BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan di pandang mempunyai peranan
penting dan besar manfaatnya dalam mencapai keberhasilan perkembangan anak
didik. Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan
hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga Negara atau masyarakat.
Untuk tercapainya tujuan yang mulia itu maka dibutuhkan teori yang menunjuk
kepada bentuk asas-asas yang saling berhubungan kepada petunjuk praktis.
Dalam dunia pendidikan telah
berkembang teori-teori pendidikan yang telah ada sejak awal hidup manusia,
karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda
keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari generasi
sebelumnya. Dapat dijumpai berbagai pandangan atau teori mengenai
bagaimana pendidikan memberikan sumbangsihnya bagi proses kemajuan
manusia. Baik dari peranan yang diberikan pendidikan dalam kehidupan manusia
atau bagaimana pembawaan memberikan seseorang pendidikan dan bagaimana pula
gabungan dari lingkungan dan pembawaan memberikan mempengaruh bagi pendidikan .
B.
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1.
Bagaimana teori-teori
belajar behavioristik.
2.
Bagaimana teori-teori
belajar kognitif.
3.
Bagaimana teori-teori
belajar humanistis.
BAB II
TEORI-TEORI PSIKOLOGI BELAJAR
A. TEORI-TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Teori belajar psikologi behavioristik dikemukakan oleh
para psikolog behavioristik. Mereka ini sering disebut “contemporary
behaviorists” atau juga disebut “ S - R psychologists”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu
dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforciment)
dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan
yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya. Mereka juga
berpendapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi-reaksi terhadap
lingkungan mereka pada masa lalu dan sekarang serta segenap tingkah laku merupakan
hasil belajar.
1.
Teori-Teori yang Mengawali Perkembangan Behavioristik.
Teori behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya
teori-teori tentang belajar yang dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan
Guthrie. Mereka masing-masing telah mengadakan penelitian yang menghasilkan
penemuan yang berharga mengenai hal belajar.
Awalnya pada tahun (1874 –
1949), pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat, didominasi oleh pengaruh
Teori belajar Thorndike disebut “connectionism” (belajar merupakan
proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon). Teori
ini sering disebut “trial and error learning”. Ciri belajar trial and
error yaitu :
a.
Ada motif pendorong aktivitas
b.
Ada berbagai respon terhadap situasi
c.
Ada eleminasi respon-responyang gagal/salah
d.
Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan
Dari penilitiannya itu Thorndike menemukan hukum-hukum :
a.
Law of readiness. Jika reaksi terhadap stimulus didukung
oleh kesiapan untuk bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan.
b.
Law of exercise. Makin banyak dipraktekkan atau
digunakannya hubungan stimulus respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu
diserta dengan ”reward”.
c.
Law of effect. Bilamana terjadi hubungan antara stimulus
dan respon, dan dibarengi dengan ”state of affairs” yang memuaskan, maka
hubungan itu menjadi lebih kuat. Bilamana hubungan dibarengi ”state of affairs”
yang mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang.
Watson berpendapat, bahwa belajar merupakan proses
terjadinya refleks-refleks atau respon-respon bersyarat melalui stimulus
pengganti. Menurutnya manusia dilahirkan dengan beberapa refleks atau respon
berupa takut, cinta, dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh
hubungan-hubungan stimulus respon baru.
Sedangkan menurut Guhtrie adalah suatu kombinasi stimulus
yang telah menyertai suatu gerakan cenderung akan menimbulkan gerakan itu,
apabila kombinasi stimulus itu muncul kembali. Dengan kata lain, jika anda
mengerjakan sesuatu dalam situasi tertentu, maka nantinya dalam situasi yang
sama anda akan mengerjakan hal serupa lagi.
2.
Skinner’s
Operant Conditioning
Skinner menganggap “reward” atau “reinforcement”
sebagai faktor terpenting dalam proses belajar. Skinner berpendapat, bahwa
tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku.
Dalam pengajaran, “operants conditioning” menjamin
respon terhadap stimulus. Apabila murid tidak menunjukkan reaksi-reaksi
terhadap stimulus, guru tidak mungkin dapat membimbing tingkah lakunya kearah
tujuan behavior. Guru berperan penting di dalam kelas untuk mengontrol dan
mengarahkan kegiatan belajar ke arah tercapainya tujuan yang telah dirumuskan.
B. TEORI-TEORI BELAJAR KOGNITIF
Dalam teori ini berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang
tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement. Aliran kognitifis
berpendapat, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu
tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu memperoleh
“insight” untuk pemecahan masalah.
1.
Awal Pertumbuhannya Teori-Teori Belajar Psikologi
Kognitif.
Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori
belajar gestalt. Suatu konsep yang terpenting dalam psikologi gestalt adalah
tentang “insight”, yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap
hubungan-hubungan antar bagian-bagian di dalam situasi permasalahan. Menurut
pandangannya, semua kegiatan belajar menggunakan insight atau pemahaman
terhadap hubungan-hubungan, terutama hubungan-hubungan antar bagian dan
keseluruhan. Tingkat kejelasan atau keberartian dari apa yang diamati dalam
situasi belajar adalah lebih meningkatkan belajar seseorang daripada hukuman
dan ganjaran.
2.
Teori Belajar “Cognitive Field” dari Lewin.
Kurt Lewin (1892-1947), mengembangkan suatu teori belajar
“cognitive field” dengan menaruh perhatian kepada kepribadian psikologi
sosial. Lewin memandang masing-masing individu berada di dalam suatu medan
kekuatan, yang bersifat psikologis.
Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil
interaksi antarkekuatan-kekuatan baik yang dari dalam diri individu, seperti
tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan maupun dari luar diri individu seperti
tantangan dan permasalahan. Menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat
dari perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif itu adalah
hasil dari dua macam kekuatan, satu dari struktur medan kognitif itu sendiri,
yang lainnya dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Lewin memberikan
peranan yang lebih penting pada motivasi daripada reward.
3.
Teori Belajar “Cognitive Developmental” dari
Piaget.
Piaget adalah seorang psikolog “developmental” (proses
berpikir), menurut Piaget pertumbuhan kapasitas mental memberikan
kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan
intelektual adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif
4.
Jerome
Bruner “Discovery Learning” nya.
J. Bruner mengambil pendapat Piaget yang menyatakan bahwa
anak harus berperan secara aktif di dalam kelas. Untuk itu, Bruner memakai cara
dengan apa yang disebut “discovery learning”, yaitu di mana murid
mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
Ia menyatakan pendapat bahwa mata pelajaran dapat
diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak. Pada tingkat permulaan pengajaran hendaknya dapat diberikan
melalui cara-cara yang bermakna, dan makin meningkat ke arah yang abstrak.
Bruner mendapatkan pertanyaan ”bagaimana kita dapat
mengembangkan program pengajaran yang lebih efektif bagi anak yang muda ?”
jawaban Bruner ialah dengan mengkordinasikan mode penyajian bahan dengan cara
dimana anak dapat mempelajari bahan itu, yaitu sesuai dengan tingkat kemajuan
anak. Selain itu dijelaskan bagaimana
mata pelajaran itu harus diajarkan. ”Kurikulum dari suatu mata pelajaran harus
ditentukan oleh pengertian yang sangat fundamental bahwa hal itu dapat dicapai
berdasarkan prinsip-prinsip yang memberikan struktur bagian mata pelajaran
itu”. Maka didalam mengajar itu harus dapat diberikan kepada murid struktur
dari marta pelajaran itu, murid harus mempelajari prinsip-prinsip itu sehingga
terbentuklah suatu disiplin. Sekali murid mengetahui prinsip itu, ia problem di
dalam disiplin itu. Bruner menyebutkan hendaknya guru harus memberikan
kesempatan kepada muridnya untuk menjadi problem solver, seorang scientist,
historin, atau ahli matematika. Biarkanlah murid-murid menemukan arti bagi diri
mereka sendiri, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di
dalam bahasa yang dimengerti mereka.
C. TEORI-TEORI BELAJAR HUMANISTIS
1.
Orientasi
Perhatian psikologi humanistik yang tertuju pada masalah
bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud
pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Menurut mereka, penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan
perasaan dan perhatian siswa.
Tujuan utama para pendidik ialah membantu siswa
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal
diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
2.
Awal Timbulnya Psikologi Humanistis.
Psikologi humanistis muncul tahun 1940, orang-orang yang
terlibat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan
ini, misalnya ahli psikologi klinik dan pekerja sosial, dan konselor, bukan
merupakan hasil dari penilitian dalam bidang proses belajar. Psikologi ini
berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver),
bukan dari pengamat (observer).
3.
Behaviorisme
Versus Humanistis
Psikologi behavioral dan humanistis mempunyai pandangan
yang sangat berbeda yang dikenal dengan freedom determination issue.
Para behavioris memandang orang sebagai makhluk reaktif yang memberikan respon
terhadap lingkungannya. Pengalaman lampau dan pemeliharaan akan membentuk
perilaku mereka. Sebaliknya para humanis mempunyai pendapat bahwa tiap orang
itu menentukan perilaku mereka sendiri. Mereka bebas dalam memilih kualitas
hidup mereka, tidak terikat oleh lingkungannya.
4.
Tokoh-Tokoh
Humanistis.
a.
Combs
Combs dan kawan-kawan menyatakan bahwa apabila kita ingin
memahami perilaku orang kita harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu.
Perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidakmauan seseorang
untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Apabila
seorang guru mengeluh bahwa siswanya tidak mempunyai motivasi untuk melakukan
sesuatu, ini sesungguhnya berarti siswa itu tidak mempunyai motivasi untuk
melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh guru tersebut. Apabila guru itu
memberikan aktivitas yang lain, mungkin sekali siswa akan memberikan reaksi
yang positif.
b.
Maslow
Teori didasarkan atas
asumsi bahwa di dalam diri kita ada dua hal : Pertama, suatu usaha yang
positif untuk berkembang. Kedua ,kekuatan untuk melawan atau menolak
perkembangan itu.
Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan
takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang dan sebagainya. Tetapi
mendorong untuk maju kearah keutuhan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia
luar dan pada saat itu juga ia dapat menirima diri sendiri (self).
c.
Rogers
Dalam bukunya “Freedom
to Learn”, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistic yang
penting, di antaranya :
· Manusia itu mempunyai
kemampuan untuk belajar secara alami.
· Belajar yang signifikan
terjadi apabila subject metter dirasakan murid.
· Belajar yang menyangkut
suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri.
· Tugas-tugas belajar yang
mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan.
· Pengalaman dapat diperoleh
dengan cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
· Belajar yang bermakna
diperoleh siswa dengan melakukannya.
· Belajar diperlancar
bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar.
· Belajar atas inisiatif
sendiri yang melibatkan pribadi siswa yang seutuhnya.
· Kepercayaan terhadap diri
sendiri, kemerdekaan, kreatifitas.
· Belajar yang paling
berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belejar mengenai proses
belajar.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Teori belajar psikologi behavioristik dikemukakan oleh
para psikolog behavioristik. Mereka ini sering disebut “contemporary
behaviorists” atau juga disebut “ S - R psychologists”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu
dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforciment)
dari lingkungan. Teori behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya
teori-teori tentang belajar yang dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan
Guthrie.
Sedangkan teori kognitif berpendapat, bahwa tingkah laku
seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement. Aliran
kognitifis berpendapat, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada
kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku
itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi
itu memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah. Psikologi kognitif
mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar gestalt. Kemudian diteruskan
oleh Kurt Lewin dengan Teori Belajar “Cognitive Field”; Teori Belajar “Cognitive
Developmental” dari Piaget; serta Jerome Bruner “Discovery Learning” nya.
Perhatian psikologi humanistik yang tertuju pada masalah
bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud
pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut
mereka, penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan
dan perhatian siswa. Tokoh-Tokoh Humanistis yaitu Combs, Maslow, dan Rogers
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono. 2007. Psikologi Pendidikan. Pt Rineka
Cipta : Jakarta.
http://makalah-ashabussalam.blogspot.com/2012/01/makalah-teori-teori-pendidikan.html
No comments:
Post a Comment