Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos yang berarti
watak, kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika
diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Dari
pengertian tersebut, terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan
tingkah laku manusia.
Dalam pergaulan sehari-hari, orang mengatakan perihal benar dan salah dalam
sikap hidup manusia sering dikenal dengan istilah etika. Akhirnya etika
berkembang menjadi kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan
waktu yang berbeda yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan.
Dalam pembahasan ini, ada beberapa permasalahan yaitu bagaimana pergaulan
sesama muslim dan bagaimana cara pergaulan denngan yang non - muslim serta
bagaimana cara berteman yang baik.
Secara naluri (fitrah), manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Yang dimaksud
makhluk sosial adalah bahwa manussia tidak dapat hidup sendiri, tanpa
berhubungan dengan yang lain. Agar pergaulan antar manusia itu berjalan dengan
baik, maka Allah SWT mengatur cara pergaulan yang baik, yaitu pergaulan manusia
sesama muslim maupun pergaulan manusia dengan yang non-muslim.
Pergaulan dengan sesama muslim, kita dilarang saling memperolok-olok,
karena barang kali yang diperolok-olok justru lebih baik daripada yang
mengolok-olok. Kita juga dilarang untuk berpraduga atau berprasangka terhadap
orang lain. Karena memang kebanyakan dari praduga itu menjurus kepada segi yang
negatif. Selain itu kita juga dilarang memanggil dengan panggilan yang buruk,
mencari-cari kesalahan orang lain, bergunjing dan perbuatan lain yang merugikan
sesama mu’min. Untuk menjaga keharmonisan pergaulan sesama muslim, Rasulallah
SAW menetapkan enam hak bagi seorang muslim yang menjadi kewajiban bagi muslim
lainnya. Sabda Rasulallah SAW :
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( حَقُّ
اَلْمُسْلِمِ عَلَى اَلْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ,
وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ, وَإِذَا اِسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْهُ, وَإِذَا عَطَسَ
فَحَمِدَ اَللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ, وَإِذَا مَاتَ
فَاتْبَعْهُ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Artinya : Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Hak seorang muslim terhadap sesama
muslim ada enam, yaitu bila engkau berjumpa dengannya ucapkanlah salam, apabila
ia mengundangmu hendaklah engkau penuhi undangannya, apabila dia meminta
nasehat kepadamu maka engkau nasehatilah, apabila dia
bersin dan mengucapkan alhamdulillah hendaklah engkau
mendo’akannya, apabila dia sakit hendaklah engkau menjenguknya dan bila dia
meninggal dunia hendaklah engkau mengiringi jenazahnya. (Riwayat Muslim).
Sikap-sikap di
atas nampaknya sangat sederhana sekali, tetapi semua itu merupakan kewajiban
yang harus dipenuhi oleh setiap muslim ketika bergaul dengan sesama muslim
lainnya. Menengok orang sakit umpannya, ini diharuskan bagi seorang muslim
sebab betapa besar hati seorang yang sedang sakit lebih – lebih ia jauh dari
dari saudara dan familinya kemudian datang seseorang yang menengok untuk
mengucapkan turut berduka dan mendo’akan atas kesembuhannya. Apalagi kalau
orang yang sakit itu seorang fakir atau miskin kemudian datang seseorang dengan
membawa sedikit makanan atau uang untuk mengurangi beban hidupnya si sakit dan
keluarganya, maka sedikit banyak hal ini akan mengurangi beban penderitaannya.
Dalam pergaulan sehari-hari, umat Islam diperintahkan untuk berbuat baik
kepada siapa saja. Bagaimana tidak, pergaualan menjadi pokok ajaran Islam karena
hampir setiap ibadah diutamakan untuk dilakukan bersama-sama yang mencerminkan
pergaulan dan kebersamaan. Mengapa sholat berjama’ah lebih baik daripada sholat
sendiri – sendiri ? Ini menunjukkan, bahwa Islam adalah agama sosial, agama
yang hendak memadukan kerja sama dan pergaulan sesama manusia seluruhnya.
Pergaulan itu bekerja sama dengan tiap orang dengan cara yang baik dan benar, dengan
muka yang manis dan lemah lembut supaya pergaulan itu dapat menumbuhkan rasa
sayang dan mendatangkan rasa cinta antara satu sama lain saling mengenal satu
sama lain adalah dasar hubungan antara
ssesama manusia dalam kehidupan bermasyarakat untuk menjaga keindahan pergaulan
dalam masyarakat, ada berbagai macam adab dalam pergaulan.
Secara garis besar pergaulan itu perlu diperhatikan oleh setiap anggota
masyarakat, misalnya saja memandang saudara – saudaranya dengan pandangan yang
sewajarnya kepada yang lebih tua, yang umurnya sebaya dengan kita, ataupun yang
lebih muda usia kita harus menghormati dan menyayanginya. Ada beberapa cara
berteman yang baik, diantaranya dengan ta’aruf, tafahum, jujur.
Yang pertam ta’ruf. Islam adalah agama yang mengajarakan kepada umatnya
untuk menyayangi terhadap sesama makhluknya. Manusia diciptakan Allah swt agar
saling mengenal di antara sesamanya. Dalam kehidupan sehari-hari tentang
ta’aruf atau perkenalan ini banyak dilakukan. Misalnya ketika memasuki tahun
ajaran baru diadakan perkenalan bagi para siswa dan siswi baru. Siswa dan siswi
yang baru masuk harus saling mengenal antara sesama teman baru, dengan kakak –
kakak kelasnya, para guru, karyawan, lingkungan sekolah dan sebagainya. Dengan
pengenalan ini, siswa yang baru masuk akan menjadi akrab dengan sesama siswa,
mengenal lingkungan sekolah sehingga diharapkan dapat belajar dengan nyaman dan
tenang.
Yang kedua adalah tafahum. Tafahum artinya saling pengertian. Dengan
menerapkan sifat tafahum dalam kehidupan sehari – hari terhadap sesama teman,
sesama umat islam dan terhadap sesama anggota masyarakat. Maka hidup kita akan
rukun dan damai. Namun perlu diingat, bahwa ada saling pengertian yang dilarang
oleh ajaran Islam, yaitu saling pengertian tentang hal-hal yang tidak baik.
Contoh ada orang yang sedang mencuri, lalu kita membiarkan karena kita
memaklumi bahwa pencuri itu mengambil barang orang itu karena terpaksa. Kita
tidak boleh saling pengertian dalam hal ini, karena nantinya ia akan terbiasa
untuk mencari dan tidak mau berusaha dengan cara yang lain, dengan cara yang
baik dan halal. Dan akan mengulangi perbuatannya apabila ia tidak mempunyai
uang. Oleh karena itu, kita harus menasehatinya agar tidak mengulangi lagi
perbuatannya.
Yang ketiga adalah jujur. Kejujuran merupakan sifat terpuji dan kunci
sukses dalam pergaulan. Membiasakan diri untuk selalu berkata yang benar
merupakan sesuatu yang lebih baik daripada segala yang ada di atas bumi, baik
berupa kesenangan maupun kebendaan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah swt tidak hanya
mengatur cara pergaulan sesama muslim, tetapi ada juga cara pergaulan dengan
non – muslim. Berteman bukan hanya dengan sesama muslim, dengan non – muslim
pun tidak ada larangan untuk kita. Hal ini apabila orang-orang non – muslim
tersebut tidak melakukan penyerangan terhadap orang islam. Namun, bila di atara
mereka ada yang melakukan tindakan yang menyakiti orang muslim yang taat
beribadah, maka non – muslim yang demikian itu tidak boleh kita pergauli dan
tidak perlu kita berbuat baik kepadanya. Tetapi apabila mereka tidak berbuat
seperti tersebut di atas, maka kita orang – orang islam tidak di larang untuk menjalin
hubungan baik dan bersikap adil terhadap mereka.
Jadi untuk menjaga keharmonisan hubungan dengan sesama muslim, maka harus
dijauhi sikap – sikap yang dapat menimbulkan perasaan sakit pada orang lain.
Dan tidak ada larangan bagi kaum muslim
untuk bergaul dengan orang – orang non muslim, apabila orang – orang non –
muslim tersebut tidak melakukan penyerangan terhadap orang Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. A. Susanto, M. Pd. Filsafat Ilmu.
2011. Jakarta: Bumi Aksara.
Prof. Dr. H. Moh. Matsna, Ma. Al-Qur’an
Hadist. 2008. Semarang : Karya Toha Putra.
Drs. H. Masan AF, M. Pd. Aqidah Akhlak.
2004. Semarang : Karya Toha Putra.