Oleh:
Rumli, S.Pd.I
Siswa di
sekolah dan madrasah sebagai manusia (individu) dapat dipastikan memiliki
masalah. Tetapi kompleksitas masalah yang dihadapi oleh individu yang satu
dengan yang lain tentulah berbeda. Siswa di sekolah dan madrasah akan mengalami
masalah-masalah yang berkenaan dengan, diantaranya, pertama perkembangan
individu. Kedua perbedaan individu dalam hal: kecerdasan, kecakapan,
prestasi, bakat, sikap, pengetahuan, cita-cita, kebutuhan hidup, ciri jasmaniah
dan latar belakang lingkungan. Ketiga, kebutuhan individu dalam hal :
memperoleh kasih sayang, memperoleh harga diri, ingin penghargaan
yang sama, ingin dikenal, merasa bagian dari kelompok, dan rasa aman. Keempat,
masalah belajar.
Perkembangan individu mencakup seluruh kepribadian siswa
yang terdiri atas banyak aspek yang saling berkaitan seperti fisik,
intelek, social dan afektif. Aspek fisik meliputi tinggi dan berat badan, panca
indera, postur tubuh, keterampilan fisik, hormon dan ketahanan. Aspek
intelek atau kognitif mencakup kecerdasan, bakat, cakap, baik kecakapan di
sekolah maupun kerja. Aspek sosial meliputi berbagai
kecakapan dan keterampilan berhubungan dengan orang lain, seperti bekerjasama,
memimpin, berkomunikasi dan aktivitas keseharian lainnya. Aspek afektif terdiri
atas sikap, minat, keindahan, moral, emosi, motivasi dll.
Aspek-aspek tersebut secara berkala akan terus berubah
dan perkembangannya selalu berinteraksi satu sama lain membentuk satu kesatuan
(integrasi). Integrasi ini bisa terjadi secara alamiah, tetapi kebanyakan
melalui proses belajar baik otodidak maupun dengan pihak lain (orang tua, guru,
ustadz, dan para pendidik lainnya). Integritas perkembangan tidak selalu
berjalan mulus. Sering mengalami hambatan, gangguan dan kesulitan atau
mengalami masa kritis. Masa degil, masa avorturir dan masa pubertas.Masa-masa
ini dapat terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik dan perlakuan yang salah
dari para pengajar.
Masa degil terjadi pada usia lima sampai enam tahun, anak
mulai memperlihatkan perilaku keras kepala, sukar diperintah, tidak patuh dan
berkata kasar. Masa avorturir terjadi pada usia sebelas sampai dua belas tahun.
Anak mulai senang “dolan” jalan-jalan, piknik, kemah. Pada masa ini mereka
bersama kelompoknya senang berada di luar rumah.
Masa pubertas berada pada usia tiga belas sampai tujuh belas
tahun, puncaknya pada usia lima belas sampai tujuh belas tahun. Masa gejolak
“strum und drang”. Emosi remaja sangat labil mudah sekali berubah, kaya dengan
fantasi dan cenderung irrasional.
Perhatian terhadap jenis kelamin lain menjadi ciri utama
pada masa ini. Upaya menarik perhatian lawan jenis sangat besar. Masa ini
merupakan masa yang paling rawan dalam perkembangan anak dan remaja. Kalau
melewati masa ini dengan baik, tanpa terjerumus kepada hal yang negative,
mereka akan menjalani perkembangan selanjutnya dengan mulus dan lancar.
Untuk membantu anak-anak remaja dalam pengembangan kepribadiannya
yang terintegrasi secara harmonis, dan atau mengatasi goncangan psikis terhadap
pengaruh negative dari lingkungan dibutuhkan bantuan layanan bimbingan dan
konseling khususnya siswa di sekolah/madrasah.
No comments:
Post a Comment