Saturday, December 5, 2015

Masalah dalam BK



BAB  I
PENDAHULUAN

A.      LATAR  BELAKANG
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan atau masalah yang silih berganti. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain.
Manusia adalah sasaran pendidikan. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Peserta didik merupakan pribadi-pribadi yang sedang berada dalam proses berkembang ke arah kematangan. Masing-masing peserta didik memiliki karakteristik pribadi yang unik. Dalam arti terdapat perbedaan individual di antara mereka, seperti menyangkut aspek kecerdasan, emosi, sosiabilitas, sikap, kebiasaan, dan kemampuan penyesuaian diri. Dalam dunia pendidikan, peserta didik pun tidak jarang mengalami masalah-masalah, sehingga tidak jarang dari peserta didik yang menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku yang merentang dari kategori ringan sampai dengan berat. Masalah-masalah tersebut akan dibahas lebih detail pada bab selanjutnya.

B.       RUMUSAN  MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah yang akan dijadikan pokok pembahasan dalam penulisan makalah ini, diantaranya :
1.    Apa saja masalah yang dihadapi siswa di sekolah dan madrasah ?

C.      METODE PENULISAN
Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu :
1.    Metode library research yaitu mengumpulkan buku-buku bacaan yang berhubungan dengan masalah yang sedang dibahas dan bahan yang di dapat dari media teknlogi dan informasi komunikasi.
2.    Metode perbandingan yaitu membandingkan antara literatur yang satu dengan literatur yang lainnya.
  
BAB  II
PEMBAHASAN

Sebagai manusia, bisa dipastikan bahwa siswa juga memiliki permasalahan yang kompleks, yang tentu saja permasalahan tersebut berbeda antara satu dan yang lainnya. Masalah yang dialami oleh siswa di madrasah dan sekolah berkenaan dengan hal-hal berikut[1]:
1.         Perkembangan individu.
2.         Perbedaan individu, dalam hal : kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kepribadian, cita-cita, kebutuhan, minat, pola-pola dan tempo perkembangan, cirri-ciri jasmaniyah dan latar belakang lingkungan.
3.         Kebutuhan individu, dalam hal : memperoleh kasih sayang, harga diri, penghargaan yang sama, prestasi dan posisi, ingin dikenal, untuk dibutuhkan orang lain, merasa bagian dari kelompok, rasa aman dan perlindungan, dan unruk memperoleh kemerdekaan diri.
4.         Penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku.
5.         Masalah belajar.
M. Hamdan Bakran Adz-Dzaky (2004) mengklasifikasikan masalah individu, termasuk siswa, sebagai berikut:
1.        Masalah Individu yang Berhubungan dengan Tuhannya
Ialah kegagalan individu dalam melakukan hubungan vertical dengan Tuhannya. Seperti sulit menghadirkan rasa takut, memiliki rasa tidak bersalah atas dosa yang dilakukan, merasa selalu diawasi oleh Tuhan, sehingga ia merasa tidak memiliki kebebasan. Dampak dari semua itu adalah timbulnya rasa malas atau enggan melaksanakan ibadah dan sulit untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang Tuhan.
2.        Masalah Individu yang Berhubungan dengan Dirinya Sendiri
Adalah kegagalan bersikap disiplin dan bersahabat dengan hati nurani yang selalu mengajak atau menyeru dan membimbing pada kebaikan dan kebenaran Tuhannya. Dampaknya adalah muncul sikap was-was, ragu-ragu, berprasangka buruk (su’udlon), rendah motivasi, dan dalam hal tidak mampu bersikap mandiri.
3.        Masalah Individu yang Berhubungan dengan Lingkungan Keluarga
Dalam hal ini, seseorang mengalami kesulitan atau ketidakmampuan mewujudkan hubungan yang harmonis antara anggota keluarga, seperti antara anak dan orang tua, adik


dengan kakak dan saudara-saudara lainnya. Kondisi ketidakharmonisan dalam keluarga menyebabkan anak merasa tertekan, kurang kasih sayang, dan kurangnya ketauladanan dari kedua orang tua itu sendiri.
4.        Masalah Individu yang Berhubungan dengan Lingkungan Kerja
Masalah yang terjadi misalnya kegagalan individu memilih pekerjaan yang sesuai dengan karakteristik pribadinya, kegagalan dalam meningkatkan prestasi kerja, ketidakmampuan berkomunikasi dengan atasan, rekan kerja dan kegagalan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
Khusus siswa, masalah yang berhubungan dengan karir misalnya ketidakmampuan memahami tentang karier, kegagalan memilih karier yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan karakteristik pribadinya.
5.        Masalah Individu yang Berhubungan dengan Lingkungan Sosial
Dalam hal ini yang terjadi biasanya adalah ketidakmampuan melakukan penyesuaian diri (adaptasi), baik dengan lingkungan tetangga, sekolah dan masyarakat, atau kegagalan bergaul dengan lingkungan yang beraneka ragam watak, sifat, dan perilaku.
Selain itu, ada lima daftar masalah yang selalu dihadapi para remaja di sekolah dan madrasah yakni sebagai berikut[2] :
1.        Perilaku Bermasalah (problem behavior)
Masalah perilaku yang di alami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Perilaku malu dalam dalam mengikuti berbagai aktvitas yang digelar sekolah misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja mengalami kekurangan pengalaman. Jadi perilaku bermasalah akan merugikan secara tidak langsung pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri.
2.        Perilaku menyimpang (behaviour disorder)
Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami behaviour disorder. Seorang remaja mengalami hal ini jika ia tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab perilaku menyimpang lebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya.
3.        Penyesuaian diri yang salah (behaviour maladjustment)
Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya di dorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek, bolos, dan melangar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menegah (SLTP atau SLTA).
4.        Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah (conduct disorder)
Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari perilaku tidak dapat membedakan benar atau salah seperti munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil orang tua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya, orang tua harus mampu memberikan hukuman (punisment) pada anak saat ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar.
Seorang remaja di sekolah dikategorikan dalam perilaku ini apabila ia memunculkan perilaku anti sosial baik secara verbal maupun secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya. Selain itu, perilaku ini juga dikategorikan pada remaja yang berperilaku oppositional deviant disorder yaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain.
5.        Attention Deficit Hyperactivity disorder
Ialah anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hiperaktif. Remaja di sekolah yang hiperaktif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika di ajak berbicara, remaja yang hiperaktif tersebut tidak memperhatikan lawan bicaranya. Selain itu, anak hiperaktif sangat mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar serta mengalami kesulitan dalam bermain bersama dengan temannya.
Semua masalah di atas harus diidentifikasi oleh guru pembimbing di sekolah dan madrasah, sehingga bisa ditetapkan skala prioritas, masalah mana yang harus dibicarakan terlebih dahulu dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Masalah-masalah di atas juga harus menjadi bahan pertimbangan bagi guru pembimbing di sekolah dan madrasah dalam menyusun program bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah tersebut.

6.       
BAB  III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Sebagai manusia, pasti memiliki permasalahan yang kompleks, yang permasalahannya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Masalah yang dialami oleh siswa di madrasah dan sekolah berkenaan dengan hal-hal berikut perkembangan individu, perbedaan individu, kebutuhan individu, penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, serta masalah dalam belajar.
Sedangkan M. Hamdan Bakran Adz-Dzaky (2004) mengklasifikasikan masalah individu, termasuk siswa, yakni masalah individu yang berhubungan dengan tuhannya; masalah individu yang berhubungan dengan dirinya sendiri; masalah individu yang berhubungan dengan lingkungan keluarga; masalah individu yang berhubungan dengan lingkungan kerja; serta masalah individu yang berhubungan dengan lingkungan sosial.
Selain itu, ada lima daftar masalah yang selalu dihadapi para remaja di sekolah dan madrasah yakni perilaku bermasalah, perilaku menyimpang, penyesuaian diri yang salah, perilaku tidak dapat membedakan benar-salah attention deficit hyperactivity disorder.

B.     SARAN – SARAN
1.         Sebagai calon guru yang professional, kita harus mampu mengamati dan mencermati masalah yang dihadapi para siswanya.
2.         Sebagai calon guru, kita harus mampu mengidentifikasi masalah tersebut, sehingga bisa menetapkan skala prioritas, masalah mana yang harus dibicarakan terlebih dahulu dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
3.         Seorang guru harus mampu menjadikan masalah-masalah yang ada di sekolah dan madrasah, menjadi bahan pertimbangan bagi guru pembimbing di sekolah dan madrasah dalam menyusun program bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.



[1] Drs. Tohirin, M.Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, hlm.111

No comments:

Post a Comment