Thursday, August 11, 2016

MANAKIB SAYID UTSMAN DALAM SYAIR





Suatu zaman, ketika Sayid Utsman bin Abdullah bil Aqil bin Yahya menjadi mufti Betawi sekitar abad ke 19, muncul sejumlah kasus yang sempat memicu perdebatan, pro dan kontra, dikalangan kaum muslimin. Misalnya masalah pelurusan arah kiblat shalat, masalah tarekat, dan sebagainya. Semua dijelaskan oleh mufti Betawi itu dalam kitab-kitabnya.

Sebelas tahun setelah Sayid Utsman bin Yahya wafat, ada sebuah kitab kecil berjudul Qamaruz Zaman (Bulannya Zaman), berkisar tentang mufti Betawi itu. Kitab yang hanya 35 halaman itu ditulis tangan dalam bentuk syair oleh Syaikh bin Alawi bin Utsman bin Yahya, salah seorang cucunya. Kitab yang tak pernah diterbitkan tersebut ditulis pada 12 Rabi’ul Tsani 1343 H.

Dalam risalah tipis disebutkan, Sayid Utsman bin Yahya lahir di Pekojan Depan, Betawi, pada 1238 H (sekitar paruh pertama abad ke-19), dan wafat ada malam senin, jam 03.00 dini hari, 22 Shafar 1332 H, dalam usia 94 tahun. Dari kitab kecil tersebut kita dapat mengetahui beberapa sisi kehidupan beragama di sekitar abad ke-19, paling tidak di Betawi.

Dalam kitab Qamaruz Zaman itu disebutkan beberapa kasus yang sempat memicu beda pendapat, bahkan konflik, di kalangan kaum muslimin – yang dalam kitabitu disebut bincana, bencana – tapi bisa diselesaikan oleh Sayid Utsman. Diantaranya majelis Maulid yang disertai makan-minum dan permainan gambus, yang dinilainya tak pantas. Ia juga menyelesaikan kasus tarekat palu dan orang yang mengaku sebagai wali dengan karamah palsu. Bukan hanya itu, Sayid Utsman juga menyelesaikan beda pendapat sekitar paham Wahabi.

Sebagaimana lazimnya kitab-kitab antik yang lain, sampul depan Qamaruz Zaman juga unik, berhiaskan panorama sebuah pemukiman di suatu lembah di tepi pantai. Ada masjid cukup besar dan beberapa rumah. Rumah. Di sisi kiri seperti pemandangan Hadhramaut (tempat kelahiran kakek Sayid Utsman dari jalur ayah), sementara di sebelah kanan mungkin dimaksudkan sebuah pemukiman di Betawi. Di sebelah kiri tampak pantai yang tenang dengan sebuah perahu layar.

  Di bawah gambar hias tersebut tercantum dua kalimat, masing-masing tertulis dalam sebuah bulatan seperti matahari, sedang kalimat lainnya dalam gambar seperti bulan sabit. Bunyinya : Ini hikayat bernama Qamaruz Zaman, menyatakan almarhum Al-Habib Utsman dan tarihnya, terbagi di dalam dua bahagian. Mudah-mudahan menjadi ‘ibrah li ulil adab(Pelajaran bagi kaum yang berakal). Diatur oleh hamba yang dhaif Syaikh bin Alawi bin Utsman bin Yahya, tercetak dan terjual di toko Sayid Alawi bin Utsman bin Yahya. Kampung Petamburan, Weltevreden(kawasan Jakarta Pusat di zaman Hindia Belanda).

Berikut Syair yang tertulis di dalam Qamaruz Zaman huruf Arab Melayu (yang telah ditulis dalam bentuk bahasa Indonesia) pada halaman 2 sebagai berikut :

Dengan nama Tuhan Yang Esa, bukan pengarang yang empunya bisa. Perkataannya banyak yang janggal, banyak bukunya bertanggal-tanggal. Qamaruz Zaman nama hikayat ini, keadaannya almarhum yang telah fani(fana, telah wafat). Di sini hamba mulai berwarta,kepada ikhwan semuanya rata. Dimaksudkan lafadz almarhum disini, supaya diketahui oleh ikhwani. Pada tahun satu dua tiga delapan, negeri Betawi tempat derapan (tempat panen padi).

Syair di karang di ini masa, hanya pertolongan Yang Maha Kuasa. Seperti tebu di negeri Tegal, isep gulanya ampasnya tinggal. Buat menerangkan sekalian ikhwani, pulang ke rahmat-Nya Tuhan Yang Ghani (kaya). Tarikh almarhum diberi nyata, supaya diketahui dengan perdata (terperinci). Yakni Habib Utsman yang telah fani, yang suka membaca hikayat ini. Dilahirkan almarhum di Pekojan Depan, segala bangsa bersampan-sampan.

Dikutip dari Majalah al Kisah no 09/Tahun V/23 April – 6 Mei 2007 hal. 115 -117

No comments:

Post a Comment