Nama :
Raihanatun Nisa
Lokal : G
Semester : IV
M. Kuliah : Pengelolaan Kelas
Sebuah kisah
inspiratif populer. Pada suatu waktu, terdapat seorang guru yang bijak.
Banyak murid yang datang dari tempat jauh, untuk mendengarkan petuah bijaknya.
Pada suatu hari, seperti biasa, para murid berkumpul untuk mendengarkan
pelajaran dari sang guru.
Banyak murid mulai datang
memenuhi ruang pengajaran. Mereka datang dan duduk dengan tenang dan rapi,
memandang ke depan, siap untuk mendengar apa yang dikatakan oleh sang
guru.
Akhirnya sang guru pun datang,
lalu duduk di depan para murid-muridnya. Sang guru membawa sebuah toples besar,
disampingnya terdapat setumpuk batu kehitaman seukuran genggaman tangan. Tanpa
bicara sepatah kata pun, Sang guru mengambil batu-batu tersebut satu persatu,
lalu memasukkannya hati-hati ke dalam toples kaca. Ketika toples tersebut sudah
penuh dengan batu hitam tadi, sang Guru berbalik kepada para murid, lalu
bertanya.
"Apakah toplesnya sudah
penuh?"
"Ya guru," jawab
para murid, "Benar, toples itu sudah penuh".
Tanpa berkata apa-apa, sang
guru mulai memasukkan kerikil-kerikil bulat berwarna merah ke dalam toples
itu.Kerikil-kerikil itu cukup kecil sehingga jatuh di sela-sela batu hitam
besar tadi. Setelah semua kerikil masuk kedalam toples, sang guru berbalik
kepada para murid, lalu bertanya.
"Apakah toplesnya sudah
penuh?"
"Ya guru," jawab
para murid, "Benar, toples itu sudah penuh".
Masih tanpa berkata apa-apa
lagi, kini sang guru mengambil satu wadah pasir halus, lalu memasukkannya ke
dalam toples. Dengan mudah pasir-pasir tersebut pun masuk memenuhi sela-sela
kerikil merah dan batu hitam. Setelah masuk semua, kini sang guru berbalik
kepada para murid, lalu bertanya lagi.
"Apakah toplesnya sudah
penuh?"
Sekarang para murid tak
terlalu percaya diri menjawab pertanyaan gurunya. Namun terlihat bahwa pasir
tersebut jelas memenuhi sela-sela kerikil di dalam toples, membuatnya terlihat
sudah penuh. Kali ini hanya sedikit yang mengangguk, lalu menjawab,
"Ya guru," jawab
beberapa murid, "Benar, toples itu sudah penuh".
Tetap tanpa berkata apa-apa
lagi, sang guru berbalik mengambil sebuah tempayan berisi air, lalu
menuangkannya dengan ahti-hati ke dalam toples besar tersebut. Ketika air sudah
mencapai bibir toples, kini sang guru berbalik kepada para murid, lalu bertanya
lagi.
"Apakah toplesnya sudah
penuh?"
Kali ini kebanyakan murid
memilih diam, namun ada dua hingga tiga yang memberanikan diri menjawab,
"Ya guru," jawab
sedikit murid tersebut, "Benar, toples itu sudah penuh".
Tetap tanpa berkata apa-apa
lagi, sang guru mengambil satu kantong berisi garam halus. Ditaburkannya
sedikit-sedikit dan hati-hati dari atas permukaan air, garam pun larut, lalu
ditambahkan lagi sedikit, demikian seterusnya hingga seluruh garam tersebut
habis larut dalam air. Kini sang guru menghadap kepada par amurid, dan sekali
lagi bertanya, "Apakah toplesnya sudah penuh?"
Kali ini semua murid
benar-bnar diam. Hingga akhirnya seorang murid yang berani menjawab, "Ya
guru, toples itu sekarang sudah penuh".
Sang guru menjawab, "Ya
benar, toples ini sekarang sudah penuh".
Sang guru kemudian melanjutkan
perkatannya,
"Sebuah cerita selalu
memiliki banyak makna, dan setiap dari kalian telah memahami banyak hal dari
demonstrasi ini. Diskusikan dengan tenang sesama kalian, apa hikmah yang kalian
punya. Berapa banyak hikmah berbeda yang dapat kalian temukan dan kalian ambil
darinya."
Para murd pun memandang sang
guru, dan ke arah toples yang kini berisi dengan berbagai warna, ada hitam, ada
merah, ada pasir, air, dan garam. Lalu dengan tenang mereka mendiskusikan
dengan murid lainnya. Setelah beberapa menit kemudian sang guru mengangkat tangannya,
seluruh ruangan pun diam. Sang guru lalu berkata,
"Selalu ingatlah bahwa
tak pernah ada hanya satu interpretasi dari segalanya. Kalian telah mengambil
semua hikmah dan pesan dari cerita, dan setiap hikmah, sama pentingnya dengan
yang lain.
Lalu tanpa berkata-kata lagi,
sang guru pun bangkit dan meninggalkan ruangan.
Sumber :
Dari cerita ini dapat disimpulkan bahwa guru tersebut mengelola
kelas dengan membuat sesuatu yang awalnya mungkin kurang membuat peserta didik
tertarik. Namun setelah sang guru mengisi toples dengan kerikil dan ditanya
penuh atau tidak, hal ini membuat minat peserta didik semakin muncul. Mungkin
pada salah satu anak akan berpikir : kenapa kerikil itu bisa masuk ke dalam
toples yang sudah terisi penuh dengan batu-batu hitam ?. Apalagi saat semua
bahan di masukkan ternyata masih dapat mengisi toples tersebut. Ini membuat
anak semakin kritis berpikir.
Guru tersebut juga pandai dalam memilih media yang tepat untuk
menjelaskan sebuah materi pelajaran, bahwa kita tidak dapat menarik satu
kesimpulan saja pada suatu masalah hanya dengan melihat masalah tersebut.
No comments:
Post a Comment