Sementara itu, Chaplin (1972) menitikberatkan manfaat
psikologi pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam
dunia pen didikan dengan cara menggunakan metode-metode yang telah disusun
secara rapi dan sistematis. Hal ini
tercermin dalam ungkapannya :… the application of formalized methods for
solving these problems. Tak perlu dibedakan apakah masalah-masalah
psikologis yang timbul itu dari pihak guru, siswa, atau situasi
belajar-mengajar yang dihadapi guru dan siswa yang bersangkutan.
Dari
dua macam pendapat di atas dapat kita simpulan bahwa, secara umum psikologi pendidikan
merupakan alat bantu yang penting bagi para penyelenggara pendidikan dalam
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Mengapa demikian? Karena prinsip yang
terkandung dalam psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan berpikir dan
bertindak dalam mengelola proses belajar-mengajar. Sedang proses tersebut,
sebagaimana yang telah penyusun singgung sebelumnya, adalah unsur utama dalam
pelaksanaan setiap sistem pendidikan.
Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang
banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologis, yakni: 1) seleksi penerimaan
siswa baru; 2) perencanaan pendidikan; 3) penyusunan kurikulum; 4) penelitian
kependidikan; 5) administrasi kependidikan; 6) pemilihan materi pelajaran; 7)
interaksi belajar-mengajar; 8) pelayanan bimbingan dan penyuluhan; 9)
metodologi mengajar; 10) pengukuran dan evaluasi. Dalam menerapkan
prinsip-prinsip sikologis tersebut, diperlukan adanya figurfigur guru yang
kompeten.
Selanjutnya guru yang kompeten dalam perspektif psikologi
pendidikan adalah guru yang mampu melaksanakan profesinya secara bertanggung
jawab. Adapun guru yang bertanggung jawab adalah guru yang mampu mengelola
proses belajar-mengajar sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip-prinsip
psikologis. Dalam buku ini, penyusun sajikan pelbagai informasi teoretis dan
praktis yang dapat dipandang sebagai buah-buah yang bisa dipilih
dan dipetik sesuai dengan pertimbangan kebutuhan sebagaimana terungkap di muka.
Manfaat Psikologi
Pendidikan Bagi Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Adapun mengenai buah yang perlu anda petik dari psikologi
pendidikan itu, akan penyusun paparkan lebih lanjut. Namun, tentu anda dapat
memperbanyak buah-buah yang perlu anda petik dari psikologi pendidikan
sepanjang anda membutuhkannya. Adapun mengenai buah yang perlu anda petik dari
psikologi pendidikan itu, akan penyusun paparkan lebih lanjut. Namun, tentu
anda dapat memperbanyak buah-buah yang perlu anda petik dari psikologi
pendidikan sepanjang anda membutuhkannya.
Pertama, Proses Perkembangan Siswa
Di kalangan para guru dan orang tua siswa terkadang
timbul pertanyaan apakah perbedaan usia antara seorang siswa dengan siswa
lainnya membuat perbedaan substansial (bersifat inti) dalam hal merespons pengajaran.
Pertanyaan ini perlu dicari jawabannya melalui pemahaman tahapan-tahapan
perkembangan siswa dan ciri-ciri khas yang mengiringi tahapan perkembangan
tersebut.
Tahapan-tahapan perkembangan yang lebih perlu dipahami
sebagai bahan pertimbangan pokok dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar
adalah tahapan-tahapan yang berhubungan dengan perkembangan ranah cipta para
siswa. Ranah cipta (akal) dengan segala variasi dan keunikannya merupakan modal
dasar para siswa dalam menjalani proses belajar-mengajar dan pembelajaran
materi tertentu, serta dalam mengikuti proses belajar-mengajar yang dikelola
guru kelas.
Kedua, Cara Belajar Siswa
Di mana pun proses pendidikan berlangsung, alasan utama
kehadiran guru adalah untuk membantu siswa agar belajar sebaik-baiknya. Oleh
karena itu, adalah hal esensial (pokok, dasar) bagi guru untuk memahami
sepenuhnya cara dan tahapan belajar yang terjadi pada diri para
siswanya.
Pengetahuan anda yang pokok mengenai proses belajar
tersebut meliputi:
- signifikansi (arti penting) belajar;
- teori-teori belajar;
- hubungan belajar dengan memori dan pengetahuan; dan
- fase-fase yang dilalui dalam peristiwa belajar.
Di samping ini semua, yang penting pula anda pahami ialah
pendekatan belajar, kesulitan belajar, dan alternatif-alternatif (pilihan-pilihan)
yang dapat diambil untuk menolong siswa anda dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan belajarnya.
Ketiga, Cara menghubungkan Mengajar dengan Belajar
Tugas utama guru sebagai pendidik sebagaimana ditetapkan
oleh Unda Undang Sistem Pendidikan Nasional kita adalah mengajar. Secara
singkat , mengajar adalah kegiatan menyampaikan materi pelajaran, melatih
keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam materi
pelajaran tersebut kepada siswa. Agar kegiatan mengajar diterima oleh para
siswa, guru perlu berusaha membangkitkan gairah dan minat belajar mereka.
Kebangkitan gairah dan minat belajar para siswa akan mempermudah guru dalam
menghubungkan kegiatan mengajar dengan kegiatan belajar.
Oleh karena itu, sebagai calon guru atau guru yang sedang
bertugas anda sangat diharapkan mengerti benar seluk-beluk mengajar baik dalam
arti individual (seperti remedial teaching/mengajar perbaikan bagi siswa
bermasalah) maupun dalam arti klasikal. Dalam hal ini, anda tentu dituntut pula
untuk memahami model-model mengajar, metode-metode mengajar dan
strategi-strategi mengajar. Kemudian, metode-metode dan strategi yang anda
terapkan secara cermat dalam proses belajar-mengajar yang and kelola. Untuk
memenuhi kebutuhan anda akan hal-hal tersebut, sengaja penyusun sajikan
pembahasan-pembahasan essencial mengenai mengajar guru, dan hubungan guru
dengan proses mengajar seperti dapat anda lihat pada Bab 7 dan Bab 8 yang
merupakan bab-bab terakhir dalam buku ini.
Keempat, Pengambilan Keputusan untuk Pengelolaan PBM
Dalam mengelola sebuah proses belajar-mengajar (PBM),
seorang guru dituntut untuk menjadi figur sentral (tokoh inti) yang kuat dan
berwibawa namun tetap bersahabat. Sebelum mengelola sebuah proses belajar
mengajar, anda perlu merencanakan terlebih dahulu satuan bahan atau materi dan
tujuan-tujuan yang hendak dicapai (lihat halaman 243). Sesuai perencanaan
materi dan tujuan penyajiannya, anda perlu menetapkan kiat yang tepat untuk
menyampaikan materi tersebut kepada para siswa dalam situasi belajar-mengajar
yang efisien.
Untuk memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan
di atas anda dituntut untuk menempatkan diri sebagai pengambil atau pembuat
keputusan (decision maker) yang penuh perhitungan untung-rugi ditinjau
dari sudut kajian psikologis. Jika tidak, pengelolaan tahap-tahap interaksi
belajar-mengajar akan tersendat-sendat dan boleh jadi akan gagal mencapai
tujuannya.
Agar sebuah pengelolaan proses belajar-mengajar mencapai
sukses, seorang guru hendaknya memandang dirinya sendiri sebagai seorang
profesional yang efektif. Lalu, pandangan positif ini diejawantahkan dalam vang
sesuai dengan kebutuhan para siswa dan penegasan tujuan-tujuan penyajian materi
tersebut secara eksplisit, yakni tersurat dan gamblang. Keputusan lain yang
harus diambil selanjutnya adalah penetapan model, metode, dan strategi mengajar
yang menurut tinjauan psikologis sesuai dengan jenis dan sifat materi, tugas
yang akan diberikan kepada para siswa dan situasi belajar-mengajar yang diharapkan.
Namun dalam hal pengambilan keputusan-keputusan di atas
perlu penyusun utarakan hambatan-hambatan yang umum dialami para guru.
Faktor-faktor penghambat-atau paling tidak pembatas gerak-pembuatan
keputusan-keputusan instruksional yang sering merintangi para guru pada umumnya
meliputi:
- kurangnya kesadaran guru terhadap masalah-masalah belajar yang mungkin sedang dihadapi para siswa;
- kesetiaan terhadap gagasan lama yang sebenarnya sudah tak dapat diberlakukan lagi;
- kurangnya sumber-sumber informasi yang diperlukan; dan
- ketidakcermatan observasi terhadap situasi belajar-mengajar.
Selain hal-hal di atas, hambatan mungkin pula muncul dari
perbedaan harapan guru dan siswa. Beberapa orang siswa dalam sebuah kelas misalnya,
mungkin memiliki cita-cita memenuhi kebutuhan masa depannya yang sama sekali
berbeda dengan rekan-rekannya atau bahkan menyimpang dari karakteristik sekolah
yang mereka ikuti. Perbedaan seperti ini akan mengakibatkan munculnya perbedaan
gaya belajar, sikap, dan perilaku mereka selama membaur dalam proses
belajar-mengajar. Selanjutnya, tekanan dari luar dapat pula mempengaruhi
kemulusan pengambilan keputusan oleh guru. Tekanan luar ini bisa datang dari
orangtua siswa, aturan administratif sekolah, fasilitas yang tersedia, dan
sebagainya.
No comments:
Post a Comment