BAB
I
PENDAHULUAN
Secara sederhana, empati dapat didefinisikan sebagai
kemampuan untuk membayangkan diri sendiri berada pada tempat dan pemahaman yang
dimiliki orang lain, mencakup perasaan, hasrat, ide-ide, dan
tindakan-tindakannya. Istilah ini awalnya biasa digunakan dengan rujukan khusus pengalaman
estetis. Namun belakangan, istilah ini diterapkan lebih luas dalam hubungan
interpersonal. Empati dinilai penting perannannya dalam meningkatkan kualitas
positif hubungan interpersonal.
Dalam
perkembangannya, empati menjadi terbukti bagian penting juga dalam proses
belajar mengajar. Untuk menjadi pengajar yang efektif, orang perlu memiliki
kemampuan ini. Seorang pengajar memerlukan empati untuk memahami kondisi
muridnya untuk dapat membantunya belajar dan memperoleh pengetahuan. Pengajar yang
tidak memahami perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, motif-motif dan orientasi
tindakan muridnya akan sulit untuk membantu dan memfasilitasi kegiatan belajar
murid-muridnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam konteks hubungan guru dan
siswa empati
bermakna afeksi fisikal atau parsialitas guru terhadap siswanya. Afeksi fisikal bermakna penampakan fisik atau aura
guru terkait langsung atau tidak langsung dengan fenomena yang dihadapi oleh
siswanya. Kata parsialitas bermakna
guru mengarsirkan atau menyentuhkan diri pada sisi siswanya, dalam konteks akademik dan pedagogis.
Empati dikonsepsikan sebagai kemampuan
guru dalam "membaca" siswa. Secara harfiah, empati bermakna kemampuan seorang guru merasakan emosi
siswa atau pribadi - pribadi di luar
dirinya, khususnya komunitas sekolah.
Pada konteks guru, kata empati umumnya
didefinisikan sebagai kemampuan
guru menerima, mempersepsi, dan merasakan secara langsung emosi siswanya. Tetapi, empati tidak berarti guru
menerima siswa seperti apa adanya,
meski tidak juga bermakna bahwa apa adanya dari siswa itu melahirkan
"empati kepasrahan" dari guru. Empati memang kemampuan guru
memposisikan diri pada diri siswa, namun tetap harus mengemban misi pedagogis, sehingga posisi itu bisa meningkatkan
dinamika proses pembel ajaran
berbasis empati. Empati guru pada siswa tidak identik dengan pasrah pada keadaan. Keadaan siswa harus diubah dengan
cara berempati kepada mereka.
Merujuk pada definisi yang tertuang dalam
Wikipedia, dalam konteks hubungan guru dan siswa, kata empati
didefinisikan sebagai kemampuan guru mengenali, mempersepsi dan merasakan
secara langsung emosi siswanya. Di sini, inti empati, adalah kemampuan
guru memposisikan diri ke dalam diri siswanya tanpa larut dengan keadaan
siswanya itu.
Merujuk pada beberapa definisi umum di
atas, dalam konteks hubungan antara guru dengan siswa, empati dapat didefinisikan
seperti berikut ini:
1.
Empati merupakan pengalaman kesadaran guru pada umumnya.
2.
Empati adalah kapasitas guru dalam berpikir dan merasakan
diri sendiri ke dalam
kehidupan siswa.
3.
Empati merupakan sebuah respon afektif yang muncul dalam
diri guru atas dasar keprihatinan atau pemahaman suasana emosional atau kondisi siswanya, dan
dengan itu muncul kesamaan rasa terhadap apa yang siswa sedang
merasakan atau akan diharapkan oleh siswa untuk merasakan.
4.
Empati melibatkan pengalaman
internal guru untuk berbagi ke dalam diri atas pemahaman
momentum suasana psikologis siswanya.
5.
Empati merupakan kapasitas
guru mengetahui secara emosional apa yang siswa alami
sebagai bentuk kerangka referensi bahwa siswa sebagai diri
sendiri, kapasitas mencontoh perasaan siswa untuk ditempatkan pada diri
sendiri dalam "sepatu" siswa.
6.
Berempati (to empathize)
bermakna bahwa guru berbagi, merasakan perasaan atau
pengalaman siswa.
7.
Empati adalah rasa kebersamaan
dalam perasaan yang dialami oleh diri guru dan yang
lain, tanpa membingungkan hubungan di antara dia dengan
siswanya.
8.
Empati adalah sebuah respon
afektif yang tepat dari guru terhadap siswa selayaknya
situasi yang dihadapi sendiri.
9.
Empati sering pula dimaknai
sebagai kemampuan guru menempatkan diri sendiri ke
dalam "sepatu siswa", atau cara pengalaman guru memandang keluar atau emosi siswa ke dalam diri sendiri, sebuah sortir resonansi.
10.
Empati berarti perasaan dimana
guru ikut merasakan dan memahami siswa.
11.
Empati juga bermakna kemampuan
guru menempatkan diri seolah-olah menjadi
seperti siswanya.
12. Empati menjadi salah satu ciri manusia, karena secara naluriah guru sudah
mengembangkan empati sejak masih bayi. Empati yang dimiliki oleh bayi sangat sederhana, yakni empati emosi.
Tanpa kemampuan berempati,
guru hanya akan memandang siswanya seperti
robot, tidak manusiawi, antisosial, tidak mendidik, dan kontrapedagogik. Guru harus hati-hati agar tidak
bingung memaknai empati dalam kaitannya
dengan makna yang terkandung dalam terminologi lain, seperti sympathy, pity, emotional contagion, apathy, atau telepathy. Beberapa contoh statemen untuk menjelaskan istilah-istilah
ini disajikan pada bagian tersendiri.
1.
Sympathy
adalah perasaan kasihan (feeling of
compassion) bagi yang lain, secara
bijaksana memandang mereka pada kondisi kurang baik atau kurang bahagia,
sering dijelaskan sebagai "rasa maaf " (feeling sorry) bagi seseorang. Simpati guru terhadap siswa
bermakna perasaan kasihan dari guru (feeling
of compassion) kepada siswanya, dimana guru secara bijaksana memandang siswa mereka pada kondisi
kurang baik atau kurang bahagia, sering dijelaskan sebagai "rasa
maaf " (feeling sorry) guru bagi
siswanya. Karena siswanya bersalah dia katakan: saya maafkan kesalahanmu.
2.
Pity adalah perasaan
bahwa orang lain dalam keadaan bermasalah dan memerlukan bantuan guru (someone have
a trouble and in need of help from his/he teacher), sepertinya mereka tidak
cukup daya (cannot fix) mengelola
masalahnya sendiri. Dalam konteks hubungan guru dengan siswa, pity bermakna
perasaan siswa dalam keadaan bermasalah dan memerlukan
bantuan (someone have a trouble and in need of help) guru, sepertinya mereka tidak cukup daya (cannot
fix) mengelola masalahnya sendiri. Misalnya,
guru mengatakan kepada siswanya: Anda agaknya sedang bermasalah, barangkali Anda memerlukan bantuan.
3.
Emotional contagion adalah suatu kondisi ketika kita sedang
menyaksikan seseorang menampakkan kondisi emosi tertentu, kita pun merasakan sesuatu yang
sedang terjadi. Misalnya, kawan merasa gundah ditinggal seorang teman, kita
pun gundah, karena temannya itu adalah teman kita juga. Dalam konteks
hubungan guru dan siswa, emotional contagion bermakna suatu kondisi ketika guru
sedang menyaksikan siswa menampakkan kondisi emosi tertentu, guru pun
merasakan sesuatu yang sedang terjadi.
Misalnya, siswa merasa gundah karena prestasi belajarnya melorot, guru pun gundah, karena dia merasa sudah
mengajar secara sunngguh-sungguh.
4.
Apathy adalah suatu kondisi dimana seseorang
tidak peduli atau tidak mau tahu suasana emosi atau perasaan orang lain. Tidak
peduli atau tidak mau tahu ini adalah respon atau sikap nyata, meski sangat mungkin seseorang memahami apa yang sedang
dirasakan oleh orang lain. Dalam konteks
hubungan guru dan siswa, apatis ini mestinya tidak pernah muncul. Tindakan
apatis guru terhadap siswa tidak dapat dibenarkan oleh aliran pendidikan apa pun. Guru yang apatis
tidak pernah akan tumbuh menjadi Guru
profesional.
5.
Telepathy, awalnya merupakan fenomena kehidupan
paranormal yang controversial
semacam penggunaan energi jarak jauh.
Secara definisi telepati merupakan suasana emosi atau keadaan mental
dapat terbaca secara langsung (read
directly), tanpa perlu menjelasan langsung atau meminta orang lain itu mengekspresikannya. Guru
yang profesional dengan pengalamannya yang panjang dan beragam, bisanya mudah menangkap
sinyal-sinyal permasalahan yang dihadapi oleh siswanya. Tanpa penjelasan khusus dari siswa, dia mengambil tindakan untuk memecahkan
aneka masalah anak didiknya itu.
Siswa juga harus berempati terhadap gurunya.
Demikian juga guru dengan komunitas
sekolahnya. Empati guru terhadap siswa berkaitan dengan banyak hal,
seperti pikiran, kepercayaan, dan keinginan guru berhubungan dengan perasaan
siswanya. Guru yang berempati akan mampu mengetahui pikiran dan keadaan jiwa atau suasana hati (mood) siswanya.
Karenanya, empati sering dianggap sebagai semacam
resonansi perasaan. Dari perspektif lain dapat dirumuskan definisi seperti
berikut ini. Pertama, empati adalah kemampuan
guru menyelami perasaan siswanya tanpa harus tenggelam ke dalam diri siswa itu. Kedua, empati adalah
kemampuan guru mendengarkan perasaan siswanya tanpa harus larut pada
kondisi siswanya. Ketiga, empati adalah
kemampuan guru melakukan respon atas keinginan siswanya yang tidak
terucap.
No comments:
Post a Comment