Thursday, November 21, 2013

pengelolaan kelas



1. pengertian manajemen kelas menurut para ahli :
a.       Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam sebuah bukunya yang berjudul “Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif” bahwa, manajemen kelas adalah suatu upaya memperdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.
b.      Menurut Suharsimi Arikunto, manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.
c.       Menurut Made Pidarta, Pengelolaan kelas ditinjau dari pengertian lama dan pengertian baru sebagai berikut:
1.
Pengertian lama, Pengelolaan kelas adalah mempertahankan ketertiban kelas
2. Pengertian baru, Pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan menggunakan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi pengelolaan kelas. Guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara organisasi kelas sehingga individu dapat memanfaaatkan kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas individual (Pidarta, tth : 47).
d.      Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan
Pengelolaan kelas adalah usaha yang dilakukan guru untuk menata kehidupan kelas dimulai dari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan sumber belajarnya, pengaturan lingkungannya untuk memaksimalkan efisiensi, memantau kemajuan siswa, dan mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul (Wijaya dan Rusyan, 1994: 113).
e.       Menurut Muljani A. Nurhadi
Pengelolaan kelas merupakan upaya mengelola siswa di kelas yang dilakukan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas yang menunjang program pengajaran dengan jalan menciptakan dan mempertahankan motivasi siswa untuk selalu terlibat dan berperan serta dalam proses pendidikan di sekolah (Nurhadi, 1983: 162).
Dari semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan guru dalam mengelola anak didiknya di kelas dengan menciptakan atau mempertahankan suasana atau kondisi kelas yang mendukung program pengajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.      pengelolaan pengajaran hanya dibatasi pada bagaimana mengatur kurikulum disekolah. Artinya bagaimana menterjamahkan isi kurikulum kedalam proses belajar mengajar yang disajikan dalam satuan pengalaman belajar agar dapat dicerna oleh siswa. Jadi yang dimaksud dengan pengelolaan pengajaran adalah setiap usaha sekolah untuk mengatur seluruh kegiatan, baik yang bersifat intra kulikuler,maupun ekstra kulikuler.
pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan guru dalam mengelola anak didiknya di kelas dengan menciptakan atau mempertahankan suasana atau kondisi kelas yang mendukung program pengajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Manajemen Kelas merupakan seperangkat tindakan guru di dalam membantu pembentukan tingkah laku siswa, menghindari atau mengurangi gejala tingkah laku siswa yang tidak sesuai dengan tujuan sekolah dan memelihara organisasi kelas yang efektif dan efisien dalam rangka proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran.
Pengertian pengelolaan pembelajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk mengatur aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan tujuan pembelajaran agar tecapai secara lebih efektif, efisien, dan produktif yang diawali dengan penentuan strategi dan perencanaan, dan diakhiri dengan penilaian.


3. prinsip dasar manajemen kelas
1.      Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar.guru yang hangat dan akrab engan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas
2.     mampu memberikan Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang
5.      Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan Yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar

6.      Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu,guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya iku disiplin berdisiplin dalam segala hal.

4.      Penjelasan prinsip pengajaran :
a.       Aktivitas
Pengalaman belajar yang baik hanya bisa di dapat bila peserta didik mau mengaktifkan dirinya sendiri dengan bereaksi terhadap lingkungan. Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun aktivitas psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat dan aktif dengan anggota badan.
b.      Motivasi
Motivasi berasal dari kata motive-motivation yang berarti dorongan atau keinginan, baik datang dari dalam diri (instrinsik) maupun dorongan dari luar diri seseorang (ekstrinsik). Motif atau dorongan atau kebutuhan, merupakan suatu tenaga yang berada pada diri individu atau siswa, yang mendorongnya untuk berbuat dalam mencapai suatu tujuan.
c.       Individualitas (Perbedaan Individu)
Setiap manusia adalah individu yang mempunyai kepribadian dan kejiwaan yang khas. Secara psikologis, prinsip perbedaan individualitas sangat penting diperhatikan karena :
1)      Setiap anak mempunyai sifat, bakat, dan kemampuan yang berbeda.
2)      Setiap individu berbeda cara belajarnya.
3)      Setiap individu mempunyai minat khusus yang berbeda.
4)      Setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda.
5)      Setiap individu membutuhkan bimbingan khusus dalam menerima pelajaran yang diajarkan guru sesuai dengan perbedaan individual.
6)      Setiap individu mempunyai irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Maksudnya siswa belajar dalam kelas dalam usia perkembangan. Masing-masing siswa tidak sama perkembangannya, ada yang cepat dan ada yang lambat. Maka guru harus bersabar dalam tugas pelayanan belajar kepada anak didiknya.
d.      Lingkungan
Lingkungan adalah sesuatu hal yang berada di luar diri individu. Lingkungan pengajaran adalah segala hal yang mendukung pengajaran itu sendiri yang dapat difungsikan sebagai sumber pengajaran atau sumber belajar. Diantaranya, guru, buku, dan bahan pelajaran yang menjadi sumber belajar.
e.       Konsentrasi
Konsentrasi adalah pemusatan secara penuh terhadap sesuatu yang sedang dikerjakan atau berlangsungnya suatu peristiwa. Konsentrasi sangat penting dalam segala aktivitas, terutama aktivitas belajar mengajar.
f.       Kebebasan
Prinsip kebebasan dalam pengajaran yang dimaksud adalah kebebasan yang demokratis, yaitu kebebasan yang diberikan kepada peserta didik dalam aturan dan disiplin tertentu. Dan disiplin merupakan suatu dimensi kebebasan dalam proses penciptaan situasi pengajaran. Seorang guru dituntut berusaha bagaimana menerapkan suatu metode mengajar yang dapat mengembangkan dimensi-dimensi kebebasan self direction, self discipline dan self control.
g.      Peragaan
Alat indera merupakan pintu gerbang pengetahuan. Peragaan adalah menggunakan alat indera untuk mengamati, meneliti dan memahami sesuatu. Pemahaman yang mendalam akan lahir dari analisa yang komprehensif sehingga menghasilkan gambaran yang lengkap tentang sesuatu.
Agar siswa dapat mengingat, menceritakan dan melaksanakan suatu pelajaran yang pernah diamati, diterima atau dialami di kelas, maka perlu didukung dengan peragaan-peragaan (media pengajaran) yang bisa mengkonkritkan yang abstrak.
h.      Kerja sama dan persaingan
Kerja sama dan persaingan adalah dua hal yang berbeda. Namun dalam dunia pendidikan (prinsip pengajaran) keduanya bisa bernilai positif selama dikelola dengan baik. Persaingan yang dimaksud bukan persaingan untuk saling menjatuhkan dan yang lain direndahkan, tetapi persaingan yang dimaksud adalah persaingan dalam kelompok belajar agar mencapai hasil yang lebih tinggi tanpa menjatuhkan orang atau siswa lain.
i.        Apersepsi
Apersepsi berasa; dari kata “Apperception” berarti menyatupadukan dan mengasimilasikan suatu pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Atau kesadaran seseorang untuk berasosiasi dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki, dibarengi dengan pengolahan sehingga menjadi kesan yang luas. Kesan yang lama itu disebut bahan apersepsi.
Apersepsi dalam pengajaran adalah menghubungkan pelajaran lama dengan pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana peserta didik menguasai pelajaran lama sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru.
j.        Korelasi
Korelasi yaitu menghubungkan pelajaran dengan kehidupan anak atau dengan pelajaran lain, sehingga pelajaran itu bermakna baginya. Korelasi akan melahirkan asosiasi dan apersepsi sehingga dapat membangkitkan minat siswa pada pelajaran yang disampaikan.
k.      Efisiensi dan efektivitas
Prinsip efisiensi dan efektivitas maksudnya adalah bagaimana guru menyajikan pelajaran tepat waktu, cermat, dan optimal. Alokasi waktu yang telah dirancang tidak sis-sia begitu saja, seperti terlalu banyak bergurau, memberi nasehat, dan sebagainya. Jadi semua aspek pengajaran (guru dan peserta didik) menyadari bahwa pengajaran yang ada dalam kurikulum mempunyai manfaat bagi siswa pada masa mendatang.
l.        Globalitas
Prinsip global atau integritas adalah keseluruhan yang menjadi titik awal pengajaran. Memulai materi pelajaran dari umum ke yang khusus. Dari pengenalan sistem kepada elemen-elemen sistem. Pendapat ini dikenal dengan psikologi Gestalt bahwa totalitas lebih memberikan sumbangan berharga dalam pengajaran.
m.    permainan dan hiburan
setiap individu ataun peserta didiksangat membutuhkan permainan dan hiburan apalagi setelah terjadi proses belajar mengajar. Bila selama dalam kelas siswa diliputi suasan hening, sepi, dan serius, akan membuat peserta didik cepat lelah , bosan, butuh istirahat, rekreasi,dan semacamnya. Maka guru disarankan agar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bermain, menghibur diri, bergerak, berlari-lari dan sejenisnya untuk mengendorkan otaknya.

5.
Untuk menangkal dan menanggulangi kenakalan anak tersebut perlu diketahui secara dini dan seksama tentang[1][6]:
a.       Penyebab-penyebabnya, misalnya:
1)      Faktor perkembangan jiwa pada periode puberitas.
2)      Lingkungan keluarga yang broken home
3)      Lingkungan sekolah yang menjemukan, kurang kreatif dan otoriter
4)      Lingkungan masyarakat penuh spekulasi dan sebagainya.
b.      Gejala-gejalanya.
c.       Langkah yang tepat untuk menangguanginya.
Kebijakan-kebijakan yang dapat diambil untuk menangkal dan menanggulangi kenakalan anak dapat dilakukan melalui Tri pusat pendidikan, yaitu dalam lingkungan sekolah atau pendidikan formal, dan lingkungan sosial dan masyarakat.
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan prinsip-prinsip pengelolaan kelas.

6. syarat-syarat agar menjadi guru yang sukses dalam mengelola kelas antara lain :
a. professional
menjadi professional adalah menjadi sosok yang ahli dalaam bidangnya. Seseorang apabila sudah ahli dalam bidang pekerjaan yang digelutinya, maka tentu saja mereka akan menjalankan pekerjaan itu dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab.
b. memiliki kepribadian yang baik
tuugas guru selain sebagai pengajar, juga bertugas untuk menanamkan nilai-nilai moral bagi siswanya. Maka seorang guru haarus memiliki  kepribadian yang baaik agar bisa menjadi teladan bagi siswanya.
c. luwes
luwes disini bukan hanya luwes dalam pergaulan, akan tetapi juga berkaitan dengan keluwesan gerak-gerik tubuh pada saat mengajar 
d. dapat berperan sebagai eksekutor
seorang guru, juga harus memiliki prinsip-prinsip seorang eksekutor demi mengantarkan siswanya menuju gerbang keberhasilan. Guru harus menentukan sesuatu dengan cermat  dan tepat, serta dengan pertimbangan yang akurat

7. enam prinsip pengelolaan kelas  menurut syaiful bahri djamarah dan aswan Zain adalah :
1.      Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar.guru yang hangat dan akrab engan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas
2.      Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang
3.      Bervariasi
Penggunaan alat atau media atau alat bantu,gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik mengurangi munculnya gangguan, kevariasian dalam penggunaan apa yang dsi sebut diatas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif.
4.      Keluesan
Keluesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
5.      Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan Yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar

6.      Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu,guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya iku disiplin berdisiplin dalam segala hal.

8. SIMPOSIUM

Simposium adalah serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan seorang pemimpin. Simposium menampilkan beberapa orang pembicara dan mereka mengemukakan aspek-aspek pandangan yang berbeda dan topik yang sama. Dapat juga terjadi, suatu topik persoalan dibagi atas beberapa aspek, kemudian setiap aspek disoroti tersendiri secara khusus, tidak perlu dari berbagai sudut pandangan.

Pembicara dalam simposium terdiri dari pembicara (pembahas utama) dan penyanggah (pemrasaran banding), dibawah pimpinan seorang moderator. Pendengar diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau pendapat setelah pembahas utama dan penyanggah selesai berbicara. Moderator hanya mengkoordinasikan jalannya pembicaraan dan meneruskan pertanyaan-pertanyaan, sanggahan atau pandangan umum dari peserta. Hasil simposium dapat disebar luaskan, terutama dari pembahas utama dan penyanggah, sedangkan pandangan-pandangan umum yang dianggap perlu saja.

PENGGUNAAN SIMPOSIUM

Simposium dapat digunakan :
o    Untuk mengemukakan aspek-aspek yang berbeda dari suatu topik tertentu.
o    Jika kelompok peserta besar.
o    Kalau kelompok membutuhkan keterampilan yang ringkas.
o    Jika ada pembicara yang memenuhi syarat (ahli dalam bidang yang disoroti).
Kelebihan dan Kelemahan :
 
Kelebihan :
o    Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil.
o    Dapat mengemukakan informnasi banyak dalam waktu singkat.
o    Pergantian pembicara menambah variasi dan sorotan dari berbagai segi akan menjadi sidang lebih menarik.
o    Dapat direncanakan jauh sebelumnya.
o    Menyoroti hasil simposium.
Kelemahan :
o    Kurang spontanitas dan kneatifitas karena pembahas maupun penyanggah sudah ditentukan.
o    Kurang interaksi kelompok.
o    Menekankan pokok pembicaraan.
o    Agak terasa formal.
o    Kepribadian pembicara dapat menekankan materi.
o    Sulit mengadakan kontnol waktu.
o    Secara umum membatasi pendapat pembicara.
o    Membutuhkan perencanaan sebelumnya dengan hati-hati untuk menjamin jangkauan yang tepat.
o    Cenderung dipakai secara berlebihan.

9.    Berikut adalah lima kesalahan guru ketika mengajar yang bisa mengakibatkan kegagalan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.
Kesalahan #1. Berpikir Egosentris. Ini kesalahan paling mendasar yang benar-benar kurang disadari oleh guru. Kesalahan ini juga akan berdampak pada timbulnya kesalahan-kesalahan lain. Pernahkah Anda mendengar keluhan seperti ini, “Saya sudah bersungguh-sungguh mengajar kelas ini tetapi hasilnya sangat mengecewakan!” Atau keluhan yang ini, “Anak ini lho, sudah dijelaskan berkali-kali tetap saja tidak mengerti!” Dua contoh keluhan tersebut menunjukkan bahwa guru yang bersangkutan berpikir egosentris, hanya menurut dirinya sendiri. Ya, menurut guru itu, dia sudah mengajar dengan sungguh-sungguh atau sudah menjelaskan berkali-kali. Dia tidak berpikir tentang masalah yang dihadapi oleh siswa ketika mengikuti pembelajaran sehingga tidak berhasil. Jangan-jangan karena guru tidak bisa berkomunikasi secara runtut dengan bahasa yang mudah dipahami? Atau, mungkin gaya belajar siswa visual dan kinestetik tetapi tidak dipenuhi oleh guru, sehingga gaya mengajar guru tidak acceptable bagi siswa?
Kesalahan #2. Tidak Peka Terhadap Perubahan Suasana Kelas. Dalam proses pembelajaran, wajib hukumnya seorang guru mengendalikan kelas. Sepenuhnya! Hal ini penting agar proses pembelajaran berjalan lancar. Kita tahu bahwa kelas terdiri atas berbagai karakter. Oleh karena itu harus diupayakan agar karakter yang beragam itu dapat diorkestrasikan menuju terwujudnya simponi pembelajaran yang enak dinikmati (coba cek lagi pembelajaran kuantum). Diorkestrasikan menuju simponi pembelajaran yang enak dinikmati, artinya bahwa seluruh potensi kelas (siswa) harus diberdayakan untuk saling membantu sehingga terwujud keberhasilan bagi setiap individu. Dengan demikian rata-rata prestasi kelas menjadi tinggi. Contoh ketidakpekaan guru ketika mengajar misalnya membiarkan badut kelas mengalihkan perhatian siswa yang sedang asyik mengikuti penjelasan guru sehingga konsentrasi kelas menjadi terpecah. Atau membiarkan siswa yang tidak tertib mengganggu konsentrasi siswa lain yang sedang belajar. Hal ini tampaknya persoalan kecil, tetapi kalau tidak segera dibenahi bisa berakibat kegagalan seluruh kelas. Ini terkait dengan manajemen kelas. Maka dalam hal ini seorang pendidik perlu melengkapi diri dengan pemahaman karakteristik masing- masing murid serta pemahaman nilai- nilai pemahaman pengelolaan manajemen kelompok belajar. Dan hal terpenting adalah bagaimana seorang pendidik mampu menempatkan ketegasan pada peserta didik, tanpa harus dibumbui dengan perilaku anarkis dan destruktif yang justru membuat peserta didik enggan untuk kembali pada suasana pembelajaran selanjutnya.
Kesalahan #3. Komunikasi Tidak Efektif. Contoh komunikasi tidak efektif (guru ingin mengingatkan agar siswa mengerjakan PR yang diberikan), “Anak-anak, awas jangan lupa lho dengan PR kamu. Kamu kerjakan semuanya. Kalau kamu tidak mengerjakan PR kamu, maka besok tidak akan mendapatkan nilai dari bu guru.” Kenapa tidak dikatakan saja seperti ini, “Anak-anak, ingat, kerjakan PR-mu. Semuanya! Besok Ibu nilai.” Bukankah bahasa yang kedua lebih irit, dan karenanya lebih efektif. Jadi, ketika kita bermaksud meminta sesuatu, katakan saja secara tepat apa yang kita maksudkan. Kalau anak disuruh diam, ya katakan, “Anak-anak, diam!” Kalau anak-anak disuruh memperhatikan penjelasan guru, ya katakan saja, “Anak-anak, lihat ini!” dan semacamnya. Menghindari bahasa yang berlebih-lebihan atau bahkan mengancam, mengintimidasi peserta didik hanya akan membuahkan sindrom ketakutan bagi peserta didik disatu sisi, disisi yang lain hanya akan menjustifikasi diri kita sebagai seorang guru yang diktator dan otoriter. Penggunaan bahasa yang efektif akan membuahkan sikap proaktif dari peserta didik untuk selalu fokus dan terbiasa untuk melakukan perkataan, perbuatan yang efektif dan efisien.
Kesalahan #4. Mengajar Tanpa Persiapan. Berbicara mengenai persiapan mengajar, saya teringat seorang teman yang berkata begini, “Ingin berhasil dalam mengajar, buat persiapan secara matang!” Persiapan mengajar itu ibarat skenario dalam film. Tidak akan ada film yang baik dan enak ditonton tanpa skenario yang baik. Begitu pula, tidak akan ada pembelajaran yang berhasil tanpa persiapan yang benar. Kebanyakan guru (kabarnya) enggan membuat persiapan secara benar. Akibatnya, pembelajaran di kelas berlangsung seolah tanpa arah. Padahal, guru itu seorang profesional. Salah satu ciri keprofesionalan seorang guru adalah menyusun perencanaan pembelajaran secara benar. Saya percaya Anda akan memperbaiki kesalahan Anda dalam mengajar (kalau kemarin-kemarin tidak membuat persiapan yang benar), sehingga hasil pembelajaran siswa benar-benar menggembirakan semua komponen (yang terkait dengan pembelajaran Anda). Selain itu diperlukan kesiapan referensi yang setidaknya berkaitan dengan apa yang hendak kita diskusikan keesokkan harinya, adalah suatu yang naif apabila seorang guru tidak melek informasi dan melek teknologi, setidaknya jangan sampai terjadi adalah situasi one step behind, guru kalah penguasaan materi dan referensi dengan pemahaman yang dimiliki oleh peserta didik tatkala pembelajaran berlangsung.
Kesalahan #5. Tidak Melakukan Evaluasi Menyeluruh. Evaluasi pembelajaran harus dilakukan secara menyeluruh. Kalau Anda pernah membuat skripsi tentang penelitian kuantitatif, Anda pasti ingat bahwa instrumen yang Anda gunakan harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen evaluasi pembelajaran pun sebetulnya harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen evaluasi harus valid dan reliable. Tetapi untuk bahasan ini, kita tidak akan sedetail ketika menyusun skripsi. Arti menyeluruh di sini adalah bahwa penyusunan soal evaluasi pembelajaran minimal harus mencakup bentuk-bentuk seperti: pilihan ganda, isian, jawaban singkat. Tidak hanya pilihan ganda saja, atau isian saja. Materinya meliputi seluruh materi yang diajarkan (minimal satu kompetensi dasar).

No comments:

Post a Comment