Thursday, November 21, 2013

cerita



Nama              : Mujek  Tabah
Lokal              : G / B5
Semester          : IV
Mata kuliah   : Pengelolaan kelas

KISAH ANAK PENGGEMBALA KUDA YANG BIJAK

Pada suatu hari di musim semi, Maharaja Huang Ti dengan tujuh orang penasihatnya hendak pergi ke Gunung Chu Tzu. Mereka pergi dengan tujuan untuk menemui seorang petapa bernama Ta Kuei. Namun malang, maharaja dan rombongannya terseset di tengah jalan. Setelah berjalan agak jauh, akhirnya mereka bertemu dengan seorang anak yang sedang menggembala kuda.

Salah saoraang dari rombongan itu bertanya, “Apakah kamu tahu jalan mmenuju Gunung Chu Tzu ?”

“Saya tahu. Pasti kalian akan mengunjungi Guru Ta Kuei,” jawab anak itu.

“Kalau begitu, apakah kamu bisa menunjukkan kepada kami jalan menuju ke sana ?”

“Bisa,” jawab anak itu.

Mendengar percakapan antara anak gembala itu dengan salah satu penasihatnya, raja berpikir betapa hebatnya anak tersebut karena mengetahui banyak hal. Lalu, timbullah keinginan raja untuk mengujinya. Raja turun dari dalam kereta dan memanggil anak tersebut.

“Seandainya kamu menjadi raja, bagaimana kamu akan menjalankan pemerintahan ?”

Anak itu diam sejenak sebelum mennjawab, “Saya hanya menggembala kuda. Namun, apakah memang ada perbedaan antara memerintah kerajaan dengan menggembala kuda ?”

Sang raja tidak puas mendengar jawaban itu, kemudian mengulangi pertanyaannya. Namun, anak itu juga memberikan jawaban yang sama dengan sebelumnya. Karena merasa penasaran, akhirnya raja meminta penjelasan mengenai jawaban anak tersebut.

“Tuan. Ketika kita sedang merawat kuda, kita harus menjaga dan memastikan bahwa tidak ada hal yang tidak baik datang padanya. Oleh sebab itu, yang pertama kali harus kita lakukan adalah menghilangkan segala keinginan dari dalam diri kita untuk melakukan sesuatu yang sekiranya dapat menyakiti dan melukainya. Dengan demikian, apakah memang ada perbedaan antara memerintah kerajaan dengan menggembala kuda ?”

Raja terkesima medengar penjelasan anak itu. Kemudian, dia memberikan rasa hormat, lalu menengadah ke langit sambil berkata, “Saya benar-benar sedang bertemu dengan maha guru daru langit.”



Pelajaran penting yang dapat kita ambil dari kisah tersebut adalah pentingnya berusaha untuk tidak menyakiti orang lain.prinsip ini penting dimiliki oleh semua guru, mengingat guru sering kali harus menghadapi siswa-siswi dengan emosi yang masih labil. Dengan kata lain, guru harus mampu menghapuskan dendam amarah dalam diri, betapapun siswa yang mereka didik sering melakukan kesalahaan.
Sesungguhnya, seorang guru bagaikan seorang “penggembala” dengan para siswa sebagai “gembalaannya”. Seorang gembala yang baik, tentu akan senantiasa berusaha memberikan yang terbaik pada gembalaannya. Ia akan menjaga gembalaannya dari hal-hal yang membahayakan dengan penuh cinta dan kasih sayang.

No comments:

Post a Comment