Thursday, November 21, 2013

rangkuman ilmu jiwa pendidikan



MATA KULIAH
ILMU JIWA PENDIDIKAN

Sebuah Referensi Bagi Mahasiswa
Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI
Program Strata Satu (S1)
Tahun 2013


Dosen Pembimbing :
AHMAD  SUBHAN,  S.  Pd. I



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
KUALA KAPUAS

KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan modul/bahan Mata Kuliah “ILMU JIWA PENDIDIKAN”.
Tujuan penulisan ini adalah sebagai upaya untuk memberikan konstribusi materi bagi peningkatan pembelajaran kepada Mahasiswa Program Studi S1 PAI Semester V pada Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Kuala Kapuas.
Sehubungan dengan itu penulis pada kesempatan ini menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.      Bapak Dr. H. M. Nafiah Ibnor, MM, Selaku Ketua Tinggi Agama Islam (STAI) Kuala Kapuas, yang memberikan kepsempatan kepada penulis untuk mengembangkan keilmuan melalui perkuliahan.
2.      Bapak Dr. Moh. Hilmi H. Tarsidi, S. Ag, M. Pd, selaku kepala Perpustakaan STAI Kuala Kapuas, yang dengan semangat memberikan motivasi dan solusi, sehingga ini bisa disselesaikan.
Di samping itu penulis juga sangat menyadari bahwa isi modul/bahan ini masih jauh dari pada yang diharapkan, masih banyak mempunyai kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan baik dari segi penjelasan-penjelasan maupun dari segi tata bahasanya. Untuk itu penulis berharap dengan kerendahan hati terbuka lebar untuk menerima kritikan dan saran yang sifatnya membangun maupun masukan-masukan untuk menambah kesempurnaan penulisan mendatang.
Akhir kata teriring do’a semoga amal ibadah dari semua pihak akan mendapat ganjaran yang berlimpah dari Allah swt dan semoga materi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnyada bagi mahasiswa (i) sekalian.

Kuala Kapuas,     Agustus 2013
Penulis


AHMAD  SUBHAN


DAFTAR  ISI

HALAMAN SAMPUL ...............................................................................................      i
KATA PENGANTAR ................................................................................................     ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................................    iii
BAB    I        PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU JIWA PENDIDIKAN
A.    Pengetian Ilmu Jiwa Pendidikan.......................................................     1
B.     Pengertian Psikologi Pendidikan ......................................................     2
C.     Ruang Lingkup Ilmu Jiwa Pendidikan .............................................     4

BAB    II      PERANAN ILMU JIWA PENDIDIKAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN
BAB    III     TEORI – TEORI PSIKOLOGI BELAJAR
A.    Teori Belajar Psikologi Behavioristik ................................................
B.     Teori Belajar Psikologi Kognitif .......................................................
C.     Teori Belajar Psikologi Humanistik ..................................................
D.    Tujuan dan Prinsip – Prinsip Belajar .................................................
E.     Faktor yang Mempengaruhi Belajar ..................................................
BAB    IV     PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
A.    Pertumbuhan .....................................................................................
B.     Peristiwa Pertumubuhan Pribadi Manusia ........................................
C.     Hukum – Hukum yang Mengataur  Pertumbuhan ............................
D.    Aspek-Aspek yang mempengaruhi Pertumbuhan .............................
E.     Pertumbuhan Fisik yang Normal ......................................................
F.      Perkembangan ...................................................................................
G.    Hukum – Hukum Perkembangan ......................................................
H.    Tahap – Tahap Perkembangan Pribadi  Manusia ..............................
I.       Tahap – Tahap Perkembangan secara Pedagogis ..............................
J.       Teori – Teori yang mempunyai Pengaruh Terhadap Praktek-
Praktek Pendidikan di Sekolah .........................................................



BAB    V      PEMBAWAAN DAN LINGKUNGAN
A.    Pembawaan .......................................................................................
B.     Lingkungan .......................................................................................
C.     Pengaruh Hereditas dan Lingkungan Terhadap Perkembangan
Individu ............................................................................................
BAB    VI     CIRI – CIRI KEMATANGAN
A.    Karakteristik Kematangan ................................................................
B.     Hubungan Intelegensi dengan Kehidupan Seseorang ......................
C.     Lingkungan atau Kultur sebagai Penyumbang Pembentukan
Readiness ..........................................................................................
BAB    VII   KEMAMPUAN DAN INTELEGENSI
A.    Pentingnya Mengenal Anak Didik ...................................................
B.     Hukum Perkembangan ......................................................................
C.     Intelegensi .........................................................................................
D.    Faktor –Faktor  yang Mempengaruhi Intelegensi Seseorang ............   




BAB I
PENGERTIAN DAN RUANG  LINGKUP
ILMU JIWA PENDIDIKAN

A.    PENGERTIAN ILMU JIWA PENDIDIKAN
Pendidikan tentang jiwa psikolog dan psikolog pendidikan yang terpendam dalam diri manusia yang akhirnya dapat melahirkan pola berperilaku, gerak dan lain sebagainya. Dengan demikian pergerakan, pertumbuhan dan perkembangan semua itu menjadi petunjuk gejala adanya jiwa pada manusia. Disini para filosof membagi jiwa menjadi
1.      Daya Vegetatif, bersifat tumbuh, berkembang sebagaimana tumbuh-tumbuhan ini disebut “nafs on nabati
2.      Daya Sensoris, ini bagi pemilik penginderaan, berpindah sebagaimana perilaku hewan disebut “nafs al hayawany
3.      Daya Rasional, yang khusus pemilik yang bersifat berfikir, berbuat, berkehendak sebagaimana khusus nampak pada jiwa manusia, dan disebut “nafs al insaniyah”
4.      Daya ruh, bersifat taat, patuh, tunduk, ini menggambarkan sosok malaikat.
Menurut Kejiwaan Manusia
Menurut kebanyakan filosof, struktur jiwa manusia terdiri dari :
1.      Jiwa Vegetatif       : bagian terbawah
2.      Jiwa Sensitif          : bagian menengah
3.      Jiwa Rasional        : bagian tertinggi



Pembagian Ilmu Jiwa
1.      Dari segi sasaran / obyeknya, ilmu jiwa dapat dibedakan menjadi dua :
a.       Ilmu Jiwa Umum     : yaitu obyek studynya adalah manusia dewasa seutuhnya, normal dan beradab.
b.      Ilmu Jiwa Khusus    : yaitu obyek studynya adalah bagian-bagian tertentu dari gejala-gejala jiwa.
2.      Dari segi kegunaan dapat dibedakan antara ilmu jiwa teoritis, praktis.
a.       Teoritis dipergunakan untuk mengembangkan pengetahuan ilmu kejiwaan.
b.      Praktis dipergunakan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensinya bidang tertentu dari aspek bidang kehidupan manusia.
Ilmu jiwa pendidikan yang lebih dikenal dengan psikologi pendidikan terdiri dari dua kata, yaitu Psikologi dan Pendidikan. Psikologi terdiri dari dua kata bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa.

B.     PENGERTIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam pendidikan pengaturan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah sebagai organisasi.
Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana siswa belajar dan berkembang, dan sering terfokus pada sub kelompok seperti berbakat anak-anak dan mereka yang tunduk pada khusus penyandang cacat .
Menurut Muhibin Syah (2002), pengertian psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. Sedangkan menurut  ensiklopedia amerika, Pengertian psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan – penemuan dan menerapkan prinsip – prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
Menurut Barlow, psikologi pendidikan sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologi yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar-mengajar secara lebih efektif.
Menurut Alice Crow, ilmu jiwa pendidikan studi tentang belajar, pertumbuhan dan kematangan individu serta penerapan prinsip-prinsip ilmiah tentang reaksi manusia yang mempengaruhi mengajar dan belajar.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi pendidikan adalah ilmu jiwa pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan (tingkah laku) individu di dalam situasi pendidikan.
Psikologi Pendidikan Adalah ilmu yang mempelajari  tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi  studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.

C.     RUANG LINGKUP ILMU JIWA PENDIDIKAN
Pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi siswa. Karena itu, ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai aspek psikologis para siswa khususnya ketika mereka terlibat dalam proses belajar-mengajar.
Crow and Crow mengemukakan bahwa data yang dicoba didapatkan oleh psikologi pendidikan, yang dengan demikian merupakan ruang lingkup psikologi pendidikan, antara lain:
1.      Sampai sejauh mana faktor-faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh terhadap belajar.
2.      Sifat-sifat dari proses belajar.
3.      Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar (learning readiness).
4.      Signifikansi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan keterbatasan belajar.
5.      Perubahan-perubahan jiwa (inner changes) yang terjadi selama dalam belajar.
6.      Hubungan antara prosedur-prosedur mengajar dengan hasil belajar.
7.      Teknik-teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam belajar.
8.      Pengaruh/akibat relatif dari pendidikan formal dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar yang insidental dan informal terhadap suatu individu.
9.      Nilai/manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personel sekolah.
10.  Akibat/pengaruh psikologi (psychological impact) yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi sosiologis terhadap sikap para siswa.
Dari seluruh proses pendidikan kegiatan belajar siswa merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini bermakna bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak terpulang kepada proses belajar siswa baik ketika ia berada di dalam kelas maupun di luar kelas.


BAB II
PERANAN ILMU JIWA PENDIDIKAN
DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Guna ilmu jiwa pendidikan bagi guru atau calon guru adalah dengan mempelajari ilmu jiwa pendidikan, guru dapat mengetahui hakikat gejala-gejala kejiwaan anak, cara belajar  dan bimbingannya serta bagaimana cara mengawasi hasil belajar yang tepat.
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa pendekatan psikologi pendidikan adalah pendekatan ilmiah. Karenanya disamping sebagai psikologi praktis, psikologi pendidikan juga bersifat teoritis.  Kembali kemasalah belajar-mengajar dan hubungannya dengan psikologi pendidikan, unsur utama dalam pelaksanaan sebuah system pendidikan di mana pun adalah proses belajar mengajar. Di tengah-tengah proses edukatif (bersifat kependidikan) ini tak terkecuali apakah di tempat formal atau non formal, terdapat seorang tokoh yang disebut guru. Sumber pengetahuan yang dapat membantu atau menolong guru dalam mengelola belajar-mengajar tersebut adalah psikologi praktis dan psikologi pendidikan.
Secara umum psikologi pendidikan mmerupakan alat bantu yang penting bagi para penyenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Mengapa demikian, karena prinsip yang terkandung dalam psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam mengelolah proses belajar-mengajar. Sedangkan proses tersebut, sebagaimana telah dijelaskan, adalah unsur utama dalam pelaksanaan setiap system pendidikan.


Inti persoalan psikologis dalam proses pendidikan adalah terletak pada anak didik, sebab pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan bagi anak didik. Agar pelayanan itu mengubah tingkah laku anak didik ke arah  perkembangan pribadi yang optimal, maka pelayanan itu hendaknya sesuai dengan sifat dan hakikat anak didik. Hal ini merupakan inti pembahasan dari psikologi pendidikan

BAB III
TEORI-TEORI PSIKOLOGI BELAJAR

A.    TEORI-TEORI BELAJAR PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK.
Teori belajar psikologi behavioristik dikemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka ini sering disebut “contemporary behaviorists” atau juga disebut “ S - R psychologists”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforciment) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya.
1.      Teori-Teori yang Mengawali Perkembangan Psikologi Behavioristik.
Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori-teori tentang belajar yang dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan Guthrie. Mereka masing-masing telah mengadakan penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang berharga mengenai hal belajar.
Teori belajar Thorndike disebut “connectionism” karena belajar merupakan proses pembentukankoneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering disebut “trial and error learning”. Cirri belajar trial and error yaitu :
a.       Ada motiv pendorong aktivitas
b.      Ada berbagai respon terhadap situasi
c.       Ada eleminasi respon-responyang gagal/salah
d.      Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan
Dari penilitiannya itu Thorndike menemukan hukum-hukum :
a.       Law of readiness
b.      Law of exercise
c.       Law of effect
Watson berpendapat, bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respon-respon bersyarat melalui stimulus pengganti. Sedangkan menurut Guhtrie adalah suatu kombinasi stimulus yang telah menyertai suatu gerakan.
2.      Skinner’s Operant Conditioning
Skinner menganggap “reward” atau “reinforcement” sebagai faktor terpenting dalam proses belajar. Skinner berpendapat, bahwa tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku.
Dalam pengajaran, “operants conditioning” menjamin respon terhadap stimulus. Apabila murid tidak menunjukkan reaksi-reaksi terhadap stimulus, guru tidak mungkin dapat membimbing tingkah lakunya kearah tujuan behavior.




B.     TEORI-TEORI BELAJAR PSIKOLOGI KOGNITIF.
Dalam teori ini berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement. Aliran kognitifis berpendapat, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah.
1.      Awal Pertumbuhannya Teori-Teori Belajar Psikologi Kognitif.
Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar gestalt.
Suatu konsep yang terpenting dalam psikologi gestalt adalah tentang “insight”, yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian di dalam situasi permasalahan.
2.      Teori Belajar “Cognitive Field” dari Lewin.
Kurt Lewin (1892-1947), mengembangkan suatu teori belajar “cognitive field” dengan menaruh perhatian kepada kepribadian psikologi sosial. Lewin memandang masing-masing individuberada di dalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis.
3.      Teori Belajar “Cognitive Developmental” dari Piaget.
Piaget adalah seorang psikolog “developmental” (proses berpikir), menurut Piaget pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif
4.      Jerome Bruner “Discovery Learning” nya.
J. Bruner mengambil pendapat Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam kelas.
Untuk itu, Bruner memakai cara dengan apa yang disebut “discovery learning”, yaitu di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.

C.    TEORI-TEORI BELAJAR PSIKOLOGI HUMANISTIS.
1.      Orientasi.
Perhatian psikologi humanistik yang tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
2.      Awal Timbulnya Psikologi Humanistis.
Psikologi humanistis muncul tahun 1940, orang-orang yang terlibat  dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli psikologi klinik dan pekerja sosial, bukan merupakan hasil dari penilitian dalam bidang proses belajar. Psikologi ini berusaha untuk memahamiperilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat (observer).
3.      Behaviorisme Versus Humanistis
Psikologi behavioral dan humanistis mempunyai pandangan yang sangat berbeda yang dikenal dengan freedom determination issue. Para behavioris memandang orang sebagai makhluk reaktif yang memberikan respon terhadap lingkungannya. Sebaliknya para humanis mempunyai pendapat bahwa tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri.



4.      Tokoh-Tokoh Humanistis.
a.       Combs
Combs dan kawan-kawan menyatakan bahwa apabila kita ingin memahami perilaku orang kita harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu.
Perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
b.      Maslow
Teori didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri kita ada dua hal : Pertama, suatu usaha yang positif untuk berkembang. Kedua ,kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang dan sebagainya. Tetapi mendorong untuk maju kearah keutuhan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menirima diri sendiri (self).
c.       Rogers
Dalam bukunya “Freedom to Learn”, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistic yang penting, di antaranya :
1).    Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.
2).    Belajar yang signifikan terjadi apabila subject metter dirasakan murid.
3).    Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri.

4).    Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan.
5).    Pengalaman dapat diperoleh dengan cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6).    Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7).    Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar.
8).    Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa yang seutuhnya.
9).    Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreatifitas.
10).      Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belejar mengenai proses belajar.

D.    TUJUAN BELAJAR
Adapun tujuan belajar adalah sebagai berikut :
1.      Belajar adalah suatu usaha, perbutan yang dilakukan secara sungguh-sungguh.
2.      Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku.
3.      Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik.
4.      Dengan belajar dapat mengubah keterampilan.
5.      Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.





E.     PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Dalam proses belajar itu terdapat beberapa prinsip dalam belajar adapun prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Kematangan Jasmani dan Rohani
2.      Memiliki Kesiapan dalam Proses Belajar
3.      Memahami Tujuan dalam Belajar
4.      Memiliki Sifat Kesungguhan dalam Belajar.
5.      Ulangan dan Latihan (Evaluasi)

F.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasala dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya.
Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar, di antaranya :
1.      Faktor Internal (yang Berasal dari dalam Diri)
Faktor internal di bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
a.       Kesehatan Jasmani dan Rohani
b.      Intelegensi dan Bakat
c.       Minat dan Motivasi
d.      Cara Belajar

2.      Faktor Eksternal (yang Berasal dari Luar Diri)
Faktor eksternal juga di bagi menjadi beberapa bagian, di antaranya :
a.       Faktor Keluarga
b.      Faktor Sekolah
c.       Faktor Masyarakat, dan
d.      Faktor Lingkungan Sekitar


BAB IV
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MANUSIA

A.    PERTUMBUHAN
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materiil sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif ini dapat berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dan sebagainya.
Dari uraian diatas dapat diartikan pertumbuhan pribadi sebagai berubahan kuantitatif pada materiil pribadi sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan, Seperti rambut, tulang, dan sebagainya itu tidak dapat dikatakan berkembang melainkan bertumbuh atau tumbuh.


B.     PERISTIWA PERTUMBUHAN PRIBADI MANUSIA
Peristiwa pertumbuhan pribadi manusia bertolak dari peristiwa awal herediter. Manusia terbentuk dari materiil yang lemah (Genetis). Manusia secara genetis mula-mula terjadi dari satu sperma dan satu telur. Satu sperma memasuki sebuah telur dan satu individu baru mulai membentuk diri. Kehidupan awal dari individu sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu yang mengandungnya. Sedangkan peranan ayah dalam menumbuhkan individu baru hanyalah memberikan kemungkinan yang tepat agar individu itu terkonsep.

C.    HUKUM-HUKUM YANG MENGATUR PERTUMBUHAN
Dalam pertumbuhan itu ada hukum-hukum yang mengaturnya, adapun hukum-hukumnya adalah sebagai berikut :
1.      Pertumbuhan Merupakan suatu Proses yang Berkesinambungan dan Teratur
2.      Tempok Pertumbuhan Adalah Tidak Sama
3.      Taraf Perkembangan Berbagai Aspek Pertumbuhan Adalah Berbeda-Beda
4.      Kecepatan seta Pola Pertumbuhan dapat Dimodifikasi oleh Kondisi-Kondisi di Dalam dan di Luar Badan
5.      Masing-Masing Individu Tumbuh Menurut Caranya Sendiri yang Unik
6.      Pertumbuhan Adalah kompleks, dan Semua Aspeknya Saling Berhubungan




D.    ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN
Pertumbuhan yang menyangkut perubahan materiil dan struktur fisiologis, sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek tertentu yang mana aspek-aspek itu sendiri saling berhubungan. Adapun aspek-aspek yang mempengaruhi pertumbuhan meliputi :
1.      Anak Sebagai Keseluruhan
2.      Umur mental anak mempengaruhi pertumbuhan
3.      Permasalahan Tingkah Laku Sering Berhubungan Dengan Pola-Pola Pertumbuhan
4.      Penyesuaian Pribadi dan Sosial Mencerminkan Dinamika Pertumbuhan.

E.     PERTUMBUHAN FISIK YANG NORMAL
Pertumbuhan tidak selalu diikuti dengan perkembangan. Anak atau orang dewasa dapat tumbuh menjadi sanagt gemuk dan berat, namun pertumbuhan semacam itu belum tentu diikuti dengan kematangan yang berarti atau efektivitas pribadi yang besar.
Dapat kita simpulkan bahwa tumbuh adalah berbeda dengan berkembang. Pribadi yang tumbuh mengandung arti yang berbeda dengan pribadi yang berkembang. Karena itu, dibedakan antara pertumbuhan dan perkembangan. Dalam pribadi manusia, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah, terdapat dua bagian yang berbeda sebagai kondisi yang menjadikan pribadi manusia berubah menuju kearah kesempurnaan. Adapun dua bagian kondisional pribadi manusia itu meliputi
1.      Bagian pribadi materiil yang kuantitatif
2.      Bagian pribadi fungsional yang kualitatif
Kenyataan itulah yang melahirkan perbedaan konsep antara pertumbuhan dan perkembangan.

F.     PERKEMBANGAN
Perkembangan pribadi dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dari setiap fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar. Fungsi-fungsi kepribadian manusia berhubungan dengan aspek jasmaniah dan aspek kejiwaan. Fungsi-fungsi kepribadian yang jasmaniah misalnya :
1.      Fungsi motorik pada bagian-bagian tubuh
2.      Fungsi sensoris pada alat-alat indra
3.      Fungsi neurotik pada system saraf
4.      Fungsi seksual pada bagian-bagian tubuh yang erotis
5.      Fungsi pernapasan pada alat pernapasan
6.      Fungsi peredaran darah pada jantung dan urat-urat nadi
7.      Fungsi pencernaan makanan pada alat pencernaan
Sedangkan fungsi-fungsi kepribadian yang bersifat kejiwaan, misalnya :
1.                              Fungsi perhatian
2.                              Fungsi pengamatan
3.                              Fungsi tanggapan
4.                              Fungsi ingatan
5.                              Fungsi fantasi
6.                              Fungsi pikiran
7.                              Fungsi perasaan
8.                              Fungsi kemauan.

G.    HUKUM-HUKUM PERKEMBANGAN
Perkembangan yang tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, kematangan fungsi-fungsi jasmaniah sangat mempengaruhi perubahan pada fungsi-fungsi kejiwaan. Adapun hukum-hukum dalam perkembangan adalah sebagai berikut :
1.      Perkembangan adalah kualitatif
2.      Perkembangan sangat dipengaruhi oleh proses dan hasil dari belajar
3.      Usia sangat mempengaruhi perkembangan
4.      Masing-masing individu mempunyai tempo perkembangan yang berda-beda
5.      Dalam keseruhan periode perkembangan, setiap spesies berkembang individu mengikuti pola umum yang sama
6.      Perkembangan dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan
7.      Perkembangan lambat dapat dipercepat
8.      Perkembangan meliputi proses  individuasi dan integrasi

H.    TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN PRIBADI MANUSIA
Perkembangan pribadi manusia meliputi beberapa aspek perkembangan, antara lain perkembangan fisiologis, perkembangan psikologis, perkembangan sosial, dan perkembangan didaktis atau pedagogis. Tahap-tahap perkembangan untuk tiap-tiap aspek tersebut tidaklah sama. Berikut ini dikemukakan tahap-tahap pada tiap-tiap aspek secara umum.
1.      Tahap-tahap perkembangan fisiologis
Freud mengemukakan adanya 6 tahap perkembangan fisiologis manusia yang meliputi :
a.       Tahap oral (umur 0 sampai 1 tahun)
b.      Tahap anal (antara umur 1 tahun sampai 3 tahun)
c.       Tahap falish (antar umur 3 tahun sampai 5 tahun)
d.      tahap talent (antar 5 tahun sampai 12 dan 13 tahun)
e.       tahap pubertas (antara umur 12/13 tahun sampai 20 tahun)
f.       Tahap genital (antara umur 20 tahun dan seterusnya)
2.      Tahap-tahap perkembangan psikologis
Perkembangan psikilogis pribadi manusia dimulai sejak masa bayi hingga masa dewasa. Menurut Jean Jacques Rousseau (1712-1778), perkembangan fungsi dan kapasitas kejiwaan manusia berlangsung dalam 5 tahap, sebagai berikut :
a.       Tahap perkembangan masa bayi (sejak lahir sampai umur 2 tahun)
b.      Tahap perkembangan masa kanak-kanak (antara umur 2 tahun s/d 12 tahun)
c.       Tahap perkembangan pada masa preadolesen (antara umur 12 tahun s/d 15 tahun)
d.      Tahap perkembangan pada masa adolesen (antara umur 15 tahun s/d 20 tahun)
e.       Tahap masa pematangan diri (setelah berumur 20 tahun)

I.       TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN SECARA PEDAGOGIS
Tahap-tahap perkembangan pribadi manusia secara pedagogis dapat dikemukakan di sisni menurut dua sudut tinjauan, yaitu dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan dan dari sudut tinjauan teknis khusus perlakuan pendidikan.
1.      Tahap perkembangan pribadi manusia dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan adalah :
a.       Tahap enam tahun pertama, tahap perkembangan fungsi pengindaraan
b.      Tahap enam tahun kedua, tahap perkembangan fungsi ingatan dan imajinasi
c.       Tahap enam tahun ketiga, tahap perkembangan fungsi intelektual
d.      Tahap enam tahun keempat, tahap perkembangan fungsi kemampuan berdikari
e.       Tahap kematangan pribadi.
2.      Tahap perkembangan pribadi manusia dari sudut tinjauan teknis khusus perlakuan pendidikan adalah :
a.       Untuk tahap perkembangan pre-natal
b.      Untuk anak dalam tahap perkembangan vital
c.       Untuk anak dalam tahap perkembangan ingatan
d.      Untuk anak dalam tahap perkembangan keakuan
e.       Untuk anak dalam tahap perkembangan pengamatan
f.       Untuk anak dalam tahap perkembangan intelektual
g.      Untuk anak dalam tahap perkembangan pra-remaja
h.      Untuk anak dalam tahap perkembangan remaja
i.        Untuk anak dalam tahap perkembangan pematangan pribadi atau kedewasaan


J.      TEORI-TEORI YANG MEMPUNYAI PENGARUH TERHADAP PRAKTEK-PRAKTEK PENDIDIKAN DISEKOLAH DI ANTARANYA SEBAGAI BERIKUT :
1.      Teori Nativisme
Menurut teori ini anak sejak lahir membawa sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu, sifat-sifat dan dasar-dasar yang dibawa sejak lahir itu dinamakan sifat-sifat pembawaan.
2.      Teori Empirisme
Menurut teori ini manusia tidak memiliki pembawaan. Seluruh perkembangan hidupnya sejak lahir sampai dewasa semata-mata ditentukan oleh faktor dari luar atau faktor lingkungan hidup dan pendidikan.
3.      Teori Naturalisme
Menurut teori ini manusia itu pada dasarnya baik, ia jadi buruk dan jahat karena pengaruh kebudayaannya.
4.      Teori Rekapitulasi
Teori ini mengatakan bahwa perkembangan individu merupakan ulangan dari perkembangan jenisnya.
5.      Teori konvergensi
Teori ini berpendapat bahwa manusia dalam perkembangan hidupnya dipengaruhi oleh bakat atau pembawaan dan lingkungan, atau oleh dasar dan ajar.



BAB V
PEMBAWAAN DAN LINGKUNGAN

A.    PEMBAWAAN
Setiap individu yang lahir ke dunia dengan suatu hereditas tertentu. Ini berarti, bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan/pemindahan dari cairan-cairan “germinal” dari pihak orang tua.warisan atau keturunan yang dibawa anak sejak dari kandungan sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya dan selebihnya berasal dari nenek dan moyangnya dari kedua belah pihak (ayah dan ibunya). Adapun pembawaan seorang anak dari sejak lahir adalah :
1.      Bentuk tubuh dan warna kulit
Salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir adalah mengenai bentuk tubuh dan warna kulit. Misalnya anak yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya, wajah seperti ayahnya, warna kulit seperti ibunya.
2.      Sifat-sifat
Sifat-sifat yang dimiliki seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi dari ibu, ayah, atau nenek dan kakek. Bermacam-macam sifat yang dimiliki manusia, misalnya : penyabar, pemarah, kikir, dan sebagainya.
3.      Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan yang besrsifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah.
Kemampuan yang bersifat umum tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan spikis seperti : abstrak, berpikir, memahami dan sebagainya.


4.      Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol di antara berbagai jenis yang dimiliki seseorang. Misalnya kemampuan khusus (bakat) dalam bidang seni musik, olahraga, matematika, dan sebagainya.
5.      Penyakit atau cacat tubuh
Beberapa  jenis penyakit atau cacat tubuh ada yang berasal dari turunan, seperti penyakit kebutaan, saraf, dan sebagainya.

B.     LINGKUNGAN
Lingkungan sebenarnya mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis yaitu, segala kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, dan sebagainya. Yang bersifat psikologis yaitu, mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu sejak dalam konsesi, kelahiran sampai matinya. Misalnya, perasaan, keinginan, dan sebagainya.
Adapun yang bersifat sosio cultural yaitu, mencakup segenap stimulasi, interaksi, dan kondisi dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain.
Misalnya latihan, belajar, pendidikan, dan sebagainya. Adapun macam-macam lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu :
1.      Lingkungan Keluarga
2.      Lingkungan Sekolah
3.      Lingkungan Masyarakat
4.      Lingkungan Keadaan Alam Sekitar

C.    PENGARUH HEREDITAS DAN LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN INDIVIDU
Setiap perkembangan pribadi seseorang merupakan hasil interaksi antara hereditas dan lingkungan. Individu dan perkembangannya adalah produk dari hereditas dan lingkungan. Heriditas dan lingkungan sama-sama berperan penting bagi perkembangan individu.
Jadi, jelaslah bahwa ada dan sangat mungkin adanya hubungan dan pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu. Hubungan dan pengaruh itu adalah :
1.      Dalam bidang pertumbuhan dan perkembangan fisik
2.      Dalam bidang pertumbuhan dan perkembangan mental
3.      Dalam budang kesehatan mental dan emosi serta kepribadian
4.      Dalam hal sikap-sikap, keyakinan, dan nilai-nilai.

BAB VI
CIRI-CIRI KEMATANGAN

A.    KARAKTERISTIK KEMATANGAN
Menurut teori Konvergensi bahwa perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yaitu dasar dan ajar (bakat dan lingkungan). Keduanya sangat berpengaruh, bukan hanya dasar dan bukan hanya ajar. Adapun tentang perkembangan para ahli mengemukakan beberapa prinsip sebagai berikut.

1.      Prinsip konvergensi, bahwa perkembangan itu ditentutakan oleh dasar dan ajar, pembawaan dan lingkungan.
2.      Prinsip kematangan, efek usaha belajar itu di tergantung pada kematangan seseorang dalam suatu fungsi.
3.      Fungsi-fungsi psikis berkembang bersama-sama, tidak timbul secara berurutan seperti pada teori Rekapitulasi.
4.      Perkembangan meliputi diferensi dan integrasi.
5.      Prinsip kesatuan organis.
6.      Prinsip tempo dan irama perkembangan.
7.      Tiap golongan individu (species) mempunyai pola perkembangan yang sama.
8.      Pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan asuhan.
Tentang perkembangan itu sendiri para ahli mengemukakan sebagai berikut:
1.      Menurut Aristoteles
Pembagiannya berdasarkan adanya perubahan-perubahan jasmani yang penting ialah lebih kurang umur 7 tahun pertukaran gigi, umur lebih kurang 14 tahun, tumbuhnya tanda-tanda kelamin sekunder lainnya. Pembagiannya:
0 – 7 tahun, periode anak kecil,
7 – 14 tahun, periode anak sekolah,
14 – 21 tahun, periode pemuda.
2.      Menurut Chalotte Buchler
Pembagiannya adalah sebagai berikut, umur:
a.       0 – 7 tahun, masa timbulnya dinamika dari subjek menuju ke objek.
b.      2 – 4 tahun,  masa menyadari “aku”-nya. Dia mengenal dunia secara subjektif.
c.        
d.      5 – 8 tahun, masa memasukkan diri ke dalam masyarakat menuju kepada objekvitas.
e.       9 – 13 tahun,  masa memisahkan diri sendiri dari orang lain.
14 – 19 tahun, masa mempertemukan sikap ke dalam dan ke luar
3.      Menurut Masrun, MA
a.       0 - 2 tahun, masa vital.
b.      2 – 6 tahun, masa kanak-kanak.
c.       6 – 12 tahun, masa sekolah.
d.      12 – 18 tahun, masa remaja.
e.       18 – 21 tahun, masa transisi dari remaja menuju dewasa.
f.       21 -  24 tahun, telah matang jasmani dan rohaninya.

B.     HUBUNGAN INTELEGENSI DENGAN KEHIDUPAN SESEORANG
Memang kecerdasan/intelegensi seseorang memainkan peranan yang penting dalam kehidupannya. Akan tetapi, kehidupan adalah sangat kompleks. Intelegensi bukan satu-satunya faktor sukses tidaknya kehidupan seseorang, seperti faktor kesehatan, dan ada tidaknya kesempatan.
Banyak di antara orang-orang yang sebenarnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak mendapat kemajuan dalam kehidupannya. Ini disebabkan oleh, kekurang mampuan bergaul dengan orang lain dalam masyarakat, atau kurang memiliki cita-cita yang tinggi. Jelaslah sekarang bahwa tidak terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan intelegensi dengan tingkat kehidupan seseorang.

1.      Dasar-dasar biologis tingkah laku
Tingkah laku individu didasari oleh pertumbuhan biologisnya. System saraf merupakan penggerak tingkah laku manusia secara biologis. System saraf terdiri atas komposisi sel-sel yang disebut neurons.
Tiap- tiap neurons mengandung tenaga yang berasal dari  proses kimiawi dan elektronik. Apabila mendapat stimulasi, neurons melepaskan dorongan-dorongan elektronis yang merangsang gerakan neurons lainnya guna merangsang gerakan urat-urat dan otot-otot tubuh.
2.      Perubahan-perubahan dalam otak yang menimbulkan kematangan
Perkembangan struktur dan fungsi otak tampak sempurna atau hamper sempurna pada saat anak tiba saatnya masuk sekolah dasar.
Pada umur-umur setelah 6 tahun, terjadilah perubahan-perubahan penting dalam struktur otak, namun perkembangan kapasitas mental lebih banyak diakibatkan karena pengalaman atau belajar.
3.      Kematangan membentuk readinees
Kematangan disebabkan karena perubahan “genes” yang menentukan perkembangan struktur fisiologis dalam system saraf, otak dan indra sehingga semua itu memungkinkan individu matang mengadakan reaksi-reaksi terhadap setiap stimulus lingkungan.
Kematangan adalah keadaan atau kondisi, bentuk, struktur, dan fungsi yang lengkap atau dewasa pada suatu organism, baik terhadap satu sifat, bahkan seringkali semua sifat.


C.      LINGKUNGAN ATAU KULTUR SEBAGAI PENYUMBANG PEMBENTUKAN READINESS
Memang, anak megalami pertumbuhan, dan pertumbuhan fisiknya merupakan penyumbang terpenting bagi pembentukan readiness, akan tetapi kita tidak boleh melupakan bahwa perkembanganmereka tergantung pada pengaruh lingkungan dan kultur disamping akibat tumbuhnya pla-pola jasmaniah. Stimulasi lingkungan serta hambatan-hambatan mental individu mempengaruhi perkembangan mental, kebutuhan dan lain sebagainya.
1.      Readiness dalam belajar
a.       Pengertian dan prinsip-prinsip pembentukan readiness
Seseorang  baru dapat belajar tentang sesuatu apabila dalam dirinya sudah terdapat “readiness” (kemampuan) untuk mempelajari sesuatu itu.
Sesuai dengan kenyataan, bahwa masing-masing individu mempunyai perbedaan individual, maka masing-masing individu mempunyai sejarah atau latar belakang perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan adanya pola pembentukan readiness yang berbeda-beda pula di dalam diri masing-masing individu.
b.      Kematangan sebagai dasar daripada pembentukan readiness
Individu mengalami pertumbuhan material jasmaniahnya. Kecepatan pertumbuhan pada masing-masing individu tidak sama.
Perbedaan itu dapat disebabkan oleh karena pengaruh fisiologis, psikologis, dan bahkan sosial.


2.      Kematangan emosional orang tua.
a.       Perasaan dan emosi marah
Marah pada pemuda timbul karena “social slighting”, yaitu kebimbangan pemuda akan status sosialnya yang belum jelas dan stabil.
b.      Perasaan dan emosi kasih sayang
Pemuda mulai mempersempit hubungan-hubungan kasih sayangnya.
Rasa kasih sayang yang kuat dicurahkan kepada seorang teman istimewanya, entah teman istimewa itu orang yang lebih tua maupun sebaliknya, baik wanita maupun pria.
c.       Perasaan dan emosi takut
Rasa takut pada pemuda timbul karena kedudukannya yang terasa asing kebimbangan akan status sosialnya yang menentu dan jelas. Pernyataan takut itu dinyatakan dalam bentuk kata-kata.
d.      Kematangan emosional orang tua dan pengaruhnya
Keadaan dan kematangan emosional orang tua mempengaruhi perkembangan anak serta menetukan taraf pemuasan kebutuhan-kebutuhan psikologis yang penting pada anak dalam kehidupannya dalam keluarga.  Dan taraf pemuasan kebutuhan psikologis itu akan pula mempengaruhi dan menentukan proses pendewasaan anak tersebut.




BAB VII
KEMAMPUAN DAN INTELEGENSI

A.    KEMAMPUAN
1.      Pentingnya Mengenal Anak Didik
Kita harus mengenal hal-hal yang umum yang terdapat pada semua anak, dan hal-hal yang unik dan khusus. Hal-hal yang umum merupakan dasar dan norma yang akan menolong pembimbing mengetahui ciri-ciri unik pada tiap-tiap anak. Faktor-faktor umum yang perlu dikenal ialah :
a.       Hakikat anak, anak bukan manusia dalam bentuk kecil atau seorang dewasa minus beberapa hal yang belum dimiliki.
b.      Kebutuhan pokok anak, tiap-tiap anak membutuhkan hal-hal tertentu.
c.       Langkah-langkah perkembangan, perkembangan anak meliputi segi-segi jasmani, jiwa dan rohani juga.
Dapat disimpulkan bahwa semua orang yang ikut berpartisipasi dalam proses pendidikan dan pengajaran anak, hendaknya mengenal pribadi anak didik.
2.      Hukum Perkembangan
Hukum perkembangan adalah patokan generalisasi, mengenai sebab akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam diri manusia.
a.       Hukum Kovergensi
Perkembangan manusia pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan pendidikan.

b.      Hukum pertahanan dan pengembangan diri
Setiap manusia memiliki dorongan dan hasrat mempertahankan diri dari hal-hal negatif, seperti rasa sakit, rasa tidak aman, dan sebagainya.
c.       Hukum masa peka
Peka artinya mudah terangsang atau mudah menerima stimulus. Masa peka adalah masa yang tepat yang terdapat pada diri anak untuk mengembangkan fungsi-fungsi tertentu.

B.     INTELEGENSI
Perkataan intelegensi berasal dari bahasa latin Intelligere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain.
Pengertian intelegensi adalah kemampuan yang dibawa atau ada sejak lahir yang dapat memungkinkan manusia atau seseorang itu berbuat seseuatu dengan cara-cara tertentu.
Menurut W. Stern, intelegensi adalah kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam situasi yang baru. Menurut V. Hees intelegensi ialah sifat kecerdasan jiwa.
Vernon (1960) berusaha membuat kompromi pandangan yang berbeda-beda mengenai intelegensi, dan merumuskan sebagai kemampuan untuk melihat hubungan yang relevan diantara objek –objek atau gagasan-gagasan, serta kemampuan untuk memerapkan hubungan-hubungan ini kedalam situasi-situasi baru yang serupa.
Menurut hasilnya intelegensi dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1.    Intelegensi praktis ialah intelegensi untuk mengatasi sesuatu situasi yang sulit dalam suatu kerja, yang berlangsung secara cepat dan tepat
2.    Intelegensi teoritis ialah intelegensi untuk dapat mendapatkan suatu pikiran penyelesaian soal atau masalah dengaN cepat dan tepat.
Dengan melihat beberapa pengertian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Macam-macam daya jiwa yang erat bersangkutan didalamnya terdapat :
a.       Ingatan ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan.
b.      Fantasi ialah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau banyangan baru.
c.       Perasaan ialah keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang.
d.      Perhatian ialah keaktifan jiwa yang diarahkan pada suatu objek, baik di dalam maupun di luar dirinya.
e.       Minat ialah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
2.       Intelegensi hanya dapat diketahui dari tingkah laku atau perbuatan yang tampak.
3.      Manusia di dalam kehidupannya dapatlah menentukan tujuan-tujuan dan dapat memikirkan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.
4.       Intelegensi tidak dapat dipengaruhi oleh kemampuan yang ada semenjak lahir saja, tetapi dipengaruhi juga oleh lingkungan dan pendidikan dimana seseorang itu tinggal atau berada.



C.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTELEGENSI SESEORANG
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi intelegensi sesorang, sehingga terdapat perbedaan intelegensi seseorang dengan yang lain, yaitu :
1.      Faktor pembawaan, di tentukan oleh sifat-sifat yang dibawa sejak lahir. Setiap manusia mempunyai sifat berbeda dan kemampuan yg berbeda satu sama lainnya.
2.      Faktor kematangan, Fisik dan psikis seseorang sangat menentukan dalam menjalankan fungsinya masing-masing
3.      Faktor minat, dapat memberikan dorongan bagi perbuatan itu.
4.      Faktor pembentukan, segala keadaan diluar seseorang baik disengaja atau tidak yang dapat mempengaruhi intelegensi.
5.      Kebebasan, manusia dapat memilih cara-cara tertentu untuk memecahkan masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Masing-masing individu berbeda segi intelegensinya, karena berbeda intelegensinya maka setiap individu yang satu berbeda kemampuannya dengan individu yang lain.

ILMU
*      Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm"yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan
*      ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu
*      Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa
SYARAT ILMIAH ILMU
*      Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yg sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam
*      Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran.
*      Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
*      Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).

JIWA
*      psyche’ yang artinya jiwa
*      Secara leksikografis, jiwa merupakan kata benda yang berarti roh manusia,nyawa;
seluruh kehidupan batin, sesuatu yang utama yang menjadi semangat; maksud sebenarnya, isi yang sebenarnya, arti yang tersirat, buah hati, kekasih, orang (dalam perhitungan penduduk)
*      kata al-nafs. Al-nafs (nun-fa-sin) menunjukkan arti keluarnya angin lembut bagaimana pun adanya. Al-nafs juga diartikan darah , atau hati (qalb) dan sanubari, padanya ada rahasia yang tersembunyi . Juga berarti ruh, saudara, ‘indahu (kepemilikan) 


KESIMPULAN JIWA
*      Jiwa adl sesuatu yg maujud (ada). Jiwa bisa dipahami sebagai sesuatu yang berbentuk fisik yang materil melekat pada diri manusia, tampak dan tidak tersembunyi, tetapi pada waktu lain ia mengandung arti sebagai sesuatu yang berbentuk non-materil, yang mengalir pada diri fisik manusia sebagai jauhar (substansi) yang berdiri sendiri. Kata jiwa (al-nafs) disebutkan dalam al-Quran dengan jumlah lebih dari dua ratus lima puluh kali jauh lebih banyak dari pada kata al-ruh. Kata al-nafs kadang diartikan dengan ruh, dan tidak dengan sebaliknya, ini menunjukkan bahwa hakekat al-nafs (jiwa) berasal dari ruh. Ruh adalah inti dan jiwa adalah bagian dari ruh.

PERBEDAAN ILMU JIWA DAN PSIKOLOGI
*      Ilmu jiwa meliputi segala pemikiran, pengetahuan, tanggapan, tetapi jugaa segala khayalan dan spekulasi mengenai jiwa itu.
*      Psychology meliputi ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang memenuhi syarat-syaratnya psychology pada zaman sekarang ini.

PENDIDIKAN
*      Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yg diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

PENGAJARAN
*      Pengajaran adalah kegiatan yang di lakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagai interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.

PEMBELAJARAN
*      Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
*      Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 ttg Sisdiknas, pembelajaran adl proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pd suatu lingkingan belajar.
*      Ciri utama dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran

PERSAMAAN PENDIDIKAN, PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
*      Semuanya akan dapat mencapai tujuan jika pembelajran bermakna dengan pengajaran yang tepat. Sebaliknya tidak akan mencapai tujuan jika pembelajaran tidak bermakna dengan pengajaran yang tidak tepat.

PERBEDAAN
*      Perbedaan antara pendidikan dan pembelajaran terletak pada prosesnya. Pendidikan lebih mengarahkan pada upaya-upaya kepada seseorang untuk bertindak. Sedangkan pembelajaran itu lebih kompleks lagi,mengarah kepada tujuan akhinya yaitu seseorang dapat bertingkah laku baik atau memiliki kepribadian yang baik.

1 comment: