A.
PENGERTIAN
PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan kelas terdiri dari dua
kata yaitu “Pengelolaan dan Kelas” pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah
“kelola” ditambah awalan “pe” dan akhiran “an” istilah lain dari kata
pengelolaan adalah “manajemen” adalah kata aslinya dari bahasa Inggris, yaitu
“management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.
Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsini Arikunto
adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.
Sedangkan kelas menurut Oemar
Hamalik adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama,
yang mendapat pengajaran dari guru. Pengertian ini jelas meninjaunya dari segi
anak didik. Pendapat sejalan dengan pendapat Suharsini Arikunto di dalam
deduktif terkandung suatu pengertian umum mengenai kelas yaitu sekelompok siswa
yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.
Kelas menurut pandangan umum dapat
dibedakan atas dua pandangan yaitu:
1
Pandangan dari
segi siswa, seperti dalam contoh pembicaraan “di kelas saya terdapat 20 orang
siswa putra dan 15 siswa putri”.
2
Pandangan dari
aspek fisik, seperti dalam contoh pembicaraan “kelas ini berukuran 6 x 8 meter
persegi.
Hadari
Nawawi memandang kelas dari dua sudut yaitu :
1
Kelas dalam
arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah
siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.
2
Kelas dalam
arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat
sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara
dinamisme menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang efektif
untuk mencapai suatu tujuan.
Dari uraian tersebut dapat dipahami
bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna
mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan yang sangat sederhana adalah bahwa
pengelolaan kelas adalah kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan
pengajaran.
B.
TUJUAN
PENGELOLAAN KELAS
Tujuan pengelolaan kelas pada
hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan
pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam bagi kegiatan
belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas.
Suharsini Arikunto berpendapat bahwa
tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap di kelas dapat bekerja dengan
tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisen.
C.
BERBAGAI
PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS
Berikut beberapa contoh pendekatan
dalam pengelolaan kelas di antaranya adalah :
1.
Pendekatan
kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol
tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan
mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Di dalamnya ada kekuasaan dalam
normay mengikat untuk di taati anggota kelas.
2.
Pendekatan
Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu
perencanaan dan pelaksanaan akan mencega munculnya masalah tingkah laku anak
didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini
menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan
tingkah laku anak didik yang kurang baik.
3.
Pendekatan
perubahan tingkah laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu
proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah
mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang
kurang baik. Pendekatan ini bertolak dari sudut pandang bihavioral yang
mengemukakan asumsi bahwa :
a.
Semua tingkah
laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil proses belajar asumsi ini
mengharuskan wali atau guru kelas berusaha menyusun program kelas dan suasana
yang dapat merangsang terwujudnya proses belajar yang memungkinkan siswa
mewujudkan tingkah laku yang menurut ukuran norma yang berlaku di lingkungan
sekitarnya.
b.
Di dalam proses
belajar terdapat proses psikologis yang fundamental berupa penguatan positif
(positive re inforcement) hukuman penghapusan (extinction) dang penguatan
negatif (negative reinforcement) asumsi ini mengharuskan seorang wali atau guru
melakukan usaha mengulang-ulangi program atau kegiatan yang di nilai baik
(merangsang) bagi terbentuknya tingkah laku tertentu terutama di kalangan
siswa.
D.
PENGATURAN
SISWA
Abu Hamid dan Widodo Supriono (1991: 108) melihat siswa sebagai
individu dengan segala perbedaan dan persamaannya yang pada intinya terletak
pada aspek biologis, intelektual dan psikologis. Perbedaan dan persamaan yang
di maksud di antaranya adalah :
1.
Persamaan dan perbedaan
dalam kecerdasan
2.
Persamaan dan
perbedaan dalam kecakapan
3.
Persamaan dan
perbedaan dalam bakat
4.
Persamaan dan
perbedaan dalam sikap
5.
Persamaan dan
perbedaan dalam kebiasaan
6.
Persamaan dan
perbedaan dalam pola-pola dan tempo perkembangan.
Berbagai persamaan dan perbedaan
siswa di atas, berguna dalam membantu usaha pengaturan siswa di kelas terutama
berhubungan dengan masalah bagaimana pola pengelompokan siswa guna menciptakan
lingkuna belajar yang efektif dan kreatif.
Kegiatan belajar mengajar dengan
pendekatan kelompok menghendaki peninjauan pada aspek individu siswa.
Penempatan siswa memerlukan pertimbangan pada aspek postur tubuh siswa, dimana
menempatkan siswa yang mempunyai postur tubuh tinggi atau rendah, di mana
menempatkan siswa yang memiliki kelainan penglihatan atau pendengaran, jenis
kelamin siswa perlu juga dijadikan pertimbangan dalam pengelompokan siswa.
Siswa yang cerdas, yang lincah, yang bodoh, yang pendiam, yang suka membuat
keributan, suka mengganggu temannya dan sebagainya. Sebaiknya dipisah agar
kelompok tidak didominasi oleh suatu kelompok tertentu agar persaingan dalam
belajar berjalan seimbang.
E.
PENGELOLAAN
KELAS YANG EFEKTIF
Bila kelas diberikan batasan sebagai
sekolompok orang yang belajar bersama, yang mendapatkan pengajaran dari guru,
maka di dalamnya terdapat orang-orang yang melakukan kegiatan belajar dengan
karakteristik masing-masing yang berbeda dari yang satu dengan yang lainnya.
Perbedaan ini perlu guru pahami agar
mudah dalam melakukan pengelolaan kelas secara efektif. Menurut Made Pidarta
untuk mengelolaan kelas secara efektif perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1.
Kelas adalah
kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu, yang dilengkapi oleh
tugas-tugas dan diarahkan oleh guru.
2.
Dalam situasi
kelas, guru bukan tutor satu anak pada waktu tertentu tetapi bagi semua anak
atau kelompok.
3.
Kelompok
mempunyai prilaku sendiri yang berbeda dengan prilaku-prilaku masing-masing
individu dalam kelompok. Kelompok mempengaruhi individu-indivu dalam hal bagaimana
mereka memandang dirinya masing-masing dan bagaimana belajar.
4.
Kelompok kelas
menyisipkan pengaruhkan kepada anggota-anggota. Pengaruh yang jelek dapat
dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka di kelas dikala belajar.
5.
Praktek guru
waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan siswa. Makin meningkat
keterampilan guru mengelola secara kelompok makin puas anggota-anggota di dalam
kelas.
6.
Struktur
kelompok, pola komunikasi, dan kesatuan kelompok ditentukan oleh cara guru
mengelola baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun bagi mereka yang
apatis. Masa bodoh atau bermusahan.
Keharmonisan hubungan guru dengan
siswa mempunyai efek terhadap pengelolaan kelas. Guru yang apatis terhadap
siswa membuat siswa menjauhinya. Siswa lebih banyak menolak kehadiran guru.
Rasa benci yang tertanam di dalam diri siswa menyebabkan bahan pelajaran sukar
diterima dengan baik. Kecenderungan sikap siswa yang negatif lebih dominan.
Sifat kemunafikan ini menciptakan jurang pemisah antara guru dan siswa.
Lain halnya dengan guru yang selalu
memperhatikan siswa, selalu terbuka, selalu tanggap terhadap keluhan siswa,
selalu mau mendengarkan kesulitan belajar siswa, selalu bersedia mendengarkan
saran dan kritikan dari siswa dan sebagainya adalah guru
yang di senangi oleh siswa. Siswa rindu akan kehadirannya, siswa
senang mendengarkan nasehatnya, siswa merasa aman disisinya, siswa senang
belajar bersamanya, dan merasa bahwa dirinya adalah bagian dari diri guru
tersebut. Itulah figur seorang guru yang baik. Figur guru yang demikian
biasanya akan kurang menemui kesulitan dalam mengelola kelas.
Thomas Gordon (1990: 29) mengatakan
bahwa hubungan guru dan siswa dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki
sifat-sifat sebagai berikut :
1.
Keterbukaan,
sehingga baik guru maupun siswa saling bersikap jujur dan membuka diri satu
sama lain.
2.
Tanggap
bilamana seseorang tahu dia di nilai oleh orang lain
3.
Saling
ketergantungan, antara satu dengan yang lain.
4.
Kebiasaan, yang
memperbolehkan setiap orang tumbuh dan mengembangkan keunikannya,
kreativitasnya dan kepribadiannya.
5.
Saling memenuhi
kebutuhan, sehingga tidak ada kebutuhan satu orang pun yang tidak terpenuhi.
Bila begitu konsepsi pengelolaan kelas yang efektif, maka itu
berarti tugas yang berat bagi guru adalah berusaha menghilangkan atau
memperkecil permasalahan-permasalahan yang terkait dengan semua problem
pengelolaan kelas, seperti kurangnya kesatuan, tidak ada estándar prilaku dalam
bekerja kelompok, reaksi negatif terhadap anggota kelompok, moral rendah, kelas
mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya dan sebagainya.
No comments:
Post a Comment