
pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa
berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya
ketika mempelajari materi standar. Sebagai pengajar, guru harus memiliki tujuan
yang jelas, membuat keputusan secara rasional agar peserta didik memahami
keterampilan yang dituntut oleh pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut, perlu
dibina hubungan yang positif antara guru dengan peserta didik. Hubungan ini
menyangkut bagaimana guru merasakan apa yang dirasakan peserta didiknya dalam
pembelajaran, serta bagaimana peserta didik merasakan apa yang dirasakan
gurunya. Sebainya guru mengetahui bagaimana peserta didik memandangnya, karena
hal tersebut sangat penting dalam pembelajaran, baik di sekolah maupun diluar
sekolah. Hal ini akan menjadi jelas jika secara hati-hati menguji bagaimana
guru merasakan apa yang dirasakan peserta didik dalam pembelajaran (empati).
3. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat
diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey), yang berdasarkan pengetahuan
dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perejalanan itu. Dalam hal
ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut pisik tetapi juga perjalanan
mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan
kompleks. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas,
menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus di tempuh, menggunakan
petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerja sama yang baik
dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek
perjalanan. Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab
dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.
Istilah
perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik dalam kelas maupun diluar kelas
yang mencakup seluruh kehidupan. Analogi dari perjalanan itu sendiri merupakan
pengembangan setiap aspek yang terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap
perjalanan tentu mempunyai tujuan, kecuali orang yang berjalan secara
kebetulan. Keinginan, kebutuhan dan bahkan naluri manusia menuntut adanya suatu
tujuan. Suatu rencana dibuat, perjalanan dilaksanakan dan dari waktu ke waktu
terdapatlah saat berhenti untuk melihat kebelakang serta mengukur sifat, arti,
dan efektivitas perjalanan sampai tempat berhenti tadi.
Berdasarkan
ilustrasi diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagai pembimbing perjalanan, guru
memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut.
Pertama,
guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasikompetensi yang hendak
dicapai. Tugas guru adalah menetapkan apa yang telah dimiliki oleh peserta
didik sehubungan dengan latar belakang dan kemampuannya, serta kompetensi apa
yang mereka perlukan untuk dipelajari dalam mencapai tujuan. Untuk merumuskan
tujuan, guru perlu melihat dan memahami seluruh aspek perjalanan. Sebagai
contoh, kualitas hidup seseorang sangat bergantung pada kemampuan membaca dan
menyatakan pikiran-pikirannya secara jelas.
Kedua, guru
harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling
penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya
secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Dengan kata
lain, peserta didik harus dibimbing untuk mendapatkan pengalaman, dan membentuk
kompetensi yang akan mengantar mereka harus memilikipengalaman dalam kompetensi
yang dapat menimbulkan kegiatan belajar.
Ketiga, guru
harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini mungkin merupakan tugas yang paling
sukar tetapi penting, karena guru harus memberikan kehidupan dan arti terhadap
kegiatan belajar. Bisa jadi pembelajaran direncanakan dengan baik, dilaksanakan
secara tuntas dan rinci, tetapi kurang relevan, kurang hidup, kurang bermakna, kurang
menantang rasa ingin tahu, dan kurang imaginatif.
Keempat,
guru harus melaksanakan penilaian. Dalam hal ini diharapkan guru dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut: Bagaimana keadaan peserta didik dalam
pembelajaran? Bagaimana peserta didik membentuk kompetensi? Bagaimana peserta
didik mencapai tujuan? Jika berhasil, mengapa, dan jika tidak berhasil mengapa?
Apa yang bisa dilakukan dimasa mendatang agar pembelajaran menjadi sebuah
perjalanan yang lebih baik? Apakah peserta didik dilibatkan dalam menilai
kemajuan dan keberhasilan, sehingga mereka dapat mengarahkan dirinya
(self-directing)? Seluruh aspek pertanyaan tersebut merupakan kegiatan
penilaian yang harus dilakukan guru terhadap kegiatan pembelajaran, yang
hasilnya sangat bermanfaat terutama untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
4. Guru Sebagai Pelatih
Proses
pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual
maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini
lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena
tanpa latihan seorang peserta didik tidak akan mampu menunjukan penguasaan
kompetensi dasar, dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang
dikembangkan sesuai dengan materi standar. Oleh karena itu, guru harus berperan
sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan
kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing.
Pelatihan
yang dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi
standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik, dan
lingkungannya.Untuk itu, guru harus banyak tahu meskipun tidak mencakup semua
hal, dan tidak setiap hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin.
Benar bahwa guru tidak dapat mengetahui sebanyak yang harus diketahui, tetapi
disbanding orang yang belajar bersamanya dalam bidang tertentu yang menjadi
tanggungjawabnya, ia harus lebih banyak tahu. Meskipun demikian, tidak mustahil
kalau suatu ketika menghadapi kenyataan bahwa guru tidak tahu tentang sesuatu
yang seharusnya tahu. Dalam keadaan demikian, guru harus berani berkata jujur,
dan berkata “saya tidak tahu”. Kebenaran adalah sesuatu yang amat mulia, namun
jika guru terlalu banyak berkata “saya tidak tahu” maka bukanlah guru
professional. Untuk itu guru harus selalu belajar, belajar sepanjang hayat, dan
belajar adalah sesuatu ysng tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
Pelaksanaan
fungsi ini tidak harus mengalahkan fungsi lain, ia tetap sadar bahwa walaupun
tahu, tidak harus memberitahukan semua yang diketahuinya. Secara didaktis, guru
menciptakan situasi agar peserta didik berusaha menemukan sendiri apa yang
seharusnya diketahui. Guru harus bisa menahan emosinya untuk menjawab semua
pertanyaan yang ditujukan kepadanya, sehingga kewenangan yang dimiliki tidak
membunuh kreativitas peserta didik.
5. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah
penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak
memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat
berharap untuk menasehati orang. Banyak guru cenderung bahwa konseling terlalu
banyak membicarakan klien, seakan-akan berusaha mengatur kehidupan orang, dan
oleh karenanya mereka tidak senang melaksanakan fungsi ini. Padahal menjadi
guru pada tingkat manapun berarti menjadi penasihat dan menjadi orang
kepercayaan, kegiatan pembelajaranpun meletakannya pada posisi tersebut.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan,
dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Makin efektif guru menangani
setiap permasalahan, makin banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya
untuk mendapatkan nasihat dan kepercayaan diri.
Agar guru
dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaannya, dan penasihat secara
lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan
mental. Diantara makhluk hidup di planet ini, manusia merupakan makhluk yang
unik, dan sifat-sifatnyapun berkembang secara unik pula. Menjadi apa dia,
sangat dipengaruhi pengalaman, lingkungan dan pendidikan. Untuk menjadi manusia
dewasa, manusia harus belajar dari lingkungan selama hidup dengan menggunakan
kekuatan dan kelemahannya. Pendekatan psikologis dan mental health diatas akan
banyak menolong guru dalam menjalankan fungsinya sebagai penasehat, yang telah banyak
dikenal bahwa ia banyak membantu peserta didik untuk dapat membuat keputusan
sendiri.
6. Guru Sebagai Pembahaharu (Innovator)
Guru
menerjemahkan pengalaman yang telah lalu kedalam kehidupan yang bermakna bagi
peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara
generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua
memiliki arti lebih banyak dari pada nenek kita. Seorang peserta didik yang
belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang
harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Guru harus
menjembatani jurang ini bagi peserta didik, jika tidak, maka hal ini dapat
mengambil bagian dalam proses belajar yang berakibat tidak menggunakan potensi
yang dimilikinya. Tugas guru adalah memahami bagaimna keadaan jurang pemisah
ini dan bagaimana menjembataninya secara efektif. Jadi yang menjadi dasar
adalah pikiran-pikiran tersebut, dan cara yang dipergunakan untuk
mengekspresikan dibentuk oleh corak waktu ketika cara-cara tadi dipergunakan.
Bahasa memang merupakan alat untuk berfikir, melalui pengamatan yang dilakukan
dan menyusun kata-kata serta menyimpan dalam otak, terjadilah pemahaman sebagai
hasil belajar. Hal tersebut selalu mengalami perubahan dalam setiap generasi,
dan perubahan yang dilakukan melalui pendid pendidikan akan memberikan hasil
yang positif.
Unsur yang
hebat dari manusia adalah kemampuannya untuk belajar dari pengalaman orang
lain. Kita menyadari bahwa manusia normal dapat menerima pendidikan, dengan
memiliki kesempatan yang cukup, ia dapat mengambil bagian pengalaman yang
bertahun-tahun, proses belajar serta prestasi manusia dan mewujudkan yang
terbaik dalam suatu kepribadian yang unik dalam jangka waktu tertentu. Manusia
tidak terbatas pada pengalaman pribadinya, melainkan dapat mewujudkan
pengalaman dari semua waktu dan dari setiap kebudayaan. Dengan demikian, ia
dapat berdiri bebas pada saat terbaiknya, dan guru yang tidak sensitif adalah
buta akan arti kompetensi professional. kemampuan manusia yang unik ini harus
dikembangkan sehingga memberikan arti penting terhadap kinerja guru.
Prinsip
modernisasi tidak hanya diwujudkan dalam bentuk buku-buku sebagai alat utama
pendidikan, melainkan dalam semua rekaman tentang pengalaman manusia. Tugas
guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam
istilah dan bahasa modern yang akan diterima oleh peserta didik. Pada
kenyataannya, semua pikiran manusia harus dikemukakan kembali disetiap generasi
oleh para guru yang tentu saja dengan berbagai perbedaan yang dimiliki secara
individual, termasuk siapa saja yang berminat untuk menulis. Memang dalam
beberapa hal berlaku apa yang dikatakan oleh para pendeta kuno “ there is
nothing news under the sun” (tidak ada barang baru di bawah matahari), tetapi
guru dan penulis bisa berbesar hati berdasar kenyataan bahwa pikiran-pikiran
atau dalil-dalil lam dapat diletakkan dalam model baru, pakaian baru dan dalam
proses ini semuanya akan tampak baru. Sekurang-kurangnya menjadi baru bagi
peserta didik, dan bagi para pendengar. Oleh karena itu, sebagai jembatan
antara generasi tua dan generasi muda, yang juga sebagai penerjemah pengalaman,
guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
7. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru
merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang
menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap
bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Keprihatinan,
kerendahan, kemalasan dan rasa takut, secara terpisah ataupun bersama-sama bisa
menyebabkan seseorang berpikir atau berkata, “jika saya harus menjadi teladan
atau dipertimbangkan untuk menjadi model, maka pembelajaran bukanlah pekerjaan
yang tepat bagi saya. Saya tidak cukup baik untuk diteladani, disamping saya
sendiri ingin bebas untuk menjadi diri sendiri dan untuk selamanya tidak ingin
menjadi teladan bagi orang lain. Jika peserta didik harus memiliki model,
biarkanlah mereka menemukannya dimanapun. Alasan tersebut tidak dapat
dimengerti, mungkin dalam hal tertentu dapat diterima tetapi mengabaikan atau
menolak aspek fundamental dari sifat pembelajaran. Menjadi teladan merupakan
sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika seorang guru tidak mau menerima
ataupun menggunakannya secara konstrutif maka telah mengurangi keefektifan
pembelajaran. Peran dan fungsi ini patut dipahami, dan tak perlu menjadi beban
yang memberatkan, sehingga dengan keterampilan dan kerendahan hati akan
memperkaya arti pembelajaran.
Sebagai
teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan
peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau
mengakuinya sebagai guru. Sehubungan itu, beberapa hal dibawah ini perlu
mendapat perhatian dan bila perlu didiskusikan para guru:
1. Sikap
Dasar : postur psikologis yang akan nampak dalam masalah-masalah penting,
seperti keberhasilan, kegagalan, pembelajaran, kebenaran, hubungan antar
manusia, agama, pekerjaan, permainan dan diri.
2. Bicara dan Gaya Bicara : penggunaan bahasa sebagai alat berfikir.
3. Kebiasaan Bekerja : gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang ikut mewarnai kehidupannya.
4. Sikap
Melalui Pengalaman dan Kesalahan : pengertian hubungan antara luasnya
pengalaman dan nilaiserta tidak mungkinnya mengelak dari kesalahan.
5. Pakaian :
merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan menampakkan ekspresi
seluruh kepribadian.
6. Hubungan
Kemanusiaan : diwujudkan dalam semua pergaulan manusia, intelektual, moral,
keindahan, terutama bagaimana berperilaku.
7. Proses Berfikir : cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan memecahkan masalah.
8. Perilaku
Neurotis : suatu pertahanan yang dipergunakan untuk melindungi diri dan bisa
juga untuk menyakiti orang lain.
9. Selera : pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang dimiliki oleh pribadi yang bersangkutan.
10. Keputusan : keterampilan rasional dan intuitif yang dipergunakan untuk menilai setiap situasi.
11.
Kesehatan : kualitas tubuh, pikiran dan semangat. Yang merefleksikan kekuatan,
perspektif, sikap tenang, antusias dan semangat hidup.
12. Gaya
Hidup Secara Umum : apa yang dipercaya oleh seseorang tentang setiap aspek
kehidupan dan tindakan untuk mewujudkan kepercayaan itu.
Apa yang
diterapkan di atas hanyalah ilustrasi, para guru dapat menambah aspek-aspek
tingkah laku lain yang sering muncul dalam kehidupan bersama peserta didik. Hal
ini untuk menegaskan berbagai cara pada contoh-contoh yang diekspresikan oleh
guru sendiri dalam menjalankan pekerjaannya sehari-hari.
Secara
teoritis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang guru,sehingga
menjadi guru berarti menerima tanggung jawab untuk menjadi teladan. Memang
setiap profesi mempunyai tuntutan-tuntutan khusus, dan karenanya bila menolak
berarti menolak profesi itu. Pertanyaan yang timbul adalah apakah guru harus
menjadi teladan baik di dalam melaksanakan tugasnya maupun dalam seluruh
kehidupannya? Dalam beberapa hal memang benar bahwa guru harus bisa menjadi
teladan di kedua posisi itu, tetapi jangan sampai hal tersebut menjadikan guru
tidak memiliki kebebasan sama sekali. Dalam batas-batas tertentu, sebagai
manusia biasa tentu saja guru memiliki berbagai kelemahan, dan kekurangan.
Pertanyaan
berikutnya adalah apakah model yang diberikan oleh guru harus ditiru sepenuhnya
oleh peserta didik? Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi
setiap peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri.
Akhirnya
tetapi bukan terakhir dalam pembahasannya, haruskah guru menunjukkan teladan
terbaik, moral yang sempurna? Alangkah beratnya pertanyaan ini. Kembali seperti
dikatakan di muka, kita menyadari bahwa guru tetap manusia biasa yang tidak
luput dari kesalahan, guru yang baik adalah guru yang menyadari kesenjangan
antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian ia menyadari
kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan perlu diikuti dengan sikap merasa
dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
8. Guru Sebagai Pribadi
Sebagai
individu yang berkembang dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang
mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik
kadang-kadang dirasakan lebuh berat disbanding profesi lainnya. Ungkapan yang
sering dikemukakan adalah bahwa “ guru bisa di gugu dan di tiru “. Digugu bahwa
maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk
dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru dan diteladani. Guru sering
dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru harus mengenal
nilai-nilaiyang dianut dan berkembang di masyarakat tempat melaksanakan tugas
dan bertempat tinggal. Secara nasional, nilai-nilai tersebut sudah dirumuskan,
tetapi barangkali masih ada nilai tertentu yang belum diwadahi dan harus
dikenal oleh guru, agar dapat melestarikannya, dan berniat untuk tidak
berperilaku yang bertentangan dengan nilai tersebut. Jika ada nilai yang
bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat dia
menyikapi hal tersebut, sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan
masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik.
Untuk kepentingan tersebut, wawasan nasional mutlak diperlukan dalam
pembelajaran.
Ujian berat
bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang memancing emosinya.
Kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap
rangsangan yang menyinggung perasaan, dan memang diakui bahwa tiap orang
mempunyai temperamen yang berbeda dengan orang lain. Untuk keperluan tersebut,
upaya dalam bentuk latihan mental akan sangat berguna. Guru yang mudah marah
akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan mengakibatkan kurangnya minat
untuk mengikuti pembelajaran serta rendahnya konsentrasi, karena ketakutan
menimbulkan kekuatiran untuk dimarahi dan hal ini membelokan konsentrasi
peserta didik.
Kemarahan
guru terungkap dalam kata-kata yang dikeluarkan, dalam raut muka dan mungkin
dengan gerakan-gerakan tertentu, bahkan ada yang dilahirkan dalam bentuk
memberikan hukuman fisik. Sebagian kemarhan bernilai negatif, dan sebagian lagi
bernilai fositif. Kemarahan yang berlebihan seharusnya tidak ditampakkan,
karena menunjukan kelebihan emosi guru,. Dilihat dari penyebabnya, sering
Nampak bahw kemarahan adalah salah karena ternyata disebabkan oleh peserta
didik yang tidak mampumemecahkan masalah atau menjawab pertanyaan, padahal dia
telah belajar dengan sungguh-sungguh.kematangan emosi guru akan berkembang
sejalan dengan pengalaman bekerja, selama dia mau memanfaatkanpengalamannya.
Jadi tidak sekedar jumlah umur atau masa kerjanya saja yang bertambah,
melainkan bertambahnya kemampuan memecahkan masalah atas dasar pengalaman masa
lalu.
Sebagai
pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu juga memiliki
kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain
melalui kegiatan olah raga, keagamaan, dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus
dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya tidak akan menjadi kaku dan berakibat
yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
9. Guru Sebagai Peneliti
Pembelajaran
merupakan seni, yang dalam pelaksanaanya memerlukan penyesuian-penyesuaian
dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang
didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari atau
peneliti.
Dia tidak
tahu dan dia tahu bahwa dia tidak tahu, oleh karena itu dia sendiri merupakan
subyek pembelajaran. Dengan kesadaran bahwa ia tidak mengetahui sesuatu maka ia
berusaha mencarinya melalui kegiatan penelitian. Usaha mencari sesuatu itu
adalah mencari kebenaran, seperti seorang ahli filsafat yang senantiasa
mencari, menemukan dan mengemukakan kebenaran.
Tentang kebenaran ini, Plato pernah mengemukakan : “Wise, I may
not call them ; for that is a great name which belongs ti God alone-lovers of
wisdom or philosphers is their modest and be fitting title”.
Kebutuhan
untuk mengetahui merupakan kebutuhan semua manusia. Dalam diri orang tua ia
menjadi lebih sistematis, lebih terarahkan, mengekspresikan dirinya secara
khusus sebagaimana profesi itu, atau dalam penyelidikan yang lebih umumdari
para ilmuwan, penyair dan peramal. Bagi remaja, usaha untuk mengetahui bersifat
umum dan tidak dilakukan dengan baik, sedangkan pada anak merupakan hal yang
alami. Sebagai peneliti, guru tidak berpura-pura mencari sesuatu, karena hal
itu merupakan pekerjaannya yang lain, berbeda dengan yang dilakukan oleh
anak-anak.
Menyadari
akan kekurangannya, guru berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk
meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Bagaimana menemukan apa
yang tidak diketahuinya? Sebagai orang yang telah mengenal metodologi tentunya
ia tahu pula apa yang harus dikerjakan, yakni penelitian.
10. Guru Sebagai Pendorong Kreativitas
Kreativitas
merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk
mendemostrasikan dan menunjukan proses kreativitas tersebut. Kreativitas
merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia
kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan
menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak di lakukan oleh
seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Sebagai
orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreatifitas merupakan yang universal
dan oleh karenanya semua kegiatannya ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh
kesadaran itu. Ia sendiri adalah seorang kreator dan motivator yang berada di
pusat proses pendidikan. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk
menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta
didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu
secara rutin saja. Kreativitas menunjukan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh
guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya dan apa yang
dikerjakan dimasa mendatang lebih baik dari sekarang.
Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar
yang bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang
bertugas memberikan kemudahan belajar. Hal ini dimungkinkan karena perkembangan
teknologi menimbulkan banyaknya buku dengan harga relatif murah, kecuali atas
ulah guru. Disamping itu, peserta didik dapat belajar dari berbagai sumber
seperti radio, televise, berbagai filem pembelajaran, bahkan program internet
atau electronic learning (e-learning). Derasnya arus informasi, serta cepatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memunculkan pertanyaan
terhadap tugas utama guru yang disebut “mengajar”. Masih perlukah guru mengajar
di kelas seorang diri, menginformasikan, menjelaskan, dan menerangkan?
Menanggapi hal tersebut, ada pendapat bahwa tak seorangpun dapat mengajar
sesuatu pada orang lain, dan peserta didik harus melakukan sendiri kegiatan
belajar. Pendapat ini telah diterima baik, tetapi tidak berarti bahwa guru
tidak membantu
2.2 Kaitan
profesi keguruan dengan kurikulum
Kurikulum merupakan suatu komponen yang teramat penting
karena kurikulum merupakan panutan dalam penyelenggaraan proses belajar
mengajar di sekolah. Kualitas keluaran proses pendidikan antara lain ditentukan
oleh kurikulum dan efektifitas pelaksanaanya. Kurikulum itu harus sesuai dengan
filsafat dan cita-cita bangsa, perkembangan siswa, perkembangan ilmu dan
teknologi, serta kemajuan dan tuntutan masyarakat terhadap kualitas lulusan
lembaga pendidikan itu.
Kurikulum sekolah menengah merupakan seperangkat
pengalaman belajar yang dirancang untuk siswa sekolah menengah merupakan
lembaga pendidikan yang bertanggung jawab dalam memberikan kemampuan siswa
untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kurikulum ini harus
dipahami secara intersif oleh semua personil sekolah, terutama oleh kepala
sekolah dan guru.
Pemahaman tentang konsep dasar pengolalaan kurikulum
merupakan hal penting bagi guru. Teori dan praktek pengembangan kurikulum yang
dibicarakan dalam adminitrasi pendidikan, berkenaan dengan pertanyaan bagaimana
mengorganisasikan sumber-sumber yang ada disekolah sehingga pengembangan
kurikulum itu dapat mencapai efektifitas dan efesien yang tinggi.
PENUTUP
Kesimpulan
Profesi guru adalah untuk Melakukan pelayanan
dan pengabdian yang dilandasi dengan
kemampuan dan filsafat yang baik dan mantap
Guru yang profesional harus menjadi panutan yang baik bagi masyarakat. Guru harus dapat meningkatkan pelayanan dan pengetahuannya. Sesuatu pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang berkualitas tinggi dalam mengabdi untuk mencapai kesejahteraan, dan tidak berganti-ganti pekerjaan dalam melayani masyarakat, hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek dan memerlukan perhatian khusus dengan waktu yang panjang sehingga disebut dengan profesi.
Saran
Agar dapat menjadi guru yang profesional dan berkualitas
dengan mengeluarkan segala kemampuan sebagai pembimbing anak didik agar
mjenjadi anak yang dapat membangun bangsa dan negara. Jagan hanya memanfaatkan
kemampuan yang ada tetapi raih dan galilah setiap kemajuan dengan daya pikir
yang luas agar dapat mewujudkan keberhasilan yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Soetjipto.1999.profesi keguruan.jakarta.RINEKA CIPTA.
Danim sudarwan.2010.propesionalisasi guru dan etika
propesi guru.bandung.ALFABETA.