Thursday, November 21, 2013

teori belajar

BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Pendidikan di pandang mempunyai peranan penting dan besar manfaatnya dalam mencapai keberhasilan perkembangan anak didik. Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga Negara atau masyarakat. Untuk tercapainya tujuan yang mulia itu maka dibutuhkan teori yang menunjuk kepada bentuk asas-asas yang saling berhubungan kepada petunjuk praktis.
Dalam dunia pendidikan  telah berkembang teori-teori pendidikan yang telah ada sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Dapat dijumpai berbagai pandangan atau teori mengenai bagaimana  pendidikan memberikan sumbangsihnya bagi proses kemajuan manusia. Baik dari peranan yang diberikan pendidikan dalam kehidupan manusia atau bagaimana pembawaan memberikan seseorang pendidikan dan bagaimana pula gabungan dari lingkungan dan pembawaan memberikan mempengaruh bagi pendidikan .

B.       RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
               1.            Bagaimana teori-teori belajar behavioristik.
               2.            Bagaimana teori-teori belajar kognitif.
               3.            Bagaimana teori-teori belajar humanistis.


BAB II
TEORI-TEORI PSIKOLOGI BELAJAR

A.    TEORI-TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Teori belajar psikologi behavioristik dikemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka ini sering disebut “contemporary behaviorists” atau juga disebut “ S - R psychologists”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforciment) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya. Mereka juga berpendapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan sekarang serta segenap tingkah laku merupakan hasil belajar.
1.      Teori-Teori yang Mengawali Perkembangan Behavioristik.
Teori behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori-teori tentang belajar yang dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan Guthrie. Mereka masing-masing telah mengadakan penelitian yang menghasilkan penemuan yang berharga mengenai hal belajar.
Awalnya pada tahun (1874 – 1949), pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat, didominasi oleh pengaruh Teori belajar Thorndike disebut “connectionism” (belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon). Teori ini sering disebut “trial and error learning”. Ciri belajar trial and error yaitu :
a.       Ada motif pendorong aktivitas
b.      Ada berbagai respon terhadap situasi
c.       Ada eleminasi respon-responyang gagal/salah
d.      Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan
Dari penilitiannya itu Thorndike menemukan hukum-hukum :
a.       Law of readiness. Jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan.
b.      Law of exercise. Makin banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan stimulus respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu diserta dengan ”reward”.
c.       Law of effect. Bilamana terjadi hubungan antara stimulus dan respon, dan dibarengi dengan ”state of affairs” yang memuaskan, maka hubungan itu menjadi lebih kuat. Bilamana hubungan dibarengi ”state of affairs” yang mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang.
Watson berpendapat, bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respon-respon bersyarat melalui stimulus pengganti. Menurutnya manusia dilahirkan dengan beberapa refleks atau respon berupa takut, cinta, dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus respon baru.
Sedangkan menurut Guhtrie adalah suatu kombinasi stimulus yang telah menyertai suatu gerakan cenderung akan menimbulkan gerakan itu, apabila kombinasi stimulus itu muncul kembali. Dengan kata lain, jika anda mengerjakan sesuatu dalam situasi tertentu, maka nantinya dalam situasi yang sama anda akan mengerjakan hal serupa lagi.
2.      Skinner’s Operant Conditioning
Skinner menganggap “reward” atau “reinforcement” sebagai faktor terpenting dalam proses belajar. Skinner berpendapat, bahwa tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku.
Dalam pengajaran, “operants conditioning” menjamin respon terhadap stimulus. Apabila murid tidak menunjukkan reaksi-reaksi terhadap stimulus, guru tidak mungkin dapat membimbing tingkah lakunya kearah tujuan behavior. Guru berperan penting di dalam kelas untuk mengontrol dan mengarahkan kegiatan belajar ke arah tercapainya tujuan yang telah dirumuskan.

B.     TEORI-TEORI BELAJAR KOGNITIF
Dalam teori ini berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement. Aliran kognitifis berpendapat, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah.
1.      Awal Pertumbuhannya Teori-Teori Belajar Psikologi Kognitif.
Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar gestalt. Suatu konsep yang terpenting dalam psikologi gestalt adalah tentang “insight”, yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian di dalam situasi permasalahan. Menurut pandangannya, semua kegiatan belajar menggunakan insight atau pemahaman terhadap hubungan-hubungan, terutama hubungan-hubungan antar bagian dan keseluruhan. Tingkat kejelasan atau keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan belajar seseorang daripada hukuman dan ganjaran.

2.      Teori Belajar “Cognitive Field” dari Lewin.
Kurt Lewin (1892-1947), mengembangkan suatu teori belajar “cognitive field” dengan menaruh perhatian kepada kepribadian psikologi sosial. Lewin memandang masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis.
Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antarkekuatan-kekuatan baik yang dari dalam diri individu, seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan maupun dari luar diri individu seperti tantangan dan permasalahan. Menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan, satu dari struktur medan kognitif itu sendiri, yang lainnya dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Lewin memberikan peranan yang lebih penting pada motivasi daripada reward.
3.      Teori Belajar “Cognitive Developmental” dari Piaget.
Piaget adalah seorang psikolog “developmental” (proses berpikir), menurut Piaget pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif
4.      Jerome Bruner “Discovery Learning” nya.
J. Bruner mengambil pendapat Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam kelas. Untuk itu, Bruner memakai cara dengan apa yang disebut “discovery learning”, yaitu di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
Ia menyatakan pendapat bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pada tingkat permulaan pengajaran hendaknya dapat diberikan melalui cara-cara yang bermakna, dan makin meningkat ke arah yang abstrak.
Bruner mendapatkan pertanyaan ”bagaimana kita dapat mengembangkan program pengajaran yang lebih efektif bagi anak yang muda ?” jawaban Bruner ialah dengan mengkordinasikan mode penyajian bahan dengan cara dimana anak dapat mempelajari bahan itu, yaitu sesuai dengan tingkat kemajuan anak.  Selain itu dijelaskan bagaimana mata pelajaran itu harus diajarkan. ”Kurikulum dari suatu mata pelajaran harus ditentukan oleh pengertian yang sangat fundamental bahwa hal itu dapat dicapai berdasarkan prinsip-prinsip yang memberikan struktur bagian mata pelajaran itu”. Maka didalam mengajar itu harus dapat diberikan kepada murid struktur dari marta pelajaran itu, murid harus mempelajari prinsip-prinsip itu sehingga terbentuklah suatu disiplin. Sekali murid mengetahui prinsip itu, ia problem di dalam disiplin itu. Bruner menyebutkan hendaknya guru harus memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Biarkanlah murid-murid menemukan arti bagi diri mereka sendiri, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti mereka.

C.    TEORI-TEORI BELAJAR HUMANISTIS
1.      Orientasi
Perhatian psikologi humanistik yang tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut mereka, penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.
Tujuan utama para pendidik ialah membantu siswa mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
2.      Awal Timbulnya Psikologi Humanistis.
Psikologi humanistis muncul tahun 1940, orang-orang yang terlibat  dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli psikologi klinik dan pekerja sosial, dan konselor, bukan merupakan hasil dari penilitian dalam bidang proses belajar. Psikologi ini berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat (observer).
3.      Behaviorisme Versus Humanistis
Psikologi behavioral dan humanistis mempunyai pandangan yang sangat berbeda yang dikenal dengan freedom determination issue. Para behavioris memandang orang sebagai makhluk reaktif yang memberikan respon terhadap lingkungannya. Pengalaman lampau dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Sebaliknya para humanis mempunyai pendapat bahwa tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri. Mereka bebas dalam memilih kualitas hidup mereka, tidak terikat oleh lingkungannya.
4.      Tokoh-Tokoh Humanistis.
a.      Combs
Combs dan kawan-kawan menyatakan bahwa apabila kita ingin memahami perilaku orang kita harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu. Perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Apabila seorang guru mengeluh bahwa siswanya tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu, ini sesungguhnya berarti siswa itu tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh guru tersebut. Apabila guru itu memberikan aktivitas yang lain, mungkin sekali siswa akan memberikan reaksi yang positif.
b.      Maslow
Teori didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri kita ada dua hal : Pertama, suatu usaha yang positif untuk berkembang. Kedua ,kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang dan sebagainya. Tetapi mendorong untuk maju kearah keutuhan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menirima diri sendiri (self).
c.       Rogers
Dalam bukunya “Freedom to Learn”, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistic yang penting, di antaranya :
·      Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.
·      Belajar yang signifikan terjadi apabila subject metter dirasakan murid.
·      Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri.
·      Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan.
·      Pengalaman dapat diperoleh dengan cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
·      Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
·      Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar.
·      Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa yang seutuhnya.
·      Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreatifitas.
·      Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belejar mengenai proses belajar.


BAB  III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Teori belajar psikologi behavioristik dikemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka ini sering disebut “contemporary behaviorists” atau juga disebut “ S - R psychologists”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforciment) dari lingkungan. Teori behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori-teori tentang belajar yang dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan Guthrie.
Sedangkan teori kognitif berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement. Aliran kognitifis berpendapat, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah. Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar gestalt. Kemudian diteruskan oleh Kurt Lewin dengan Teori Belajar “Cognitive Field”; Teori Belajar “Cognitive Developmental” dari Piaget; serta Jerome Bruner “Discovery Learning” nya.
Perhatian psikologi humanistik yang tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut mereka, penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tokoh-Tokoh Humanistis yaitu Combs, Maslow, dan Rogers



DAFTAR  PUSTAKA

Dalyono. 2007. Psikologi Pendidikan. Pt Rineka Cipta : Jakarta.
http://makalah-ashabussalam.blogspot.com/2012/01/makalah-teori-teori-pendidikan.html

No comments:

Post a Comment