Thursday, November 21, 2013

psikologi anak



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG 
Dalam makalah ini penulis akan membahas pelajaran ilmu jiwa belajar tentang psikologi anak. Dengan adanya makalah ini, dapat dijadikan jalan untuk menambah pengetahuan kita dalam psikologi khususnya pelajaran ilmu jiwa perkembangan anak.

B.     PEMBATASAN MASALAH 
Di dalam makalah ini kami hanya membahas tentang :
1.    Sejarahnya
2.    Kedudukan dan tugas psikologi anak
3.    Manfaat psikologi anak bagi pendidikan
4.    Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan manusia
5.    Perkembangan anak sebagai makluk modualis
6.    masa anak 

C.     TUJUAN 
Harapan dari penulis dalam pembuatan makalah ini adalah mudah-mudahan kita semua bisa mengetahui dan mendapatkan ilmu serta menambah pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat.

















BAB II
PEMBAHASAN

A.        SEJARAH PSIKOLOGI ANAK
Sebagainya pendidikan anak itu sudah dimulai sejak Yunani dan Romawi Kuno, namun belum memandang anak tidak sebagaimana mestinya.
Pada abad ke-17 Yohan Arnos Comenius yang pertama kami memandang anak sebagai anak didik yang mempunyai sifat-sifat tertentu, yang tidak boleh dipadang sebagai orang dewasa.
Pada abad ke-18 (Abad Rationalisme) yang dipelopori oleh : Sean Yaques Rousseau memandang anak sebagai anak.
Yean Johan Heinrich Pestalozzi : mempelajari kelakuan anak dalam masa permainan.
W.Stern : mempelajari kehidupan anak sebagai tinjauan pendidikan dan kestabilan.
Frederich Frobel Menaruh Cinta kepada anak dalam kehidupannya dengan mendirikan taman kanak-kanak yang terkenal dengan nama Kinder Learden.
Wilhelm Preyer terkenal dalam penyelidikan tentang perkembangan anak sejak embrio sampai 3 tahun, yaitu tentang gerak-gerak perkembangan jasmani, dan perkembangan bahasanya.
G. Stanley Hall: mendirikan perkumpulan nasional untuk pendidikan kanak-kanak pad abad-19 merupakan perkembangan dalam ilmu jiwa.
Karl Buhler, yang membahas masalah jiwa anak tinjauan segi berpikir.

B.        KEDUDUKAN DAN TUGAS PSIKOLOGI ANAK 
Sehubungan dengan psikologi anak merupakan psikologi yang mempunyai objek sendiri, yaitu :
1.      Psikologi kanak-kanak (0-5 tahun)
2.       Psikologi anak dari (6-12 tahun)
3.      Psikologi pemuda (12-20 tahun)
4.      Psikologi adolesen (psikologi umum)
Dengan demikian obyek pokok dari psikologi perkembangan mempelajari tingkah laku anak dalam masa umur 60-12 tahun.
Jadi psikologi anak mempelajari ciri-ciri khusus yang terdapat diantara masa kanak-kanak dan puber (pemuda).

C.        MANFAAT PSIKOLOGI ANAK BAGI PENDIDIKAN 
1.    Untuk perkembangan ilmu itu sendiri 
2.    Guru pengobatan dalam bentuk kelainan tingkah laku anak.
3.    Dalam hubungannya dengan pendidikan.
Tokoh yang menggunakan dasar pendidikan atas perkembangan psikologi adalah menurut LANGEVELD bahwa :
1.      Perkembangan anak itu dipengaruhi oleh alam lingkungannya.
2.      Dalam usaha mendidik anak, pendidikan yang bertanggung jawab oleh karena itu pendidikan harus merumuskan sebaik-baiknya. Guna mewujudkan hasil perkembangan yang sangat diharapkan itu tidak ada cara lain kecuali dengan mengefektifkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab para pendidik (orang tua dan guru) dalam membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak baik di rumah, di luar rumah maupun di sekolah, karena pada hakekatnya memperoleh bimbingan atau pendidikan yang baik itu adalah hak si anak dari pendidiknya.
3.      Dalam usaha mendidik belum ada usaha sempurna yaitu dalam usahanya mengembangkan yang positif yang ada pada anak.
Dalam pembahasan fase-fase perkembangan anak tiap ahli mempunyai pandangan yang berbeda-beda, misalnya:
1.      Y.BYL, membagi fase anak sebagai berikut:
a.    Fase Orok              0,2 – 0,2    
b.   Fase tetek              0,2 – 0,1
c.    Fase pencoba         1,0 – 2,0
d.   Fase mentantang   2,0 – 4,0
e.    Fase bermain         4,0 – 7,0
f.    Fase sekolah          7,0 – 11,0
g.   Fase Pueral            11,0 – 14,0
h.   Fase bubertas        15,0 – 18,0
2.      Aristoteles
Anak dari lahir sampai dewasa digolongkan dalam 3 periode yaitu:
a)      Masa anak kecil bermain 0,0 – 7,0
b)      Masa anak belajar 7,0 – 14,0
c)      Masa pubertas menuju dewasa 14-21
3.      Kretschmer 
a.       Periode I (fullunge periode I) = 0,0 – 3,0
b.      Periode I (storking periode) = 3,0 – 7,0
c.       Periode II (fullunge periode) = 7,0 – 13,0
d.      Periode III (storking periode II) = 13,0 – 20,0
4.      Monstessori 
a)      Periode penerimaan dan pengaturan alat indera = 0,0 – 7,0
b)      Periode perencanaan abstrak = 7,0 – 12,0
c)      Periode mempertahankan diri = 18,0 - ….


5.      Sis Heyster 
a.       Stadium I = 4,0 – 8,0
b.      Stadium II = 8,0 -10,0
c.       Stadium III = 1,00 – 12,0
Para ahli dalam mengamati perkembangan anak, seakan-akan ada aturan tertentu, sehingga cenderung mengatakan aturan sebagai suatu hukum yaitu:
1.      Hukum tempo perkembangan artinya anak mempunyai tempo yang berlainan pada fase satu dengan fase lain.
2.      Hukum irama perkembangan artinya anak dalam perkembangan itu mempunyai irama sendiri-sendiri, ada yang lambat ada yang cepat.
3.      Hukum konvergensi artinya dalam perkembangannya anak itu terjadi dari pengaruh luar dan dalam.
4.      Hukum masa peka artinya dalam mengalami perkembangan tertentu sampai pada puncaknya (masa peka).
5.      Hukum kesatuan organis artinya perkembangan meliputi psiko-fisis dan sosial individual.
6.      Hukum predistinasi artinya perkembangan itu terjadi karena kehendak kodrat.

D.        HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MANUSIA
Dalam perkembangan manusia terdapat bermacam-macam pendapat dari para ahli, sehingga pendapat-pendapat itu menimbulkan bermacam-macam teori mengenai perkembangan manusia. Teori-teori perkembangan tersebut ialah:
1.      Teori Konvergensi 
Teori ini merupakan teori gabungan yaitu suatu teori yang dikemukakan oleh William Stern baik pembawan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting didalam perkembangan individu.
Perkembangan individu akan ditentukan baik oleh faktor yang dibawa sejak lahir (faktor endogen) maupun faktor lingkungan (termasuk pengalama dan pendidikan) yang merupakan faktor eksogen. 
Faktor endogen ialah faktor yang dibawa oleh individu sejak lahir dalam kandungan hingga kelahiran. Jadi faktor endogen merupakan faktor keturunan atau faktor pembawaan.
Pembawaan ialah potensi-potensi yang dibawa setiap individu ketika lahir yang merupakan warisan dari orang tuanya. Sewaktu individu itu dilahirkan telah adanya sifat-sifat yang tertentu terutama sifat-sifat yang berhubungan dengan faktor kejasmanisan, misalnya bagaimana kurlitnya putih, hitam atau coklat; bagaimana keadaan rambuatnya hitam, pirang dan sebagainya. Faktor pembawan yang berhubungan dengan keadaa jasmani pada umumnya tidak dapat diubah. Bagaimana besar keinginan
orang untuk mempunyai warna kulit putih bersih, hal ini tidak mungkin kalau karena faktor keturunan kulitnya berwarna coklat, demikian pula halnya dengan yang lain-lain.
Unsur-unsur pembawaan yang berupa potensi-potensi fisik dan mental psikologis itu dalam proses perkembangan akan berfungsi sebagai faktor dasar atau faktor bahan yang akan mempengaruhi proses perkembangan. Dalam setiap proses perkembangan itu diperlukan bahan dasar sebab tanpa adanya bahan dasar itu maka pertumbuhan fisik atau perkembangan mental psikologis anak tidak akan terjadi. Tentunya makin baik potensi kondisi pembawaan sebagai faktor dasar atau bahan maka dapat diharapkan akan makin baik pula hasil perkembangan yang akan terjadi. Dan sebaiknya makin kurang baik kondisi potensi bawaan yang dimiliki si anak tentunya sulit untuk memperoleh hasil perkembangan yang baik.
Fungsi atau peranan lingkungan dalam proses perkembangan dapat dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang akan mempengaruhi perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik, sebab pengaruh lingkungan dalam hal ini dapat bersifat positif yang berarti pengaruhnya baik dan sangat menunjang perkembangan. Sedangkan suatu potensi atau bersifat negatif yaitu pengaruh lingkungan itu tidak baik dan akan menghambat atau merusak perkembangan.
2.      Teori Nativisme 
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia itu akan ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor-faktor yang dibawa oleh individu pada waktu dilahirkan.
Menurut teori ini sewaktu individu dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu dan sifat-sifat inilah yang bersangkutan, sedangkan faktornya pendidikan dapat diaktakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan individu itu. Teori ini dikemukakan oleh Schopenhouer (Bigot, dkk. 1950).
Teori ini menimbulkan pandangan bahwa seakan-akan manusia telah ditentukan oleh sifat-sifat sebelumnya, yang tidak dapat diubah, sehingga individu akan sangat tergantung sifat-sifat yang diturunkan oleh orang tuanya. Apabila orang tuanya baik seseorang akan menjadi baik, sebaiknya apabila orang tuanya jahat seseorang akan menjadi jahat. Teori ini menimbulkan konsekuensi pandangan bahwa manusia apabila dilahirkan baik akan tetap baik, sebaiknya apabila manusia dilahirka jahat akan tetap jahat, yang tidak dapat diubah oleh pendidikan dan lingkungan.
3.      Teori Empirisme 
Teori ini secara ekstrim menekankan kepada pengaruh lingkungan. Menurut teori ini, lingkunganlah yang menjadi penentu perkembangan pribadi seseorang sepenuhnya ditentukan oleh lingkungan atau pendidikan.
Jadi teori ini menganggap faktor pembawaan tidak berperan sama sekali dalam proses perkembangan pribadi seseoran . Oleh karena itu dalam ilmu pendidikan aliran ini disebt dengan aliran pendidikan : “Pedagogik Optimisme” artinya pendidikan masa kuasa untuk membentuk atau mengembangkan pribadi seseorang. Permasalahannya ialah apakah benar lingkungan atau pendidikan itu maha kuasa atau menjadi faktor penentu perkembangan manusia? Apabila benar maka kita akan dapat dengan mudah menciptakan manusia ideal sebagaiman yang kita cita-citakan dengan menyediakan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk itu, tetapi dalam kenyataannya menunjukkan hal yang berbeda banyak anak-anak orang kaya atau orang pandai mengecewakan orang tuanya karena kurang berhasil dalam belajar meskipun fasilitas-fasilias yang tersedia bagi mereka lebih dari memadai, akan tetapi sebaiknya banyak juga anak-anak orang kurang mampu sangat berhasil dalam belajar walaupun dengan fasilitas yang mereka terima kasih kurang dari mencukupi.
Demikian pula halnya, apabila benar faktor lingkungan atau pendidikan itu maha kuasa, maka anak-anak sekelas yang mempeorleh pendidikan dari guru yang sama serta dengan fasilitas lingkungan sekolah yang sama pula seharusnya akan memberikan hasil belajar yang sama, tetapi kenyataannya nilai prestasi hasil belajar mereka berbeda-beda. Lagi pula apabila benar lingkungan itu menentukan atau maha kuasa bagi perkembangan di lingkungan, maka orang yang tinggal di lingkungan pesantren sudah pasti akan menjadi santri semua, tetapi kenyataannya yang terjadi  tidak demikian adanya.

E.        PERKEMBANGAN ANAK SEBAGAI MAKHLUK MONODUALIS 
Bahwa perkembangan itu selalu berarti ”Diferensiasi” artinya pada setiap tahap dari deluruh perkembangan anak itu mulai adanya diferensiasi baru pada anak itu baik jasmani maupun rohani. Ini nampak pada gerakan-gerakan yang ada pada anak. Dari gerakan-gerakan spontan itu tidak teratur mempunyai arah yang jelas. Begitu juga perkembangan-perkembangan yang lain, misalnya bahasa menulis atau mencoreng.
Kedua kalinya setiap fase yang dialami seorang anak, merupakan masa peralihan yang ada pada anak untuk arah fase berikutnya. Dalam setiap fase anak yang satu dengan anak yang lain  tidak sama lamanya.
Ketiga, bahwa perkembangan yang dialami anak meliputi perkembangan jasmani dan rohani. Karena itu dalam usaha pendidikan baik orang tua maupun guru (sekolah) selalu menuju ke arah keseimbangan,sehingga tidak terjadi kelainan pada diri anak.
Keempat, bahwa perlu dipahami perkembangan dalam keluarga, maka keluarga menduduki tempat terpenting dalam pembentukan pribadi anak.

F.         MASA ANAK
Menurut Nasution (1993:44) masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun hingga kira-kira 11 atau 12 tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya  anak masuk sekolah dasar, dan dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya.
Masa usia sekolah adalah masa matang untuk belajar maupun masa matang untuk sekolah. Disebut masa sekolah, karena anak sudah menamatkan taman kanak-kanak sebagai lembaga persiapan bersekolah yang sebenarnya. Disebut masa matang untuk belajar karena anak sudah berusaha untuk mencapai sesuatu, tetapi perkembangan aktivitas bermain yang hanya bertujuan untuk mendapatkan kesenangan pasa waktu melakukan aktivitasnya itu sendiri. Disebut matang untuk bersekolah, karena anak sudah menginginkan kecakapan-kecakapan baru, yang diberikan oleh sekolah.
Pada masa ini anak sudah memiliki kemampuan-kemampuan yang dapat dibantu dalam perkembangannya oleh guru di sekolah yaitu:
1.      Perkembangan Sosialnya
Permulaan pendidikan formal bukan hanya menambah kesempatan untuk meningkatkan perkembangan sosialnya, tetapi juga akan menimbulkan kemampuan utuk menyesuaikan diri, sehingga dapat mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan yang diinginkan oleh masyarakat. Salah satu jalan pemecahannya terletak kepada bimbingan guru yang terampil dan yang simpatik.
Anak yang berumur antara 6-12 tahun biasanya memperlihatkan penyeseaian diri yang luar biasa terhadap lingkungan sosialnya yang selalu berubah. Pada umur 6 tahun anak tersebut mengalami kebingungan karena taraf kesadaran sosial dam kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan pola sosial yang diterima disekolah berbeda dengan pengalaman yang diterima sebelumnya.
Apapun pola perkembangan yang terjadi, pada saat ia memasuki SD kelas 1, ia sudah diliputi banyak masalah yang berkaitan dengan perkembangan sosialnya. Kemajuan diperoleh melalui SD. Selama tahun-tahun pertama, biasanya mereka membentuk kelompok 4-5 orang, meskipun sering muncul perbedaan pendapat dan pertengkaran, tetapi ia akan memberikan kesetiaannya kepada kelompoknya bila ada gangguan dari kelompok lain. Pada saat anak-anak menginjak kelas pertengahan, ukuran anggota kelompoknya akan bertambah yaitu kira-kira 6-8 orang, sudah mulai ada  pemisahan jenis kelamin, anak laki-laki biasanya digerakkan oleh minat dan hobi yang sama seperti olahraga, petualangan, dan lain-lain, sedangkan anak perenpuan cenderung lebih berminat dengan urusan rumah tangga.
2.      Perkembangan Perasaannya
3.      Perkembangan Motoriknya
Pada masa ini anak merasa senang mengulangi sesuatu kegiatan sampai benar-benar ia menguasainya.Untuk menguasai keterampilan anak perlu mendapat latihan-latihan yang cukup,terarah dan dilaksanakan dengan efektif. Bila anak dibiarkan aktif tanpa pengarahan maka ia akan terlalu banyak menghabiskan waktunya dan hasil akhirnya mungkin akan mengecewakan bagi dirinya dan dengan demikian akan mengurangi motivasinya untuk terus berlatih.
Keterampilan mempunyai peranan yang penting bagi keberhasilan anak dengan pergaulannya sesama anak lainnya.
4.      Perkembangan Bahasanya 
Pada masa ini anak mulai menyadari bahwa bahasa merupakan alat yang sangat penting untuk dapat bergaul dengan kawan-kawannya. Hal ini menyebabkan tumbuhnya motivasi dalam diri anak untuk mempelajari bahasa dengan lebih baik.
Pelajaran membaca di sekolah merupakan upaya memupuk perbendaharaan kata pada anak. Secara samar-samar anak mengetahui arti dari banyak kata-kata lain dalam bentuk kalimat, akan tetapi ia belum mengetahui secara benar bagaimana ia menggunakan secara tepat.
5.      Perkembangan berpikirnya 
Berfikir akan dimulai dari bentuk yang riel menuju kepada bentuk yang asbtrak. Kehidupan berfikir meunjukkan perkembangan yang berangsur-angsur. Pengetahuan anak tidak hanya diperoleh dari pelajaran di sekolah semata-mata, tetapi lebih dari itu yakni melalui pengalaman yang dialaminya dengan pergaulan dengan lingkungan sekitarnya.
6.      Perkembangan dalam pengematan 
7.      Perkembangan kesulitannya atau  religiusnya
8.      Perkembangan tanggapan fantasi 
9.      Perkembangan dalam mengambil keputusan 
10.  Perkembangan perhatiannya.


BAB III
KESIMPULAN

Setelah mempelajari pembahasan-pembahasan yang ada dalam materi makalah ini, maka kami dapat mengambil kesimpulan.
Bahwa dalam proses perkembangan yang terjadi pada diri manusia, antara satu fase ke fase lainnya mempunyai tempo yang berbeda, ada yang lambat dan ada yang cepat. Perbedaan perkembangan pada anak ini dapat disebabkan atau dipengaruhi oleh pemeliharaan jasmani atau rohani. Jika pemeliharaan jasmani dan rohani berlebihan atau sangat kurang, hal ini dapat berakibat buruk memperlambat perkembangan anak dikemudian hari.


DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abu. H.Drs. dan Drs. Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. Solo : Rineka Cipta. 1990.
Djaali, H. Prof. Dr. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.  2008.
Hami, Akmal. Drs. M.Ag. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Palembang : IAIN Raden Fatah Press. 2004.
Sabri Alisuf. H.M.Drs. Psikologi Pendidikan. Jakarta : CV. Pedoman Jaya. 1996.
Wagito, Bimo. Prof. Dr. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi. 2003.

1 comment: