Nama : Nor Hidayah
A
Lok/Smt : G / IV
M.
Kuliah : Pengelolaan Kelas
KISAH SANG GURU BIJAK DAN 3 MURIDNYA
Sang guru bijak
pagi itu menerima kembali tiga murid terbaiknya yang telah pergi merantau selam
tiga tahun. Mereka turun gunung dari kampong ke kampong dan dari kota ke kota,
untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan dari sang guru : “Apakah makna
kekayaan bagi manusia ?” Jawaban dari pertanyaan tersebut akan menentukan
siapakah yang akan menjadi pengganti sang guru kelak.
Maka kini tibalah
saatnya bagi mereka untuk menjawab pertanyaan sang guru. Murid pertama berkata
: Wahai guru, setelah tiga tahun merantau, murid sampai pada kesimpulan, bahwa
kekayaan adalah akar kejahatan. Dalam perjalanan, murid banyak menjumpai anak
manusia yang relamelakukan berbagai kejahatan, melakukan tipu muslihat,
kecurangan, perampokan bahkan pembunuhan untuk memperoleh kekayaan. Bahkan
setelah meraih kekayaan, mereka kemudian menggunakan kekayaan tadi untuk
melakukan perbuatan-perbuatan keji. Mereka gunakan kekayaan untuk berjudi,
berzina, maabuk-mabukan dan madat. Tidak ada kebaikan sedikitpun dari kekayaan.
Demikianlah pengamatan murid, oh guru !”
Sang guru
berkata : “Oh menarik sekali pengamatanmu murid. Lalu menurutmu apa yang
sebaiknya kita lakukan ?”
Murid pertama
kembali berkata : “manusia harus menjauhkan diri dari kekayaan yang merupakan
sumber kejahatan ini, guru. Supaya selalu dekat dan ingat kepada Tuhan Yang
Maha Esa, kita harus hidup jauh dari kekayaan. Kita dekatkan diri kepada Yang
Maha Esa dengan meninggalkan ikatan keduniawiaan seperti halnya kekayaan ini,
guru. Kita harus memurnikan hati dengan meninggalkan hal-hal yang dapat membuat
hati kita terpaut kepada selain Tuhan Yang Maha Esa. Demikian menurut pendapat
murid, oh guru.”
Sang guru tersenyum
: “ Engkau sungguh memiliki kemuliaan wahai murid pertamaku. Aku bangga
kepadamu.”
Murid kedua
kemudian berkata : “Mohon maaf guru, murid punya pendapat yang berbeda. Selama
perjalanan, muridbanyak berjumpa dengan raja dan saudagar kaya yang sangat
dermawan. Mereka membangun tempat ibadah, mereka membangun tempat tinggal untuk
orang miskin, mereka menyantuni anak yatim, mereka memberi makanan dan
pertolongan untuk orang yang kesusahan. Mereka mencari kekayaan yang sangat
banyak, namun juga menggunakannya untuk
kebaikan banyak orang. Murid samapi pada satu kesimpulan, bahwa kekayaan adalah
sumber kebaikan, yang akan membawa umat manusia kepada kebaikan. Demikian
pendapat murid, oh guru.”
Sang guru :
“Oh, sungguh luar biasa pengamatanmu, muridku. Lalu menurutmu, apa yang
sebaiknya kita lakukan ?”
Murid
kedua : “manusia harus mencari kekayaan sebanyak-banyaknya, guru. Dengan
memiliki kekayaan yang cukup, maka manusia dapat menjalani kehidupan dengan
sebaik-baiknya. Dengan kekayaan yang cukup maka manusia dapat memperoleh
pendidikan yang baik, dapat beribadah dengan tenang, dapat bersedekah, dapat
menolong keluarga dan sesama manusia yang membutuhkan. Manusia tidak boleh
hidup dalam kemiskina, guru. Kita harus melakukan segenap upaya agar manusia terbebas
dari kemiskinan dan memperoleh kekayaan. Demikian pendapat murid, guru !”
Sang guru
tersenyum : “Engkau adalah samudera kebijaksanaan wahai murid kedua. Aku bangga
kepadamu !” Kemudian sang guru berpaling ke murid ketiga : “murid ketiga,
bagaimana menurutmu ?”
Murid ketiga
pun bercerita : “guru selama perjalanan, murid telah berjumpa dengan orang kaya
yang baik, namun ada juga orang kaya yang jahat. Murid bertemu dengan orang
miskin yang baik, dan ada orang miskin yang jahat. Murid menjumpai ada orang kaya
yang taat beribadah dan selalu ingat kepada Tuhannya, namun ada juga orang kaya
yang lupa pada Tuhan. Seperti halnya ada orang miskin yang selalu ingat pada
Tuhan, dan ada juga orang miskin yang lupa pada Tuhan. Banyak orang kaya yang …”
Sang guru tersenyum
: “jadi apa maksudmu muridku yang baik ?”
Murid ketiga :
“Maksud murid, ternyata kekayaan adalah sekedar alat. Semuanya akan kembali
kepada diri kita sebagai manusia. Manusia yang memiliki tujuan hidup yang baik,
akan menggunakan kekayaan sebagai alat untuk mewujudkan kebaikan. Demikian
maksud murid, guru.”
Sang guru :
“Lalu menurutmu apa yang sebaiknya kita lakukan ?”
Murid ketiga :
“manusia haruslah mengetahui hendak kemana ia menuju. Dengan demikian, apa pun
yang dimilikinya di dunia ini hanyalah alat, bukan tujuan. Termasuk kekayaan.”
Sang guru :
“Lalu hendak kemanakah manusia menuju ?”
Murid ketiga :
“Manusia adalah semata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Kesanalah semua manusia
menuju. Jika manusia menyadari tujuannya, kekayaan dapat menjadi kendaraan
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun jika sebaliknya, maka
kekayaan dapat juga menjauhkan manusia dari Tuhan Yang Maha Esa.”
Sang guru
tersenyum : “muridku, sungguh engkau adalah sumber kebijaksanaan dan samudera
pengetahuan.” Kemudian sang guru menundukkan kepala menghormat murid ketiga dan
berkata : “Engkaulah guru baru di perguruan ini.” Dan kedua murid yang lain
serentak menunduk hormat pada murid ketiga.
No comments:
Post a Comment