Beliau
masyhur dikenal dengan julukan "Habib Basirih / Datuk Keramat
Basirih". Begitulah orang kalimantan mengenal Beliau karena Beliau tinggal
dan di makamkan di kampung Basirih (Banjarmasin-Kalimantan Selatan),Di mata
orang Kalimantan Beliau adalah seorang Wali Quthub yang Waro' dan memiliki
berbagai kelebihan/karomah yang luar biasa dan ajaib. Tanah makam beliau naik
secara sendirinya membentuk sebuah tumpukkan gunungan kecil dan selalu tercium
bau harum. Beliau memiliki sebuah kolam sumur tempat beliau mandi yang sampai
sekarang masih terawat apik disekitar komplek makam beliau. Air kolam tersebut
dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan memberikan banyak berkah
lainnya.
(Wallahu'alam,,
sungguh ALLAH SWT Maha Sempurna dengan menampakkan kekuasaannya kepada seorang
Walinya). Tak secara jelas kami mengetahui kapan beliau lahir dan sejak kapan
Beliau menetap di Kalimantan dan kenapa Banjarmasin ibu kota Kalimantan Selatan
jadi tempat singgah terakhir Beliau.
NASAB
HABIB BASIRIH adalah sebagai berikut: Hamid bin Abbas bin Abdullah bin Husin
bin Awad bin Umar bin Ahmad bin Syekh bin Ahmad bin Abdullah bin Aqil bin Alwi
bin Muhammad bin Hasyim bin Abdullah bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad AlFaqih bin
Abdurrahman bin Alwi Umul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath.
Nasab
Al Habib Hamid seketurunan dengan Sunan Ampel (Surabaya).Yang mempertemukan
keduanya adalah mereka sama-sama keturunan dari Waliyullah Muhammad Shohib
Mirbath (keturunan generasi ke-16 dari Rosulullah SAW). Silsilah kedua Auliya
ini bertemu di Alwi Ummul Faqih bin Muhammad Shohib Mirbath. Sunan Ampel dari
jalur putra Alwi Ummul Faqih yang bernama Abdul Malik (yang hijrah dari Tarim,
Hadramaut, Yaman ke India) sedang Habib Basirih dari jalur putra Alwi yang
bernama Abdurrahman. Jika Sunan Ampel adalah keturunan ke-23 dari Rasulullah
Muhammad SAW, maka Habib Basirih merupakan keturunan ke-36. Dari segi usia,
Sunan Ampel lebih tua dan lebih sepuh dari Habib Basirih yang hidup di masa
yang lebih muda. Habib Basirih hidup di zaman penjajahan Belanda dan Jepang.
Sunan Ampel hidup sekitar 400 tahun sebelum Habib Basirih
Satu
versi menyebut Habib Awad masuk ke Banjar lewat Sampit, Kalteng. Keterangan
anggota keluarga Bahasyim lainnya menyebut bahwa Habib Awad bermakam di Bima,
Nusa Tenggara Barat. Oleh karena itu antara Bahasyim di Banjar dengan Bahasyim
di Bima ada pertalian persaudaraan. Satu versi lain menyebutkan bahwa salah
satu cucu Habib Awad bin Umar ada yang hijrah ke Bima dan kemudian menurunkan keluarga
besar Bahasyim di Bima. Tapi sebagian besar anggota keluarga Bahasyim
berpandangan bahwa Habib Awad adalah Bahasyim tertua (paling awal) yang datang
ke Tanah Banjar (Lihat Mata Banua, 8 Agustus: Kisah Para Penebang Kayu Trah
Bahasyim Basirih). Selain dapat ditempuh lewat jalan darat (ada rute trayek
angkutan kota/taksi kuning yang melintasi dan menuju Kubah Habib Basirih),
peziarah juga dapat mengunjungi petilasan Basirih lewat jalur sungai. Belum ada
biro perjalanan wisata yang menggarap rute alternatif via jalan sungai ini
sebagai bagian dari paket wisatanya. Sebelum mencapai Kubah Habib Basirih,
beberapa ratus meter sebelumnya terdapat pula makam ibu beliau yakni Syarifah
Ra’anah. Makam Habib Basirih dan ibundanya masuk dalam daftar inventaris binaan
Dinas Pariwisata Kota Banjarmasin. Keduanya digolongkan sebagai objek wisata
religius (spiritual) yang layak dikunjungi. Makam Habib Abbas bin Abdullah
Bahasyim, suami Syarifah Ra’anah dan ayahanda Habib Basirih justru tak
diketahui keberadaannya hingga kini.
Beberapa
pihak menduga makam beliau berkumpul di pemakaman habaib di Basirih seberang
sungai di dekat Masjid Jami Darut Taqwa Kelurahan Basirih, Banjar Selatan.
Masjid ini menurut keterangan didirikan tahun 1822 oleh H Mayasin. Pada tahun
1848 keluarga Habib Basirih pernah merehab masjid ini.Versi lain mengatakan
Habib Abbas bermakam di wilayah Sungai Baru. Habbis Abbas dikenal sebagai
saudagar kaya raya dan mempunyai kapal dagang. Beliau juga disebut-sebut
mempunyai tanah yang cukup luas di wilayah Basirih di samping di Sungai Baru
(kini nama sebuah kelurahan di sekitar Jalan A Yani dan Jalan Pekapuran).
Nama
Basirih bersinar tak lepas dari sosok Habib Hamid. Beliau pernah berkhalwat
(mengurung diri dan melakukan sejumlah amalan) sekian tahun di dalam sebuah
rumah (gubuk) kecil tak jauh dari makamnya sekarang. Pada zaman Jepang, Habib
Hamid keluar dari pertapaannya. Sejumlah kelakuan aneh beliau belakangan
dipahami sebagai pekerjaan kewalian beliau menyelamatkan orang lain. Suatu
kali, misalnya, dengan menggunakan gayung, Habib Hamid memindahkan air dari
satu tempat ke tempat lain. Orang-orang menilai pekerjaan itu sebagai perbuatan
tak bermakna. Padahal, itu adalah cara Habib Hamid menyelamatkan kapal
penumpang yang nyaris karam di lautan luas. Sebab di belakang hari ada orang
datang ke rumah beliau dan mengucapkan terima kasih atas pertolongan Habib
Basirih waktu kapal mereka hampir karam di tengah laut.
Perbuatan
Habib Hamid lainnya yang spektakuler adalah menghidupkan kambing mati. Suatu
hari, seorang tetangga mengatakan kepada beliau bahwa di batang (rakitan kayu
gelondongan di atas sungai yang dapat berfungsi untuk tempat mandi dsbnya)
milik Habib Basirih terdapat bangkai kambing yang sudah membusuk. Bersama Habib
Hamid, tetangga itu turun ke batang untuk membuktikan penglihatannya. Tetangga
itu kaget ketika matanya menatap seekor kambing hidup terikat di batang Habib
Hamid.Ulah Habib Hamid lainnya adalah beliau pernah duduk di atas tanggui
(penutup kepala berbentuk bundar terbuat dari daun nipah) menyeberangi Sungai
Basirih menengok keponakannya Habib Ahmad bin Hasan bin Alwi bin Idrus Bahasyim
(Habib Batillantang). “Waktu kecil saya pernah diberi gulungan benang
layang-layang,” ujar Habib Abdul Kadir bin Ghasim bin Thaha Bahasyim, 86 tahun.
Gulungan benang layang-layang itu kemudian dipahami oleh Habib Abdul Kadir
sebagai perjalanan hidupnya yang sepanjang tali benang layang-layang.
HabibAbdul Kadir bekerja di kapal dagang dan berlayar mengarungi berbagai
penjuru wilayah pedalaman Kalimantan.Beberapa wanita tua di Basirih
mengungkapkan pernah diajak orangtuanya berziarah ke Habib Basirih ketika
beliau hidup untuk minta ‘berkah’. Beberapa orang tua meminta air kepada Habib
Basirih dengan hajat agar anak-anak mereka pandai mengaji. Setalah diberi ‘air
penenang’ anak-anak kecil mereka pun lancar membaca Kitab Suci AlQur’an.
Kisah
lainnya, beberapa pria dari atas perahu melintas di depan batang Habib Basirih.
Mereka mengolok-olok Habib Basirih ketika beliau sedang mandi di atas batang.
Gerak-gerik Habib Basirih yang ganjil menyulut mereka mengeluarkan ucapan yang
kurang pantas. Tiba-tiba, perahu mereka menabrak tebing sisi sungai dan kandas.
Cerita lainnya, yang masyhur beredar di Basirih, seorang pedagang ikan
berperahu menolak panggilan singgah Habib Hamid. Si pedagang berpikir tak
mungkin Habib Basirih membayar dagangannya. Akibatnya, selama satu hari penuh
tak satupun barang jualan pedagang ikan tersebut ada yang laku. Sementara
pedagang lainnya yang menghampiri panggilan Habib Basirih, berkayuh menuju
rumah lebih cepat sebab dagangannya hari itu tak bersisa.
Habib
Hamid banyak mengungkapkan sesuatu dengan bahasa perlambang (isyarat). Hanya
segelintir orang yang paham dengan perkataannya. Suatu hari datang seorang
Jepang menemui Habib Basirih. Si Jepang kemudian berjanji setelah urusannya di
Makasar selesai akan kembali membawa Habib Basirih ke rumah sakit jiwa.
“Pesawat orang Jepang itu jatuh dalam perjalanan ke Makassar,” ujar Syarifah
Khadijah binti Habib Hasan Bahasyim, 70 tahun, cucu Habib Basirih.“Selesai
berkhalwat di sebuah rumah kecil, Habib Basirih naik ke rumah ini,” ujar
Syarifah Khadijah. Kenang-kenangan fisik yang tersisa dari Habib Basirih yang
bisa disaksikan adalah foto beliau bersama anak cucunya pada tahun 1949,
beberapa waktu sebelum beliau berpulang ke rahmatullah. “Waktu ditawari difoto
Habib Basirih cuma tersenyum, menolak tidak, mengiyakan tidak. Tukang fotonya
namanya Beng Kiang,” tutur Syarifah Khodijah.
Seperti
diketahui, Habib Hamid mempunyai 4 anak, 3 putri dan 1 putra. Saya tidak
membicarakan ke 3 putri beliau, karena otomatis garis keturunan beliau terputus
(maksudnya tidak menurunkan fam Bahasyim dari habib Hamid lagi kepada anak2
nya)
Dari
1 putra beliau yang bernama Habib Hasan Bahasyim mendapat 1 anak laki-laki
bernama Habib 'Idrus Bahasyim dan beberapa anak perempuan (termasuk Syarifah
Khodijah Bahasyim yang masih hidup)
Alm.Habib
'Idrus (satu-satunya cucu laki-laki habib Hamid) kemudian kawin 2 kali dengan
anak anak sbb :
Dari
Syarifah Raguan Baragbah (istri pertama)
1. Syarifah Fizria Maryam (Banjarbaru)
2. Habib Fitri Hamid (kubah Basirih)
3. Habib Fathurrachman Bahasyim (Banjarmasin)
4. Habib Fadil Bahasyim (Samarinda)
1. Syarifah Fizria Maryam (Banjarbaru)
2. Habib Fitri Hamid (kubah Basirih)
3. Habib Fathurrachman Bahasyim (Banjarmasin)
4. Habib Fadil Bahasyim (Samarinda)
Dari
Syarifah Hani Bilfagih (istri kedua)
1. Habib 'Ali Bahasyim (Jakarta)
2. Syarifah Zuraida Bahasyim (Banjarmasin)
3. Habib Fuad Bahasyim (Banjarmasin)
1. Habib 'Ali Bahasyim (Jakarta)
2. Syarifah Zuraida Bahasyim (Banjarmasin)
3. Habib Fuad Bahasyim (Banjarmasin)
Jumlah
pengunjung di Kubah Habib Basirih walau belum dapat dibandingkan dengan makam
Sunan Ampel di Ampel, Surabaya tak mengurangi ketokohan beliau. Sunan Ampel
adalah tokoh utama Wali Songo, sebuah dewan (forum) ulama kelas wahid di zaman
Kesultanan Demak.
http://wiki.aswajanu.com/Habib_Hamid_bin_Abbas_Bahasyim_Kalimantan
No comments:
Post a Comment