Saturday, December 5, 2015

Masalah Siswa di Sekolah




Oleh: Rumli, S.Pd.I 
Siswa di sekolah dan madrasah sebagai manusia (individu) dapat dipastikan memiliki masalah. Tetapi kompleksitas masalah yang dihadapi oleh individu yang satu dengan yang lain tentulah berbeda. Siswa di sekolah dan madrasah akan mengalami masalah-masalah yang berkenaan dengan, diantaranya, pertama perkembangan individu. Kedua perbedaan individu dalam hal: kecerdasan, kecakapan, prestasi, bakat, sikap, pengetahuan, cita-cita, kebutuhan hidup, ciri jasmaniah dan latar belakang lingkungan. Ketiga, kebutuhan individu dalam hal : memperoleh kasih sayang,   memperoleh harga diri, ingin penghargaan yang sama, ingin dikenal, merasa bagian dari kelompok, dan rasa aman. Keempat,  masalah belajar.
Perkembangan individu mencakup seluruh kepribadian siswa yang terdiri atas banyak aspek yang saling berkaitan seperti  fisik, intelek, social dan afektif. Aspek fisik meliputi tinggi dan berat badan, panca indera, postur tubuh, keterampilan fisik, hormon dan ketahanan.  Aspek intelek atau kognitif mencakup kecerdasan, bakat, cakap, baik kecakapan di sekolah  maupun kerja.   Aspek sosial meliputi berbagai kecakapan dan keterampilan berhubungan dengan orang lain, seperti bekerjasama, memimpin, berkomunikasi dan aktivitas keseharian lainnya. Aspek afektif terdiri atas sikap, minat, keindahan, moral, emosi, motivasi dll.
Aspek-aspek tersebut secara berkala  akan terus berubah dan perkembangannya selalu berinteraksi satu sama lain membentuk satu kesatuan (integrasi). Integrasi ini bisa terjadi secara alamiah, tetapi kebanyakan  melalui proses belajar baik otodidak maupun dengan pihak lain (orang tua, guru, ustadz, dan para pendidik lainnya). Integritas perkembangan tidak selalu berjalan mulus. Sering mengalami hambatan, gangguan dan kesulitan atau mengalami masa kritis. Masa degil, masa avorturir dan masa pubertas.Masa-masa ini dapat terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik dan perlakuan yang salah dari para pengajar.
Masa degil terjadi pada usia lima sampai enam tahun, anak mulai memperlihatkan perilaku keras kepala, sukar diperintah, tidak patuh dan berkata kasar. Masa avorturir terjadi pada usia sebelas sampai dua belas tahun. Anak mulai senang “dolan” jalan-jalan, piknik, kemah. Pada masa ini mereka bersama kelompoknya senang berada di luar rumah.
Masa pubertas berada pada usia tiga belas sampai tujuh belas tahun, puncaknya pada usia lima belas sampai tujuh belas tahun. Masa gejolak “strum und drang”. Emosi remaja sangat labil mudah sekali berubah, kaya dengan fantasi dan cenderung irrasional.
Perhatian terhadap jenis kelamin lain menjadi ciri utama pada masa ini.  Upaya menarik perhatian lawan jenis sangat besar. Masa ini merupakan masa yang paling rawan dalam perkembangan anak dan remaja. Kalau melewati masa ini dengan baik, tanpa terjerumus  kepada hal yang negative, mereka akan menjalani perkembangan selanjutnya dengan mulus dan lancar.
Untuk membantu anak-anak remaja dalam pengembangan kepribadiannya yang terintegrasi secara harmonis, dan atau mengatasi goncangan psikis terhadap pengaruh negative dari lingkungan dibutuhkan bantuan layanan bimbingan dan konseling khususnya siswa di sekolah/madrasah.


No comments:

Post a Comment