BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Bimbingan dan
konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan
menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan
atau masalah yang silih berganti. Manusia tidak sama satu dengan yang lain,
baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi
persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak
mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain.
Manusia
adalah sasaran pendidikan. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk
menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Peserta didik merupakan
pribadi-pribadi yang sedang berada dalam proses berkembang ke arah kematangan.
Masing-masing peserta didik memiliki karakteristik pribadi yang unik. Dalam
arti terdapat perbedaan individual di antara mereka, seperti menyangkut aspek
kecerdasan, emosi, sosiabilitas, sikap, kebiasaan, dan kemampuan penyesuaian
diri. Dalam dunia pendidikan, peserta didik pun tidak jarang mengalami
masalah-masalah, sehingga tidak jarang dari peserta didik yang menunjukkan
berbagai gejala penyimpangan perilaku yang merentang dari kategori ringan
sampai dengan berat. Masalah-masalah tersebut akan dibahas lebih detail pada
bab selanjutnya.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah yang akan dijadikan pokok
pembahasan dalam penulisan makalah ini, diantaranya :
1. Apa
saja masalah
yang dihadapi siswa di sekolah
dan madrasah ?
C.
METODE PENULISAN
Adapun metode yang digunakan dalam
penyusunan makalah ini yaitu :
1.
Metode library research yaitu
mengumpulkan buku-buku bacaan yang berhubungan dengan masalah yang sedang
dibahas dan bahan yang di dapat dari media teknlogi dan informasi komunikasi.
2. Metode
perbandingan yaitu membandingkan antara literatur yang satu dengan literatur
yang lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai manusia, bisa dipastikan bahwa siswa juga memiliki
permasalahan yang kompleks, yang tentu saja permasalahan tersebut berbeda
antara satu dan yang lainnya. Masalah yang dialami oleh siswa di madrasah dan
sekolah berkenaan dengan hal-hal berikut[1]:
1.
Perkembangan
individu.
2.
Perbedaan
individu, dalam hal : kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap,
kebiasaan, pengetahuan, kepribadian, cita-cita, kebutuhan, minat, pola-pola dan
tempo perkembangan, cirri-ciri jasmaniyah dan latar belakang lingkungan.
3.
Kebutuhan
individu, dalam hal : memperoleh kasih sayang, harga diri, penghargaan yang
sama, prestasi dan posisi, ingin dikenal, untuk dibutuhkan orang lain, merasa
bagian dari kelompok, rasa aman dan perlindungan, dan unruk memperoleh
kemerdekaan diri.
4.
Penyesuaian
diri dan kelainan tingkah laku.
5.
Masalah
belajar.
M.
Hamdan Bakran Adz-Dzaky (2004) mengklasifikasikan masalah individu, termasuk
siswa, sebagai berikut:
1.
Masalah Individu yang Berhubungan dengan Tuhannya
Ialah kegagalan individu dalam
melakukan hubungan vertical dengan Tuhannya. Seperti sulit menghadirkan rasa
takut, memiliki rasa tidak bersalah atas dosa yang dilakukan, merasa selalu
diawasi oleh Tuhan, sehingga ia merasa tidak memiliki kebebasan. Dampak dari
semua itu adalah timbulnya rasa malas atau enggan melaksanakan ibadah dan sulit
untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang Tuhan.
2.
Masalah Individu yang Berhubungan dengan Dirinya
Sendiri
Adalah kegagalan bersikap disiplin
dan bersahabat dengan hati nurani yang selalu mengajak atau menyeru dan
membimbing pada kebaikan dan kebenaran Tuhannya. Dampaknya adalah muncul sikap
was-was, ragu-ragu, berprasangka buruk (su’udlon), rendah motivasi, dan
dalam hal tidak mampu bersikap mandiri.
3.
Masalah Individu yang Berhubungan dengan Lingkungan
Keluarga
Dalam hal ini, seseorang mengalami
kesulitan atau ketidakmampuan mewujudkan hubungan yang harmonis antara anggota
keluarga, seperti antara anak dan orang tua, adik
dengan kakak dan saudara-saudara
lainnya. Kondisi ketidakharmonisan dalam keluarga menyebabkan anak merasa
tertekan, kurang kasih sayang, dan kurangnya ketauladanan dari kedua orang tua
itu sendiri.
4.
Masalah Individu yang Berhubungan dengan Lingkungan
Kerja
Masalah yang terjadi misalnya
kegagalan individu memilih pekerjaan yang sesuai dengan karakteristik
pribadinya, kegagalan dalam meningkatkan prestasi kerja, ketidakmampuan
berkomunikasi dengan atasan, rekan kerja dan kegagalan melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
Khusus siswa, masalah yang
berhubungan dengan karir misalnya ketidakmampuan memahami tentang karier,
kegagalan memilih karier yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan karakteristik
pribadinya.
5.
Masalah Individu yang Berhubungan dengan Lingkungan
Sosial
Dalam hal ini yang terjadi biasanya
adalah ketidakmampuan melakukan penyesuaian diri (adaptasi), baik dengan
lingkungan tetangga, sekolah dan masyarakat, atau kegagalan bergaul dengan
lingkungan yang beraneka ragam watak, sifat, dan perilaku.
Selain
itu, ada lima daftar masalah yang selalu dihadapi para remaja di sekolah dan
madrasah yakni sebagai berikut[2]
:
1.
Perilaku
Bermasalah (problem behavior)
Masalah perilaku yang di alami remaja di sekolah
dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri
dan orang lain. Perilaku malu dalam dalam mengikuti berbagai aktvitas yang
digelar sekolah misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan
seorang remaja mengalami kekurangan pengalaman. Jadi perilaku bermasalah akan
merugikan secara tidak langsung pada seorang remaja di sekolah akibat
perilakunya sendiri.
2.
Perilaku
menyimpang (behaviour disorder)
Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku
yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan
perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua
remaja mengalami behaviour disorder. Seorang remaja mengalami hal ini jika ia
tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku
menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol
yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab perilaku menyimpang lebih
banyak karena persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya.
3.
Penyesuaian diri
yang salah (behaviour maladjustment)
Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja
biasanya di dorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu
tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek, bolos, dan
melangar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada
remaja di sekolah menegah (SLTP atau SLTA).
4.
Perilaku tidak
dapat membedakan benar-salah (conduct disorder)
Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak
mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari perilaku tidak
dapat membedakan benar atau salah seperti munculnya cara pikir dan perilaku
yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah.
Penyebabnya, karena sejak kecil orang tua tidak bisa membedakan perilaku yang
benar dan salah pada anak. Wajarnya, orang tua harus mampu memberikan hukuman
(punisment) pada anak saat ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan
pujian atau hadiah (reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau
benar.
Seorang remaja di sekolah dikategorikan dalam perilaku
ini apabila ia memunculkan perilaku anti sosial baik secara verbal maupun
secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan
mempermainkan temannya. Selain itu, perilaku ini juga dikategorikan pada remaja
yang berperilaku oppositional deviant disorder yaitu perilaku oposisi yang
ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur permusuhan yang akan merugikan orang
lain.
5.
Attention Deficit Hyperactivity
disorder
Ialah anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian
sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hiperaktif.
Remaja di sekolah yang hiperaktif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan
perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika di ajak
berbicara, remaja yang hiperaktif tersebut tidak memperhatikan lawan bicaranya.
Selain itu, anak hiperaktif sangat mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang
dari luar serta mengalami kesulitan dalam bermain bersama dengan temannya.
Semua masalah di atas harus diidentifikasi oleh guru
pembimbing di sekolah dan madrasah, sehingga bisa ditetapkan skala prioritas,
masalah mana yang harus dibicarakan terlebih dahulu dalam pelayanan bimbingan
dan konseling. Masalah-masalah di atas juga harus menjadi bahan pertimbangan
bagi guru pembimbing di sekolah dan madrasah dalam menyusun program bimbingan
dan konseling di sekolah dan madrasah tersebut.
6.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sebagai manusia, pasti memiliki
permasalahan yang kompleks, yang permasalahannya berbeda antara satu dengan
yang lainnya. Masalah yang dialami oleh siswa di madrasah dan sekolah berkenaan
dengan hal-hal berikut perkembangan individu, perbedaan individu, kebutuhan
individu, penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, serta masalah dalam
belajar.
Sedangkan M. Hamdan Bakran Adz-Dzaky
(2004) mengklasifikasikan masalah individu, termasuk siswa, yakni masalah individu
yang berhubungan dengan tuhannya; masalah individu yang berhubungan dengan
dirinya sendiri; masalah individu yang berhubungan dengan lingkungan keluarga; masalah individu
yang berhubungan dengan lingkungan kerja; serta masalah individu yang berhubungan dengan
lingkungan sosial.
Selain itu, ada lima daftar
masalah yang selalu dihadapi para remaja di sekolah dan madrasah yakni perilaku bermasalah, perilaku
menyimpang, penyesuaian diri yang salah, perilaku tidak dapat membedakan
benar-salah attention deficit hyperactivity disorder.
B.
SARAN – SARAN
1.
Sebagai calon guru yang professional,
kita harus mampu mengamati dan mencermati masalah yang dihadapi para siswanya.
2.
Sebagai calon guru, kita harus mampu mengidentifikasi masalah tersebut,
sehingga bisa menetapkan skala prioritas, masalah mana yang harus dibicarakan
terlebih dahulu dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
3.
Seorang
guru harus mampu menjadikan masalah-masalah yang ada di sekolah dan madrasah,
menjadi bahan pertimbangan bagi guru pembimbing di sekolah dan madrasah dalam
menyusun program bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
No comments:
Post a Comment