MATA KULIAH
ILMU JIWA
PENDIDIKAN
Sebuah Referensi Bagi Mahasiswa
Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI
Program Strata Satu (S1)
Tahun 2013
Dosen Pembimbing :
AHMAD SUBHAN,
S. Pd. I
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM (STAI)
KUALA KAPUAS
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah swt, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan modul/bahan Mata Kuliah “ILMU JIWA PENDIDIKAN”.
Tujuan penulisan ini adalah sebagai upaya untuk
memberikan konstribusi materi bagi peningkatan pembelajaran kepada Mahasiswa
Program Studi S1 PAI Semester V pada Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Kuala
Kapuas.
Sehubungan dengan itu penulis pada kesempatan ini
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. H. M. Nafiah Ibnor, MM, Selaku Ketua Tinggi Agama
Islam (STAI) Kuala Kapuas, yang memberikan kepsempatan kepada penulis untuk
mengembangkan keilmuan melalui perkuliahan.
2. Bapak Dr. Moh. Hilmi H. Tarsidi, S. Ag, M. Pd, selaku kepala
Perpustakaan STAI Kuala Kapuas, yang dengan semangat memberikan motivasi dan
solusi, sehingga ini bisa disselesaikan.
Di samping itu penulis juga sangat menyadari bahwa isi
modul/bahan ini masih jauh dari pada yang diharapkan, masih banyak mempunyai
kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan baik dari segi
penjelasan-penjelasan maupun dari segi tata bahasanya. Untuk itu penulis
berharap dengan kerendahan hati terbuka lebar untuk menerima kritikan dan saran
yang sifatnya membangun maupun masukan-masukan untuk menambah kesempurnaan
penulisan mendatang.
Akhir kata teriring do’a semoga amal ibadah dari semua
pihak akan mendapat ganjaran yang berlimpah dari Allah swt dan semoga materi
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnyada bagi mahasiswa (i) sekalian.
Kuala Kapuas, Agustus 2013
Penulis
AHMAD SUBHAN
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I PENGERTIAN
DAN RUANG LINGKUP ILMU JIWA PENDIDIKAN
A.
Pengetian Ilmu Jiwa Pendidikan....................................................... 1
B.
Pengertian Psikologi Pendidikan ...................................................... 2
C.
Ruang Lingkup Ilmu Jiwa Pendidikan
............................................. 4
BAB II PERANAN
ILMU JIWA PENDIDIKAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN
BAB III TEORI
– TEORI PSIKOLOGI BELAJAR
A.
Teori Belajar Psikologi
Behavioristik ................................................
B.
Teori Belajar Psikologi Kognitif .......................................................
C.
Teori Belajar Psikologi Humanistik
..................................................
D.
Tujuan dan Prinsip – Prinsip
Belajar .................................................
E.
Faktor yang Mempengaruhi Belajar ..................................................
BAB IV PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN
A.
Pertumbuhan .....................................................................................
B.
Peristiwa Pertumubuhan Pribadi
Manusia ........................................
C.
Hukum – Hukum yang Mengataur Pertumbuhan ............................
D.
Aspek-Aspek yang mempengaruhi
Pertumbuhan .............................
E.
Pertumbuhan Fisik yang Normal ......................................................
F.
Perkembangan ...................................................................................
G.
Hukum – Hukum Perkembangan ......................................................
H.
Tahap – Tahap Perkembangan
Pribadi Manusia ..............................
I.
Tahap – Tahap Perkembangan secara
Pedagogis ..............................
J.
Teori – Teori yang mempunyai
Pengaruh Terhadap Praktek-
Praktek
Pendidikan di Sekolah .........................................................
BAB V PEMBAWAAN
DAN LINGKUNGAN
A.
Pembawaan .......................................................................................
B.
Lingkungan .......................................................................................
C.
Pengaruh Hereditas dan Lingkungan
Terhadap Perkembangan
Individu
............................................................................................
BAB VI CIRI
– CIRI KEMATANGAN
A.
Karakteristik Kematangan ................................................................
B.
Hubungan Intelegensi dengan
Kehidupan Seseorang ......................
C.
Lingkungan atau Kultur sebagai
Penyumbang Pembentukan
Readiness
..........................................................................................
BAB VII KEMAMPUAN
DAN INTELEGENSI
A.
Pentingnya Mengenal Anak Didik ...................................................
B.
Hukum Perkembangan ......................................................................
C.
Intelegensi .........................................................................................
D.
Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi Seseorang ............
BAB I
PENGERTIAN
DAN RUANG LINGKUP
ILMU JIWA
PENDIDIKAN
A.
PENGERTIAN ILMU JIWA PENDIDIKAN
Pendidikan tentang jiwa psikolog dan psikolog
pendidikan yang terpendam dalam diri manusia yang akhirnya dapat melahirkan
pola berperilaku, gerak dan lain sebagainya. Dengan demikian pergerakan,
pertumbuhan dan perkembangan semua itu menjadi petunjuk gejala adanya jiwa pada
manusia. Disini para filosof membagi jiwa menjadi
1.
Daya Vegetatif, bersifat tumbuh,
berkembang sebagaimana tumbuh-tumbuhan ini disebut “nafs on nabati”
2.
Daya Sensoris, ini bagi pemilik
penginderaan, berpindah sebagaimana perilaku hewan disebut “nafs al hayawany”
3.
Daya Rasional, yang khusus
pemilik yang bersifat berfikir, berbuat, berkehendak sebagaimana khusus nampak
pada jiwa manusia, dan disebut “nafs al insaniyah”
4.
Daya ruh, bersifat taat, patuh,
tunduk, ini menggambarkan sosok malaikat.
Menurut Kejiwaan Manusia
Menurut kebanyakan filosof, struktur jiwa
manusia terdiri dari :
1.
Jiwa Vegetatif : bagian terbawah
2.
Jiwa Sensitif : bagian menengah
3.
Jiwa Rasional : bagian tertinggi
Pembagian Ilmu Jiwa
1.
Dari segi sasaran / obyeknya, ilmu
jiwa dapat dibedakan menjadi dua :
a.
Ilmu Jiwa Umum : yaitu
obyek studynya adalah manusia dewasa seutuhnya, normal dan beradab.
b.
Ilmu Jiwa Khusus : yaitu
obyek studynya adalah bagian-bagian tertentu dari gejala-gejala jiwa.
2.
Dari segi kegunaan dapat dibedakan
antara ilmu jiwa teoritis, praktis.
a.
Teoritis dipergunakan untuk
mengembangkan pengetahuan ilmu kejiwaan.
b.
Praktis dipergunakan untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensinya bidang tertentu dari aspek bidang
kehidupan manusia.
Ilmu jiwa pendidikan yang lebih
dikenal dengan psikologi pendidikan terdiri dari dua kata, yaitu Psikologi
dan Pendidikan. Psikologi terdiri dari dua kata bahasa Yunani, yaitu psyche
yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah
psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa.
B.
PENGERTIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi
Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam
pendidikan pengaturan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran,
dan psikologi sosial dari sekolah sebagai organisasi.
Psikologi pendidikan berkaitan dengan
bagaimana siswa belajar dan berkembang, dan sering terfokus pada sub kelompok
seperti berbakat anak-anak dan mereka yang tunduk pada khusus penyandang cacat
.
Menurut
Muhibin Syah (2002), pengertian psikologi pendidikan
adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang
terjadi dalam dunia pendidikan. Sedangkan menurut ensiklopedia amerika, Pengertian psikologi pendidikan
adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan
penemuan – penemuan dan menerapkan prinsip – prinsip dan cara untuk
meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
Menurut
Barlow, psikologi pendidikan sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologi
yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan
tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar-mengajar secara lebih efektif.
Menurut
Alice Crow, ilmu jiwa pendidikan studi tentang belajar, pertumbuhan dan
kematangan individu serta penerapan prinsip-prinsip ilmiah tentang reaksi
manusia yang mempengaruhi mengajar dan belajar.
Berdasarkan
beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi pendidikan
adalah ilmu jiwa pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
gejala-gejala kejiwaan (tingkah laku) individu di dalam situasi pendidikan.
Psikologi
Pendidikan Adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia di dalam
dunia pendidikan yang meliputi studi sistematis tentang proses-proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk
mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
C.
RUANG LINGKUP ILMU JIWA PENDIDIKAN
Pendidikan
pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi siswa. Karena itu, ruang lingkup pokok bahasan
psikologi pendidikan selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, juga
berbagai aspek psikologis para siswa khususnya ketika mereka terlibat dalam
proses belajar-mengajar.
Crow
and Crow mengemukakan bahwa data yang dicoba didapatkan oleh psikologi
pendidikan, yang dengan demikian merupakan ruang lingkup psikologi pendidikan,
antara lain:
1.
Sampai sejauh mana faktor-faktor pembawaan dan
lingkungan berpengaruh terhadap belajar.
2.
Sifat-sifat dari proses belajar.
3.
Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan
belajar (learning readiness).
4.
Signifikansi pendidikan terhadap
perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan keterbatasan belajar.
5.
Perubahan-perubahan jiwa (inner changes)
yang terjadi selama dalam belajar.
6.
Hubungan antara prosedur-prosedur mengajar dengan
hasil belajar.
7.
Teknik-teknik yang sangat efektif bagi penilaian
kemajuan dalam belajar.
8.
Pengaruh/akibat relatif dari pendidikan formal
dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar yang insidental dan informal terhadap suatu individu.
9.
Nilai/manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan
bagi personel sekolah.
10.
Akibat/pengaruh psikologi (psychological impact)
yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi sosiologis terhadap sikap para siswa.
Dari seluruh proses pendidikan kegiatan
belajar siswa merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini bermakna bahwa
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak terpulang kepada proses
belajar siswa baik ketika ia berada di dalam kelas maupun di luar kelas.
BAB II
PERANAN ILMU
JIWA PENDIDIKAN
DALAM DUNIA
PENDIDIKAN
Guna ilmu jiwa pendidikan bagi guru atau calon guru
adalah dengan mempelajari ilmu jiwa pendidikan, guru dapat mengetahui hakikat
gejala-gejala kejiwaan anak, cara belajar dan bimbingannya serta
bagaimana cara mengawasi hasil belajar yang tepat.
Dengan
demikian, dapat dipastikan bahwa pendekatan psikologi pendidikan adalah
pendekatan ilmiah. Karenanya disamping sebagai psikologi praktis, psikologi
pendidikan juga bersifat teoritis. Kembali kemasalah belajar-mengajar dan
hubungannya dengan psikologi pendidikan, unsur utama dalam pelaksanaan sebuah
system pendidikan di mana pun adalah proses belajar mengajar. Di tengah-tengah
proses edukatif (bersifat kependidikan) ini tak terkecuali apakah di tempat
formal atau non formal, terdapat seorang tokoh yang disebut guru. Sumber
pengetahuan yang dapat membantu atau menolong guru dalam mengelola belajar-mengajar
tersebut adalah psikologi praktis dan psikologi pendidikan.
Secara umum
psikologi pendidikan mmerupakan alat bantu yang penting bagi para penyenggara
pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Mengapa
demikian, karena prinsip yang terkandung dalam psikologi pendidikan dapat
dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam mengelolah proses
belajar-mengajar. Sedangkan proses tersebut, sebagaimana telah dijelaskan,
adalah unsur utama dalam pelaksanaan setiap system pendidikan.
Inti
persoalan psikologis dalam proses pendidikan adalah terletak pada anak didik,
sebab pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan bagi anak didik. Agar
pelayanan itu mengubah tingkah laku anak didik ke arah perkembangan
pribadi yang optimal, maka pelayanan itu hendaknya sesuai dengan sifat dan
hakikat anak didik. Hal ini merupakan inti pembahasan dari psikologi
pendidikan
BAB III
TEORI-TEORI
PSIKOLOGI BELAJAR
A.
TEORI-TEORI
BELAJAR PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK.
Teori belajar psikologi behavioristik dikemukakan
oleh para psikolog behavioristik. Mereka ini sering disebut “contemporary
behaviorists” atau juga disebut “ S - R psychologists”. Mereka
berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward)
atau penguatan (reinforciment) dari lingkungan. Dengan demikian
dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi
behavioral dengan stimulasinya.
1. Teori-Teori yang
Mengawali Perkembangan Psikologi Behavioristik.
Psikologi aliran behavioristik mulai
berkembang sejak lahirnya teori-teori tentang belajar yang dipelopori oleh
Thorndike, Pavlov, Watson, dan Guthrie. Mereka masing-masing telah mengadakan
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang berharga mengenai hal
belajar.
Teori belajar Thorndike disebut “connectionism”
karena belajar merupakan proses pembentukankoneksi-koneksi antara stimulus dan
respon. Teori ini sering disebut “trial and error learning”.
Cirri belajar trial and error yaitu :
a.
Ada motiv pendorong aktivitas
b.
Ada berbagai respon terhadap situasi
c.
Ada eleminasi respon-responyang gagal/salah
d.
Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan
Dari
penilitiannya itu Thorndike menemukan hukum-hukum :
a.
Law of readiness
b.
Law of exercise
c.
Law of effect
Watson berpendapat, bahwa belajar
merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respon-respon bersyarat
melalui stimulus pengganti. Sedangkan menurut Guhtrie adalah suatu
kombinasi stimulus yang telah menyertai suatu gerakan.
2.
Skinner’s Operant
Conditioning
Skinner menganggap “reward” atau “reinforcement”
sebagai faktor terpenting dalam proses belajar. Skinner berpendapat, bahwa
tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku.
Dalam pengajaran, “operants
conditioning” menjamin respon terhadap stimulus. Apabila murid tidak
menunjukkan reaksi-reaksi terhadap stimulus, guru tidak mungkin dapat
membimbing tingkah lakunya kearah tujuan behavior.
B.
TEORI-TEORI
BELAJAR PSIKOLOGI KOGNITIF.
Dalam teori ini berpendapat, bahwa tingkah
laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement. Aliran kognitifis
berpendapat, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu
tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu memperoleh
“insight” untuk pemecahan masalah.
1.
Awal Pertumbuhannya Teori-Teori Belajar Psikologi
Kognitif.
Psikologi kognitif mulai berkembang dengan
lahirnya teori belajar gestalt.
Suatu konsep yang terpenting dalam
psikologi gestalt adalah tentang “insight”, yaitu pengamatan atau pemahaman
mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian di dalam situasi
permasalahan.
2.
Teori Belajar “Cognitive Field” dari Lewin.
Kurt Lewin (1892-1947), mengembangkan
suatu teori belajar “cognitive field” dengan menaruh perhatian kepada
kepribadian psikologi sosial. Lewin memandang masing-masing individuberada di
dalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis.
3.
Teori Belajar “Cognitive Developmental”
dari Piaget.
Piaget adalah seorang psikolog “developmental”
(proses berpikir), menurut Piaget pertumbuhan kapasitas mental memberikan
kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan
intelektual adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif
4. Jerome Bruner “Discovery Learning” nya.
J.
Bruner mengambil pendapat Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan
secara aktif di dalam kelas.
Untuk
itu, Bruner memakai cara dengan apa yang disebut “discovery learning”,
yaitu di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk
akhir.
C.
TEORI-TEORI BELAJAR PSIKOLOGI HUMANISTIS.
1.
Orientasi.
Perhatian psikologi humanistik yang
tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing
oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman
mereka sendiri.
2.
Awal Timbulnya Psikologi Humanistis.
Psikologi humanistis muncul tahun 1940,
orang-orang yang terlibat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam
perkembangan ini, misalnya ahli psikologi klinik dan pekerja sosial, bukan
merupakan hasil dari penilitian dalam bidang proses belajar. Psikologi ini
berusaha untuk memahamiperilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver),
bukan dari pengamat (observer).
3.
Behaviorisme Versus
Humanistis
Psikologi behavioral dan humanistis
mempunyai pandangan yang sangat berbeda yang dikenal dengan freedom
determination issue. Para behavioris memandang orang sebagai makhluk
reaktif yang memberikan respon terhadap lingkungannya. Sebaliknya para humanis
mempunyai pendapat bahwa tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri.
4.
Tokoh-Tokoh Humanistis.
a.
Combs
Combs dan kawan-kawan menyatakan bahwa
apabila kita ingin memahami perilaku orang kita harus mencoba memahami dunia
persepsi orang itu.
Perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain
hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan
memberikan kepuasan baginya.
b.
Maslow
Teori didasarkan atas asumsi bahwa di
dalam diri kita ada dua hal : Pertama, suatu usaha yang positif untuk
berkembang. Kedua ,kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Pada diri masing-masing orang mempunyai
berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang dan
sebagainya. Tetapi mendorong untuk maju kearah keutuhan, ke arah kepercayaan
diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menirima diri
sendiri (self).
c.
Rogers
Dalam bukunya “Freedom to Learn”,
ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistic yang penting, di
antaranya :
1).
Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar
secara alami.
2).
Belajar yang signifikan terjadi apabila subject
metter dirasakan murid.
3).
Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam
persepsi mengenai dirinya sendiri.
4).
Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah
lebih mudah dirasakan.
5).
Pengalaman dapat diperoleh dengan cara yang
berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6).
Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan
melakukannya.
7).
Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan
dalam proses belajar.
8).
Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan
pribadi siswa yang seutuhnya.
9).
Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan,
kreatifitas.
10).
Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam
dunia modern ini adalah belejar mengenai proses belajar.
D.
TUJUAN BELAJAR
Adapun tujuan
belajar adalah sebagai berikut :
1.
Belajar adalah suatu usaha, perbutan yang
dilakukan secara sungguh-sungguh.
2.
Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam
diri antara lain tingkah laku.
3.
Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang
buruk menjadi baik.
4.
Dengan belajar dapat mengubah keterampilan.
5.
Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam
berbagai bidang ilmu.
E.
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Dalam proses belajar itu terdapat beberapa
prinsip dalam belajar adapun prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Kematangan Jasmani dan Rohani
2.
Memiliki Kesiapan dalam Proses Belajar
3.
Memahami Tujuan dalam Belajar
4.
Memiliki Sifat Kesungguhan dalam Belajar.
5.
Ulangan dan Latihan (Evaluasi)
F.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam
belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar
yaitu berasala dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar
dirinya.
Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor
yang menentukan pencapaian hasil belajar, di antaranya :
1.
Faktor Internal (yang Berasal dari dalam Diri)
Faktor
internal di bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
a. Kesehatan Jasmani dan
Rohani
b. Intelegensi dan Bakat
c. Minat dan Motivasi
d. Cara Belajar
2.
Faktor Eksternal (yang Berasal dari Luar Diri)
Faktor
eksternal juga di bagi menjadi beberapa bagian, di antaranya :
a. Faktor Keluarga
b. Faktor Sekolah
c. Faktor Masyarakat,
dan
d.
Faktor Lingkungan Sekitar
BAB IV
PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN MANUSIA
A.
PERTUMBUHAN
Pertumbuhan
dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materiil sesuatu sebagai
akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif ini dapat berupa
pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi
besar, dan sebagainya.
Dari
uraian diatas dapat diartikan pertumbuhan pribadi sebagai berubahan kuantitatif
pada materiil pribadi sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan, Seperti
rambut, tulang, dan sebagainya itu tidak dapat dikatakan berkembang melainkan
bertumbuh atau tumbuh.
B.
PERISTIWA PERTUMBUHAN PRIBADI MANUSIA
Peristiwa
pertumbuhan pribadi manusia bertolak dari peristiwa awal herediter. Manusia
terbentuk dari materiil yang lemah (Genetis). Manusia secara genetis
mula-mula terjadi dari satu sperma dan satu telur. Satu sperma memasuki sebuah
telur dan satu individu baru mulai membentuk diri. Kehidupan awal dari individu
sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu yang mengandungnya. Sedangkan peranan ayah
dalam menumbuhkan individu baru hanyalah memberikan kemungkinan yang tepat agar
individu itu terkonsep.
C.
HUKUM-HUKUM YANG MENGATUR PERTUMBUHAN
Dalam
pertumbuhan itu ada hukum-hukum yang mengaturnya, adapun hukum-hukumnya adalah
sebagai berikut :
1.
Pertumbuhan Merupakan suatu Proses yang
Berkesinambungan dan Teratur
2.
Tempok Pertumbuhan Adalah Tidak Sama
3.
Taraf Perkembangan Berbagai Aspek Pertumbuhan
Adalah Berbeda-Beda
4.
Kecepatan seta Pola Pertumbuhan dapat Dimodifikasi
oleh Kondisi-Kondisi di Dalam dan di Luar Badan
5.
Masing-Masing Individu Tumbuh Menurut Caranya
Sendiri yang Unik
6.
Pertumbuhan Adalah kompleks, dan Semua Aspeknya
Saling Berhubungan
D.
ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN
Pertumbuhan
yang menyangkut perubahan materiil dan struktur fisiologis, sangat dipengaruhi
oleh aspek-aspek tertentu yang mana aspek-aspek itu sendiri saling berhubungan.
Adapun aspek-aspek yang mempengaruhi pertumbuhan meliputi :
1.
Anak Sebagai Keseluruhan
2. Umur mental anak
mempengaruhi pertumbuhan
3. Permasalahan Tingkah
Laku Sering Berhubungan Dengan Pola-Pola Pertumbuhan
4. Penyesuaian Pribadi
dan Sosial Mencerminkan Dinamika Pertumbuhan.
E.
PERTUMBUHAN FISIK YANG NORMAL
Pertumbuhan
tidak selalu diikuti dengan perkembangan. Anak atau orang dewasa dapat tumbuh
menjadi sanagt gemuk dan berat, namun pertumbuhan semacam itu belum tentu
diikuti dengan kematangan yang berarti atau efektivitas pribadi yang besar.
Dapat kita simpulkan bahwa tumbuh adalah berbeda
dengan berkembang. Pribadi yang tumbuh mengandung arti yang berbeda dengan
pribadi yang berkembang. Karena itu, dibedakan antara pertumbuhan dan
perkembangan. Dalam pribadi manusia, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah,
terdapat dua bagian yang berbeda sebagai kondisi yang menjadikan pribadi
manusia berubah menuju kearah kesempurnaan. Adapun dua bagian kondisional
pribadi manusia itu meliputi
1.
Bagian pribadi materiil yang
kuantitatif
2.
Bagian pribadi fungsional yang
kualitatif
Kenyataan
itulah yang melahirkan perbedaan konsep antara pertumbuhan dan perkembangan.
F.
PERKEMBANGAN
Perkembangan
pribadi dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dari setiap fungsi
kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar. Fungsi-fungsi kepribadian
manusia berhubungan dengan aspek jasmaniah dan aspek kejiwaan. Fungsi-fungsi
kepribadian yang jasmaniah misalnya :
1.
Fungsi motorik pada bagian-bagian tubuh
2.
Fungsi sensoris pada alat-alat indra
3.
Fungsi neurotik pada system saraf
4.
Fungsi seksual pada bagian-bagian tubuh yang
erotis
5.
Fungsi pernapasan pada alat pernapasan
6.
Fungsi peredaran darah pada jantung dan urat-urat
nadi
7.
Fungsi pencernaan makanan pada alat pencernaan
Sedangkan
fungsi-fungsi kepribadian yang bersifat kejiwaan, misalnya :
1.
Fungsi perhatian
2.
Fungsi pengamatan
3.
Fungsi tanggapan
4.
Fungsi ingatan
5.
Fungsi fantasi
6.
Fungsi pikiran
7.
Fungsi perasaan
8.
Fungsi kemauan.
G.
HUKUM-HUKUM PERKEMBANGAN
Perkembangan
yang tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, kematangan fungsi-fungsi
jasmaniah sangat mempengaruhi perubahan pada fungsi-fungsi kejiwaan. Adapun
hukum-hukum dalam perkembangan adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan adalah kualitatif
2. Perkembangan sangat dipengaruhi oleh proses dan hasil dari
belajar
3.
Usia sangat mempengaruhi perkembangan
4.
Masing-masing individu mempunyai tempo
perkembangan yang berda-beda
5.
Dalam keseruhan periode perkembangan, setiap spesies
berkembang individu mengikuti pola umum yang sama
6.
Perkembangan dipengaruhi oleh hereditas dan
lingkungan
7.
Perkembangan lambat dapat dipercepat
8.
Perkembangan meliputi proses individuasi dan
integrasi
H.
TAHAP-TAHAP
PERKEMBANGAN PRIBADI MANUSIA
Perkembangan pribadi manusia meliputi
beberapa aspek perkembangan, antara lain perkembangan fisiologis, perkembangan
psikologis, perkembangan sosial, dan perkembangan didaktis atau pedagogis.
Tahap-tahap perkembangan untuk tiap-tiap aspek tersebut tidaklah sama. Berikut
ini dikemukakan tahap-tahap pada tiap-tiap aspek secara umum.
1.
Tahap-tahap perkembangan
fisiologis
Freud mengemukakan adanya 6 tahap
perkembangan fisiologis manusia yang meliputi :
a.
Tahap oral (umur 0 sampai 1 tahun)
b.
Tahap anal (antara umur 1 tahun sampai 3 tahun)
c.
Tahap falish (antar umur 3 tahun sampai 5 tahun)
d.
tahap talent (antar 5 tahun sampai 12 dan 13
tahun)
e.
tahap pubertas (antara umur 12/13 tahun sampai 20
tahun)
f. Tahap genital (antara umur 20 tahun dan seterusnya)
2.
Tahap-tahap perkembangan
psikologis
Perkembangan psikilogis pribadi manusia
dimulai sejak masa bayi hingga masa dewasa. Menurut Jean Jacques Rousseau
(1712-1778), perkembangan fungsi dan kapasitas kejiwaan manusia berlangsung
dalam 5 tahap, sebagai berikut :
a. Tahap perkembangan
masa bayi (sejak lahir sampai umur 2 tahun)
b. Tahap perkembangan
masa kanak-kanak (antara umur 2 tahun s/d 12 tahun)
c. Tahap perkembangan
pada masa preadolesen (antara umur 12 tahun s/d 15 tahun)
d. Tahap perkembangan
pada masa adolesen (antara umur 15 tahun s/d 20 tahun)
e. Tahap masa pematangan
diri (setelah berumur 20 tahun)
I.
TAHAP-TAHAP
PERKEMBANGAN SECARA PEDAGOGIS
Tahap-tahap perkembangan pribadi manusia
secara pedagogis dapat dikemukakan di sisni menurut dua sudut tinjauan, yaitu
dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan dan dari sudut
tinjauan teknis khusus perlakuan pendidikan.
1.
Tahap perkembangan pribadi manusia dari sudut
tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan adalah :
a.
Tahap enam tahun pertama, tahap perkembangan
fungsi pengindaraan
b.
Tahap enam tahun kedua, tahap perkembangan fungsi
ingatan dan imajinasi
c.
Tahap enam tahun ketiga, tahap perkembangan fungsi
intelektual
d.
Tahap enam tahun keempat, tahap perkembangan
fungsi kemampuan berdikari
e. Tahap kematangan pribadi.
2. Tahap perkembangan pribadi manusia dari sudut tinjauan teknis
khusus perlakuan pendidikan adalah :
a.
Untuk tahap perkembangan pre-natal
b.
Untuk anak dalam tahap perkembangan vital
c.
Untuk anak dalam tahap perkembangan ingatan
d.
Untuk anak dalam tahap perkembangan keakuan
e.
Untuk anak dalam tahap perkembangan pengamatan
f.
Untuk anak dalam tahap perkembangan intelektual
g.
Untuk anak dalam tahap perkembangan pra-remaja
h.
Untuk anak dalam tahap perkembangan remaja
i.
Untuk anak dalam tahap perkembangan pematangan
pribadi atau kedewasaan
J.
TEORI-TEORI YANG
MEMPUNYAI PENGARUH TERHADAP PRAKTEK-PRAKTEK PENDIDIKAN DISEKOLAH DI ANTARANYA
SEBAGAI BERIKUT :
1.
Teori Nativisme
Menurut teori ini anak sejak lahir membawa
sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu, sifat-sifat dan dasar-dasar yang dibawa
sejak lahir itu dinamakan sifat-sifat pembawaan.
2.
Teori Empirisme
Menurut teori ini manusia tidak memiliki
pembawaan. Seluruh perkembangan hidupnya sejak lahir sampai dewasa semata-mata
ditentukan oleh faktor dari luar atau faktor lingkungan hidup dan pendidikan.
3.
Teori Naturalisme
Menurut teori ini manusia itu pada
dasarnya baik, ia jadi buruk dan jahat karena pengaruh kebudayaannya.
4.
Teori Rekapitulasi
Teori ini mengatakan bahwa perkembangan
individu merupakan ulangan dari perkembangan jenisnya.
5.
Teori konvergensi
Teori ini berpendapat bahwa manusia dalam
perkembangan hidupnya dipengaruhi oleh bakat atau pembawaan dan lingkungan,
atau oleh dasar dan ajar.
BAB V
PEMBAWAAN DAN
LINGKUNGAN
A.
PEMBAWAAN
Setiap
individu yang lahir ke dunia dengan suatu hereditas tertentu. Ini berarti,
bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan/pemindahan dari
cairan-cairan “germinal” dari pihak orang tua.warisan atau keturunan
yang dibawa anak sejak dari kandungan sebagian besar berasal dari kedua orang
tuanya dan selebihnya berasal dari nenek dan moyangnya dari kedua belah pihak
(ayah dan ibunya). Adapun pembawaan seorang anak dari sejak lahir adalah :
1. Bentuk tubuh dan
warna kulit
Salah satu warisan
yang dibawa oleh anak sejak lahir adalah mengenai bentuk tubuh dan warna kulit.
Misalnya anak yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya, wajah seperti
ayahnya, warna kulit seperti ibunya.
2. Sifat-sifat
Sifat-sifat yang
dimiliki seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi dari ibu, ayah, atau
nenek dan kakek. Bermacam-macam sifat yang dimiliki manusia, misalnya :
penyabar, pemarah, kikir, dan sebagainya.
3. Intelegensi
Intelegensi adalah
kemampuan yang besrsifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu
situasi atau masalah.
Kemampuan yang
bersifat umum tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan spikis seperti :
abstrak, berpikir, memahami dan sebagainya.
4.
Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang
menonjol di antara berbagai jenis yang dimiliki seseorang. Misalnya kemampuan
khusus (bakat) dalam bidang seni musik, olahraga, matematika, dan sebagainya.
5. Penyakit atau cacat tubuh
Beberapa
jenis penyakit atau cacat tubuh ada yang berasal dari turunan, seperti penyakit
kebutaan, saraf, dan sebagainya.
B.
LINGKUNGAN
Lingkungan sebenarnya mencakup segala
material dan stimulus di dalam dan di luar individu, baik yang bersifat
fisiologis yaitu, segala kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh seperti
gizi, vitamin, dan sebagainya. Yang bersifat psikologis yaitu, mencakup segenap
stimulasi yang diterima oleh individu sejak dalam konsesi, kelahiran sampai
matinya. Misalnya, perasaan, keinginan, dan sebagainya.
Adapun yang bersifat sosio cultural yaitu,
mencakup segenap stimulasi, interaksi, dan kondisi dalam hubungannya dengan
perlakuan ataupun karya orang lain.
Misalnya latihan, belajar, pendidikan, dan
sebagainya. Adapun macam-macam lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan anak yaitu :
1.
Lingkungan Keluarga
2.
Lingkungan Sekolah
3.
Lingkungan Masyarakat
4.
Lingkungan Keadaan Alam Sekitar
C.
PENGARUH
HEREDITAS DAN LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN INDIVIDU
Setiap perkembangan pribadi seseorang
merupakan hasil interaksi antara hereditas dan lingkungan. Individu dan
perkembangannya adalah produk dari hereditas dan lingkungan. Heriditas dan
lingkungan sama-sama berperan penting bagi perkembangan individu.
Jadi, jelaslah bahwa ada dan sangat
mungkin adanya hubungan dan pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan individu. Hubungan dan pengaruh itu adalah :
1.
Dalam bidang pertumbuhan dan perkembangan fisik
2.
Dalam bidang pertumbuhan dan perkembangan mental
3.
Dalam budang kesehatan mental dan emosi serta
kepribadian
4. Dalam hal sikap-sikap, keyakinan, dan nilai-nilai.
BAB VI
CIRI-CIRI
KEMATANGAN
A. KARAKTERISTIK KEMATANGAN
Menurut teori Konvergensi bahwa
perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yaitu dasar dan ajar
(bakat dan lingkungan). Keduanya sangat berpengaruh, bukan hanya dasar dan
bukan hanya ajar. Adapun tentang perkembangan para ahli mengemukakan beberapa
prinsip sebagai berikut.
1.
Prinsip konvergensi, bahwa perkembangan itu
ditentutakan oleh dasar dan ajar, pembawaan dan lingkungan.
2.
Prinsip kematangan, efek usaha belajar itu di
tergantung pada kematangan seseorang dalam suatu fungsi.
3.
Fungsi-fungsi psikis berkembang bersama-sama,
tidak timbul secara berurutan seperti pada teori Rekapitulasi.
4.
Perkembangan meliputi diferensi dan integrasi.
5.
Prinsip kesatuan organis.
6.
Prinsip tempo dan irama perkembangan.
7.
Tiap golongan individu (species) mempunyai
pola perkembangan yang sama.
8.
Pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan asuhan.
Tentang perkembangan itu sendiri para ahli
mengemukakan sebagai berikut:
1.
Menurut Aristoteles
Pembagiannya
berdasarkan adanya perubahan-perubahan jasmani yang penting ialah lebih kurang
umur 7 tahun pertukaran gigi, umur lebih kurang 14 tahun, tumbuhnya tanda-tanda
kelamin sekunder lainnya. Pembagiannya:
0 – 7 tahun, periode anak kecil,
7 – 14 tahun, periode anak sekolah,
14 – 21 tahun, periode pemuda.
2. Menurut Chalotte
Buchler
Pembagiannya adalah sebagai berikut, umur:
a. 0 – 7 tahun, masa
timbulnya dinamika dari subjek menuju ke objek.
b. 2 – 4 tahun,
masa menyadari “aku”-nya. Dia
mengenal dunia secara subjektif.
c.
d.
5 – 8 tahun, masa memasukkan diri ke dalam
masyarakat menuju kepada objekvitas.
e.
9 – 13 tahun, masa memisahkan diri sendiri
dari orang lain.
14 – 19 tahun, masa mempertemukan sikap ke dalam
dan ke luar
3.
Menurut Masrun, MA
a. 0 - 2 tahun, masa
vital.
b. 2 – 6 tahun, masa
kanak-kanak.
c. 6 – 12 tahun, masa
sekolah.
d. 12 – 18 tahun, masa
remaja.
e. 18 – 21 tahun, masa
transisi dari remaja menuju dewasa.
f.
21 - 24 tahun, telah matang
jasmani dan rohaninya.
B. HUBUNGAN INTELEGENSI DENGAN KEHIDUPAN SESEORANG
Memang kecerdasan/intelegensi seseorang
memainkan peranan yang penting dalam kehidupannya. Akan tetapi, kehidupan
adalah sangat kompleks. Intelegensi bukan satu-satunya faktor sukses tidaknya
kehidupan seseorang, seperti faktor kesehatan, dan ada tidaknya kesempatan.
Banyak di antara orang-orang yang
sebenarnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak mendapat
kemajuan dalam kehidupannya. Ini disebabkan oleh, kekurang mampuan bergaul
dengan orang lain dalam masyarakat, atau kurang memiliki cita-cita yang tinggi.
Jelaslah sekarang bahwa tidak terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan
intelegensi dengan tingkat kehidupan seseorang.
1.
Dasar-dasar biologis tingkah laku
Tingkah laku individu didasari oleh
pertumbuhan biologisnya. System saraf merupakan penggerak tingkah laku manusia
secara biologis. System saraf terdiri atas komposisi sel-sel yang disebut
neurons.
Tiap- tiap neurons mengandung tenaga yang
berasal dari proses kimiawi dan elektronik. Apabila mendapat stimulasi,
neurons melepaskan dorongan-dorongan elektronis yang merangsang gerakan neurons
lainnya guna merangsang gerakan urat-urat dan otot-otot tubuh.
2.
Perubahan-perubahan dalam otak yang menimbulkan
kematangan
Perkembangan struktur dan fungsi otak
tampak sempurna atau hamper sempurna pada saat anak tiba saatnya masuk sekolah
dasar.
Pada umur-umur setelah 6 tahun, terjadilah
perubahan-perubahan penting dalam struktur otak, namun perkembangan kapasitas
mental lebih banyak diakibatkan karena pengalaman atau belajar.
3.
Kematangan membentuk readinees
Kematangan disebabkan karena perubahan “genes”
yang menentukan perkembangan struktur fisiologis dalam system saraf, otak dan
indra sehingga semua itu memungkinkan individu matang mengadakan reaksi-reaksi
terhadap setiap stimulus lingkungan.
Kematangan adalah keadaan atau kondisi,
bentuk, struktur, dan fungsi yang lengkap atau dewasa pada suatu organism, baik
terhadap satu sifat, bahkan seringkali semua sifat.
C. LINGKUNGAN ATAU KULTUR SEBAGAI
PENYUMBANG PEMBENTUKAN READINESS
Memang, anak megalami pertumbuhan, dan
pertumbuhan fisiknya merupakan penyumbang terpenting bagi pembentukan
readiness, akan tetapi kita tidak boleh melupakan bahwa perkembanganmereka
tergantung pada pengaruh lingkungan dan kultur disamping akibat tumbuhnya
pla-pola jasmaniah. Stimulasi lingkungan serta hambatan-hambatan mental
individu mempengaruhi perkembangan mental, kebutuhan dan lain sebagainya.
1.
Readiness dalam belajar
a. Pengertian dan prinsip-prinsip pembentukan readiness
Seseorang
baru dapat belajar tentang sesuatu apabila dalam dirinya sudah terdapat “readiness”
(kemampuan) untuk mempelajari sesuatu itu.
Sesuai
dengan kenyataan, bahwa masing-masing individu mempunyai perbedaan individual,
maka masing-masing individu mempunyai sejarah atau latar belakang perkembangan
yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan adanya pola pembentukan readiness yang
berbeda-beda pula di dalam diri masing-masing individu.
b. Kematangan sebagai dasar daripada pembentukan readiness
Individu
mengalami pertumbuhan material jasmaniahnya. Kecepatan pertumbuhan pada
masing-masing individu tidak sama.
Perbedaan
itu dapat disebabkan oleh karena pengaruh fisiologis, psikologis, dan bahkan
sosial.
2.
Kematangan emosional orang
tua.
a. Perasaan dan emosi marah
Marah
pada pemuda timbul karena “social slighting”, yaitu kebimbangan pemuda
akan status sosialnya yang belum jelas dan stabil.
b.
Perasaan dan emosi kasih sayang
Pemuda
mulai mempersempit hubungan-hubungan kasih sayangnya.
Rasa
kasih sayang yang kuat dicurahkan kepada seorang teman istimewanya, entah teman
istimewa itu orang yang lebih tua maupun sebaliknya, baik wanita maupun pria.
c. Perasaan dan emosi takut
Rasa
takut pada pemuda timbul karena kedudukannya yang terasa asing kebimbangan akan
status sosialnya yang menentu dan jelas. Pernyataan takut itu dinyatakan dalam bentuk kata-kata.
d.
Kematangan emosional orang tua dan pengaruhnya
Keadaan dan kematangan emosional orang tua
mempengaruhi perkembangan anak serta menetukan taraf pemuasan
kebutuhan-kebutuhan psikologis yang penting pada anak dalam kehidupannya dalam
keluarga. Dan taraf pemuasan kebutuhan
psikologis itu akan pula mempengaruhi dan menentukan proses pendewasaan anak
tersebut.
BAB VII
KEMAMPUAN DAN
INTELEGENSI
A.
KEMAMPUAN
1.
Pentingnya Mengenal Anak Didik
Kita harus mengenal hal-hal yang umum yang
terdapat pada semua anak, dan hal-hal yang unik dan khusus. Hal-hal yang umum
merupakan dasar dan norma yang akan menolong pembimbing mengetahui ciri-ciri
unik pada tiap-tiap anak. Faktor-faktor umum yang perlu dikenal ialah :
a.
Hakikat anak, anak bukan manusia dalam bentuk
kecil atau seorang dewasa minus beberapa hal yang belum dimiliki.
b.
Kebutuhan pokok anak, tiap-tiap anak membutuhkan
hal-hal tertentu.
c.
Langkah-langkah perkembangan, perkembangan anak
meliputi segi-segi jasmani, jiwa dan rohani juga.
Dapat disimpulkan bahwa semua orang yang
ikut berpartisipasi dalam proses pendidikan dan pengajaran anak, hendaknya
mengenal pribadi anak didik.
2.
Hukum Perkembangan
Hukum perkembangan adalah patokan
generalisasi, mengenai sebab akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam
diri manusia.
a. Hukum Kovergensi
Perkembangan
manusia pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan sejak
lahir, tetapi juga oleh lingkungan pendidikan.
b.
Hukum pertahanan dan pengembangan diri
Setiap manusia memiliki dorongan dan
hasrat mempertahankan diri dari hal-hal negatif, seperti rasa sakit, rasa tidak
aman, dan sebagainya.
c. Hukum masa peka
Peka artinya mudah terangsang atau mudah
menerima stimulus. Masa peka
adalah masa yang tepat yang terdapat pada diri anak untuk mengembangkan
fungsi-fungsi tertentu.
B.
INTELEGENSI
Perkataan intelegensi berasal dari bahasa
latin Intelligere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain.
Pengertian intelegensi adalah kemampuan
yang dibawa atau ada sejak lahir yang dapat memungkinkan manusia atau seseorang
itu berbuat seseuatu dengan cara-cara tertentu.
Menurut W. Stern, intelegensi adalah
kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam
situasi yang baru. Menurut V. Hees intelegensi ialah sifat kecerdasan jiwa.
Vernon (1960) berusaha membuat kompromi
pandangan yang berbeda-beda mengenai intelegensi, dan merumuskan sebagai
kemampuan untuk melihat hubungan yang relevan diantara objek –objek atau
gagasan-gagasan, serta kemampuan untuk memerapkan hubungan-hubungan ini kedalam
situasi-situasi baru yang serupa.
Menurut hasilnya intelegensi dibagi
menjadi 2 macam, yaitu :
1. Intelegensi praktis ialah intelegensi untuk mengatasi sesuatu situasi yang
sulit dalam suatu kerja, yang berlangsung secara cepat dan tepat
2. Intelegensi teoritis ialah intelegensi untuk dapat mendapatkan suatu
pikiran penyelesaian soal atau masalah dengaN cepat dan tepat.
Dengan melihat beberapa pengertian, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Macam-macam daya jiwa yang erat bersangkutan
didalamnya terdapat :
a.
Ingatan ialah kekuatan jiwa untuk menerima,
menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan.
b.
Fantasi ialah kemampuan jiwa untuk membentuk
tanggapan-tanggapan atau banyangan baru.
c.
Perasaan ialah keadaan kerohanian atau peristiwa
kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang.
d.
Perhatian ialah keaktifan jiwa yang diarahkan pada
suatu objek, baik di dalam maupun di luar dirinya.
e.
Minat ialah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
2.
Intelegensi hanya dapat diketahui dari
tingkah laku atau perbuatan yang tampak.
3.
Manusia di dalam kehidupannya dapatlah menentukan
tujuan-tujuan dan dapat memikirkan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.
4.
Intelegensi tidak dapat dipengaruhi oleh
kemampuan yang ada semenjak lahir saja, tetapi dipengaruhi juga oleh lingkungan
dan pendidikan dimana seseorang itu tinggal atau berada.
C.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI INTELEGENSI SESEORANG
Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi intelegensi sesorang, sehingga terdapat perbedaan
intelegensi seseorang dengan yang lain, yaitu :
1. Faktor pembawaan, di
tentukan oleh sifat-sifat yang dibawa sejak lahir. Setiap manusia mempunyai sifat
berbeda dan kemampuan yg berbeda satu sama lainnya.
2. Faktor kematangan,
Fisik dan psikis seseorang sangat menentukan dalam menjalankan fungsinya
masing-masing
3. Faktor minat, dapat
memberikan dorongan bagi perbuatan itu.
4. Faktor pembentukan,
segala keadaan diluar seseorang baik disengaja atau tidak yang dapat
mempengaruhi intelegensi.
5.
Kebebasan, manusia dapat memilih cara-cara
tertentu untuk memecahkan masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Masing-masing individu berbeda segi
intelegensinya, karena berbeda intelegensinya maka setiap individu yang satu
berbeda kemampuannya dengan individu yang lain.
ILMU
Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm"yang berarti
memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu
pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan
ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala
tertentu
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan
khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa
SYARAT
ILMIAH ILMU
Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian
yang terdiri dari satu golongan masalah yg sama sifat hakikatnya, tampak dari
luar maupun bentuknya dari dalam
Metodis
adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu
untuk menjamin kepastian kebenaran.
Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba
mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam
hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti
secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut objeknya.
Universal. Kebenaran yang hendak dicapai
adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).
JIWA
psyche’ yang
artinya jiwa
Secara leksikografis, jiwa merupakan kata benda yang berarti roh
manusia,nyawa;
seluruh kehidupan batin, sesuatu yang utama yang menjadi semangat; maksud sebenarnya, isi yang sebenarnya, arti yang tersirat, buah hati, kekasih, orang (dalam perhitungan penduduk)
seluruh kehidupan batin, sesuatu yang utama yang menjadi semangat; maksud sebenarnya, isi yang sebenarnya, arti yang tersirat, buah hati, kekasih, orang (dalam perhitungan penduduk)
kata al-nafs. Al-nafs (nun-fa-sin) menunjukkan arti keluarnya angin
lembut bagaimana pun adanya. Al-nafs juga diartikan darah , atau hati (qalb)
dan sanubari, padanya ada rahasia yang tersembunyi . Juga berarti ruh, saudara,
‘indahu (kepemilikan)
KESIMPULAN
JIWA
Jiwa adl sesuatu yg maujud (ada). Jiwa bisa dipahami sebagai sesuatu
yang berbentuk fisik yang materil melekat pada diri manusia, tampak dan tidak
tersembunyi, tetapi pada waktu lain ia mengandung arti sebagai sesuatu yang
berbentuk non-materil, yang mengalir pada diri fisik manusia sebagai jauhar (substansi)
yang berdiri sendiri. Kata jiwa (al-nafs) disebutkan dalam al-Quran dengan
jumlah lebih dari dua ratus lima puluh kali jauh lebih banyak dari pada kata
al-ruh. Kata al-nafs kadang diartikan dengan ruh, dan tidak dengan sebaliknya,
ini menunjukkan bahwa hakekat al-nafs (jiwa) berasal dari ruh. Ruh adalah inti
dan jiwa adalah bagian dari ruh.
PERBEDAAN
ILMU JIWA DAN PSIKOLOGI
Ilmu jiwa meliputi segala pemikiran, pengetahuan, tanggapan, tetapi
jugaa segala khayalan dan spekulasi mengenai jiwa itu.
Psychology meliputi ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh
secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang memenuhi syarat-syaratnya
psychology pada zaman sekarang ini.
PENDIDIKAN
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yg diperlukan dirinya, masyarakat
bangsa dan negara.
PENGAJARAN
Pengajaran adalah kegiatan yang di lakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan
kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagai interaksi belajar dan mengajar.
Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara
guru dan siswa.
PEMBELAJARAN
Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008)
pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 ttg Sisdiknas, pembelajaran adl proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pd suatu lingkingan
belajar.
Ciri utama dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan
peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan komponen-komponen dalam
pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran
PERSAMAAN
PENDIDIKAN, PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
Semuanya akan dapat mencapai tujuan jika pembelajran bermakna dengan
pengajaran yang tepat. Sebaliknya tidak akan mencapai tujuan jika pembelajaran
tidak bermakna dengan pengajaran yang tidak tepat.
PERBEDAAN
Perbedaan antara pendidikan dan pembelajaran terletak pada prosesnya.
Pendidikan lebih mengarahkan pada upaya-upaya kepada seseorang untuk bertindak.
Sedangkan pembelajaran itu lebih kompleks lagi,mengarah kepada tujuan akhinya
yaitu seseorang dapat bertingkah laku baik atau memiliki kepribadian yang baik.
Izin Copy...terimakasih.
ReplyDelete