Thursday, November 21, 2013

sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW



BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR  BELAKANG
Sebagai seorang muslim hendaknya mengetahui sejarah Nabi Muhammad saw baik ketika beliau dalam proses kelahiran, maka kanak-kanak, masa remaja, serta kehidupannya sebelum mendapatkan mukjizat. Hal seperti itu merupakan sejarah penting yang perlu diketahui oleh umat muslim, karena banyak manfaat yang bisa diambil dari kehidupan Nabi Muhammad saw baik dari keteladanan beliau ataupun perjuangan beliau dalam mempertahankan agama Islam. Agama Islam yang diyakini oleh banyak umat sekarang ini tidak luput dari perjuangan rasulullah dan sahabat nabi.
Di zaman ilmu pengetahuan modern ini mayoritas umat muslim meremehkan tentang sejarah Nabi Muhammad saw. Padahal sejarah itu merupakan merupakan bagian penting dari perjalanan sebuah umat, bangsa, negara maupun individu. Oleh karena itu kami mengingatkan kembali akan sejarah dan perjalanan nabi untuk selalu dicontoh dan diteladani dalam kehidupan sehari-hari. telah diketahui bahwa umat Islam pada saat sekarang ini lebih banyak mengenal figur-figur yang sebenarnya tidak pantas untuk dicontoh dan ironisnya mereka sama sekali buta akan sejarah dan pribadi kehidupan Nabi Muhammad saw, dan mudah-mudahan dengan adanya makalah ini menambah rasa kecintaan kita pada Nabi Muhammad saw.

B.    RUMUSAN  MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dijadikan sebagai pokok bahasan dalam penulisan makalah ini, diantaranya :
1.      Bagaimana sejarah kelahiran sampai sebelum hijrah Nabi Muhammad saw ke Madinah ?
2.      Bagaimana sejarah isra dan mi’raj Nabi Muhammad saw ?

C.    TUJUAN  PENULISAN
Makalah ini adalah sebuah tulisan yang disusun dan direncanakan oleh penulis. Hal ini menunjukkan bahwa adanya tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yakni :
1.      Untuk mengetahui dan mempelajari tentang sejarah kelahiran sampai sebelum hijrah Nabi Muhammad saw ke Madinah ?
2.      Untuk mengetahui dan mempelajari tentang sejarah isra dan mi’raj Nabi Muhammad saw.



BAB II
PEMBAHASAN

A.       SEJARAH KELAHIRAN SAMPAI SEBELUM HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE MADINAH
Nabi Muhammad saw adalah nabi pembawa risalah Islam, rasul terakhir penutup rangkaian nabi-nabi dan rasul-rasul Allah swt di muka bumi. Ia adalah salah seorang dari dari yang tertinggi di antara 5 Rasul yang termasuk dalam golongan ulul azmi atau mereka yang mempunyai keteguhan hati (QS. Al-Ahqaaf : 35)
“Muhammad” dalam bahasa Arab berarti “dia yang terpuji”. Nabi Muhammad adalah anggota Bani Hasyim, sebuah kabilah yang paling mulia dalam suku Quraisy yang mendominasi masyarakat Arab. Ayahnya bernama Abdullah Muttalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya bernama Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Baik dari garis ayah maupun garis ibu, silsilah Nabi Muhammad saw sampai kepada Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as.
Tahun kelahiran Nabi Muhammad saw dikenal dengan nama Tahun Gajah, karena pada tahun itu terjadi peristiwa besar, yaitu datangnya pasukan gajah menyerbu Mekkah dengan tujuan menghancurkan Ka’bah. Pasukan ini dipimpin oleh Abrahah, gubernur Kerajaan Habsyi di Yaman. Abrahah ingin mengambil alih kota Mekkah dan Ka’bahnya sebagai pusat perekonomian dan peribadatan bangsa Arab. Ini sejalan dengan keinginan Kaisar Negus dari Ethiopia untuk menguasai seluruh tanah Arab, yang bersama-sama dengan Kaisar Byzantium menghadapi musuh dari Timur, yaitu Persia (Irak). Dalam penyerangan Ka’bah itu, tentara Abrahah hancur karena terserang penyakit mematikan yang dibawa oleh burung Ababil, yang melempari para tentara gajah. Abrahah sendiri lari kembali ke Yaman dan tak lama kemudian meninggal dunia. Peristiwa ini dikisahkan dalam Al-Qur'an surat Al-Fiil : 1-5 (Abu  Bakar Siraj al-Din, 2007)
Ketika Nabi Muhammad dalam kandungan ibunya, Abdullah (ayahnya) meninggal dalam perjalanan ke Yastrib. Ayahnya meninggalkan harta warisan berupa lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi Muhammad saw setelah Nabi lahir. Beberapa bulan kemudian, Aminah melahirkan bayi yang diberi nama Muhammad. Nabi Muhammad saw lahir pada malam menjelang dini hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (20 April 570 M). Nama Muhammad diberikan oleh kakeknya, Abdul Muttalib. Nama itu sedikit ganjil di kalangan orang-orang Quraisy, karenanya mereka berkata kepada Abdul Muttalib, “Sungguh di luar kebiasaan, keluarga Tuan begitu besar, tetapi tidak satu pun yang bernama demikian.” Abdul Muttalib menjawab : “Saya mengerti. Dia memang berbeda dari yang lain. Dengan nama ini saya ingin agar seluruh dunia memujinya”.


Nabi disusui ibunya hanya selama 3 hari. sesudah itu dua wanita lain mendapat kehormatan menjadi ibu susunya yaitu Suwaibah dan Halimah binti Abu Du’aib as Sa’diyah. Suwaibah adalah wanita budak Abu Lahab. Ia menyusui Nabi selama empat bulan, dan menjadi sasaran pujian Nabi dan istrinya yang shaleh, Khadijah sepanjang hidupnya. Setelah diangkat sebagai Nabi, Nabi berniat membelinya. Beliau mengirim seseorang menghaadap Abu Lahab untuk mengadakan transaksi, namun Abu Lahab menolak menjualnya, bagaimanapun Suwaibah menerima bantuan dari Nabi sepanjang hidupnya. Sekembalinya Nabi dari perang Khaibar, berita kematian Suwaibah sampai kepada beliau. Tanda kesedihan terlihat di wajahnya. Beliau mencari putra Suwaibah, dengan maksud memberi bantuan. Tapi beliau diberi tahu bahwa anak Suwaibah sudah meninggal lebih dahulu.
Sudah menjadi satu kebiasaan di Mekkah, bahwa anak yang baru lahir diasuh dan disusui oleh wanita dewasa dengan maksud agar ia bisa tumbuh dalam pergaulan masyarakat yang baik dan udara yang lebih bersih. Saat Muhammad lahir, ibu-ibu dari desa Sa’ad datang ke Mekkah menghubungi keluarga-keluarga yang ingin menyusui anaknya. Desa Sa’ad terletak + 60 km dari Mekkah, dekat kota Ta’if, suatu wilayah pegunungan yang sangat baik udaranya. Di antara ibu-ibu tersebut terdapat seorang wanita bernama Halimah binti Abu Du’aib as Sa’diyah. Keluarga Halimah tergolong miskin, karena itu ia sempat merasa ragu untuk mengasuh Nabi Muhammad karena keluarga Aminah sendiri juga tidak terlalu kaya. Akan tetapi entah mengapa Muhammad yang masih bayi sangat menawan hati Halimah, sehingga akhirnya Halimah pun mengambil Muhammad sebagai anak asuhnya. Jadilah Halimah sebagai ibu susunya Muhammad yang kedua.
Ternyata kehadiran Muhammad membawa berkah bagi keluarga Halimah. Dikisahkan bahwa kambing peliharaan Haris, suami Halimah, menjadi gemuk dan menghasilkan susu lebih banyak dari biasanya. Rumput tempat menggembala kambing juga tumbuh subur. Kehidupan keluarga Halimah yang semula suram berubah menjadi bahagia dan penuh kedamaian. Mereka yakin bahwa bayi dari Mekkah yang diasuh itulah yang membawa berkah bagi kehidupan mereka.
    Sejak kecil Muhammad telah memperlihatkan keistimewaan yang sangat luar biasa. Usia 5 bulan, Nabi sudah pandai berjalan, dan di usia 9 bulan ia sudah bisa berbicara. Pada usia 2 tahun, nabi sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah yang lain untuk menggembala kambing. Saat itulah ia berhenti menyusu dan karenanya harus dikembalikan lagi pada ibunya. Dengan berat hati Halimah terpaksa mengembalikan anak asuhnya yang telah membawa berkah itu, sementara Aminah sangat senang melihat anaknya kembali dalam keadaan sehat dan segar. Namun tak lama setelah itu, Muhammad kembali diasuh oleh Halimah karena adanya wabah penyakit kolera di kota Mekkah waktu itu.
Dalam masa asuhannya kali ini, Halimah dan anak-anaknya sering menemukan keajaiban di sekitar diri Muhammad. Anak-anak Halimah sering mendengar suara yang memberi salam kepada Muhammad:  “Assalamu ‘Alaika ya Muhammad”, padahal mereka
tidak melihat ada orang disana. Dalam kesempatan lain, Dimrah, anak Halimah, berlari-lari sambil menangis dan mengadukan bahwa ada dua orang bertubuh besar-besar dan berpakaian putih menangkap Muhammad. Halimah bergegas menyusul Muhammad. Saat ditanyai, Muhammad menjawab : “Ada 2 malaikat turun dari langit. Mereka memberikan salam kepadaku, membaringkanku, membuka bajuku, membelah dadaku, membasuhnya dengan air yang mereka bawa, lalu menutup kembali dadaku tanpa aku merasa sakit.” Halimah sangat gembira mendengar keajaiban pada diri Nabi Muhammad saw, namun karena kondisi ekonomi keluarganya yang semakin melemah, ia terpaksa mengembalikan Nabi kepada Aminah, yang saat itu berusia 4 tahun.
Pada saat Nabi Muhammad berusia 6 tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya  ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi keluarganya dan mengunjungi makam ayahnya bersama Ummu Aiman (budak suruhan perempuan keluarganya). Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa’ (tidak jauh dari Yatsrib), dan dikuburkan disana. Muhammad dibawa pulang ke Mekkah oleh Umm Aiman dengan perasaan yang sangat sedih. Maka jadilah Muhammad sebagai seorang anak yatim piatu.
Setelah ibunya meninggal, Nabi dijaga oleh kakeknya, ‘Abdul Muttalib. Kegembiraannya bersama datuk baginda tidak bertahan lama. Ketika baginda berusia lapan tahun, datuk baginda pula meninggal dunia. Kematian Abdul Mutallib menjadi satu kehilangan besar buat Bani Hasyim. Dia mempunyai keteguhan hati, berwibawa, pandangan yang bernas, terhormat dan berpengaruh dikalangan orang Arab. Dia selalu menyediakan makanan dan minuman kepada para tetamu yang berziarah dan membantu penduduk Makkah yang dalam kesusahan.
Setelah kakeknya meninggal, Abu Tholib mengambil alih tugas bapanya untuk menjaga anak saudaranya Muhammad. Walaupun Abu Tholib kurang mampu berbanding saudaranya yang lain, namun dia mempunyai perasaan yang paling halus dan terhormat di kalangan orang-orang Quraisy. Abu Tholib menyayangi Muhammad seperti dia menyayangi anak-anaknya sendiri. Dia juga tertarik dengan budi pekerti Muhammad yang mulia.
Selama masa remaja dan dewasanya, tanda-tanda kekuatan, keberanian, ketegaran dan keperkasaannya terlihat di dahi putra Quraisy yang istimewa ini. Ketika berusia 15 tahun, beliau ikut serta dalam perang Fujjar. Tugasnya menangkis panah yang diarahkan kepada paman-pamannya. Keikutsertaan dalam perang di usia muda ini menjelaskan keberanian Nabi yang tiada bandingan. Maka, kita pun mengerti mengapa Ali, orang terberani di antara yang paling berani, berkata : “Kapan saja kami (laskar muslim) menghadapi perlawanan sengit di medan pertempuran, kami berlindung pada Rasulullah, sementara tak seorang pun yang lebih dekat dengan musuh ketimbang beliau sendiri.” (Djabbar, 1992)


Sudah hari itu, kaum Quraisy dan sekutunya sering keluar dari wilayah Haram dan bertempur melawan musuhnya. Nabi juga ikut serta bersama para pamannya selama beberapa hari. kejadian ini berlangsung selama 4 tahun. Perang berakhir dengan membayar uang darah kepada suku Hawazan yang lebih banyak kehilangan nyawa ketimbang Quraisy.
Nabi Muhammad saw ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke Syiria (Syam) dalam usia baru 12 tahun. Kafilah itu dipimpin oleh Abu Tholib. Dalam perjalanan ini, di Basroh sebelah selatan Syiria, ia bertemu dengan pendeta Kristen bernama Buhairoh. Pendeta itu melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber menceritakan bahwa pendeta itu menasehati Abu Tholib agar jangan terlalu jauh memasuki daerah Syiria. Sebab dikhawatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya. Abu Tholib mengikut nasihat rahib tersebut dan dia tidaak banyak membawa harta dari perjalanan tersebut. Dia pulang segera ke Makkah dan mengasuh anak-anaknya yang ramai. Muhammad juga telah menjadi sebahagian dari keluarganya.
Baginda juga diberi tugas sebagai pengembala kambing. Baginda mengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Baginda selalu berfikir dan merenung tentang kejadian alam semasa menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu baginda jauh dari segala pemikiran manusia nafsu manusia duniawi. Baginda terhindar daripada perbuatan yang sia-sia, sesuai dengan gelaran yang diberikan iaitu “Al-Amin”.
Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad saw berangkat ke Syiria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, yaitu Khadijah. Dalam perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah akhirnya melamar Muhammad. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah berusia 40 tahun. Dalam perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah wanita pertama yang masuk Islam dan banyak membantu Nabi dalam perjuangan menyebarkan Islam. Pada perkawinan yang bahagia dan saling mencintai itu, beliau dikaruniai enam orang anak yakni Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kulsum, dan Fatimah. Kedua puteranya meninggal waktu kecil. Nabi Muhammad saw tidak kawin lagi sampai Khadijah meninggal ketika berusia 50 tahun.
Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi pada saat usianya 35 tahun. Waktu itu bangunan Ka’bah rusak berat. Perbaikan Ka’bah dilakukan secara gotong royong. Para penduduk Mekkah membantu pekerjaan itu dengan sukarela. Tetapi pada saat terakhir, ketika pekerjaan tinggal mengangkat dan meletakkan Hajar Aswad di tempatnya semula, timbul perselisihan. Setiap suku merasa berhak dan terhormat melakukan tugas terakhir itu. Perselisihan semakin memuncak, namun akhirnya para pemimpin Quraisy sepakat bahwa orang yang pertama masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa akan dijadikan hakim untuk memutuskan perkara ini. Ternyata orang pertama yang masuk itu adalah Muhammad. Ia pun dipercaya menjadi hakim. Ia lantas membentangkan kain dan meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengah, lalu meminta seluruh kepala suku memegang tepi kain itu dan mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian tertentu, Muhammad meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian, perselisihan dapat diselesaikan dengan bijaksana, dan semua kepala suku merasa puas dengan cara penyelesaian seperti itu.
Menjelang usianya yang keempat puluh, beliau terbiasa memisahkan diri dari keramaian masyarakat, pergi ke gua Hira, beberapa kilo meter di utara Mekkah. Disana Muhammad bertafakkur. Ketika itu, baginda berada di Gua Hira’ dan sentiasa merenung dalam kesunyian, memikirkan nasib umat manusia pada zaman itu. Sampai pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Malaikat Jibril muncul di hadapan beliau, menyampaikan wahyu yang pertama yakni surah Al-Alaq ayat 1-5. Rasulullah pulang dengan penuh rasa gementar lalu diselimuti oleh Khadijah yang cuba menenangkan baginda. Apabila semangat baginda mulai pulih, diceritakan kepada Khadijah tentang kejadian yang telah berlaku.
Dengan turunnya wahyu pertama ini, berarti Muhammad telah dipilih Tuhan sebagai Nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.
Setelah wahyu pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad saw menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu adalah surah Al-Muddatstsir : 1-7. Dengan turun perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama beliau melakukan secara diam-diam di keluarga dan kalangan rekan-rekannya. Karena itulah,orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Mula-mula istrinya Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang berumur 10 tahun. Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak kanak-kanak. Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Serta Ummu Aiman, pengasuh Nabi. Sebagai seorang pedagang yang sangat berpengaruh, Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka dibawa Abu Bakar langsung kepada Nabi dan masuk Islam di hadapan Nabi sendiri. Dengan dakwah secara diam-diam ini, belasan orang telah masuk Islam di hadapan Nabi sendiri.
Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual, turunlah perintah agar Nabi berdakwah secara terbuka. Mula-mula ia mengundang dan menyeru kerabat karibnya dari Bani Muthalib. Ia mengatakan kepada mereka, “Saya tidak melihat seorangpun di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik, dari apa yang saya bawa kepada kalian. Ku bawakan kepadamu dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan memerintahkan saya mengajak kalian semua. Siapakah di antara kalian yang mau mendukung saya Dalam hal ini ?” Mereka semua menolak kecuali Ali. Langkah dakwah seterusnya yang diambil Muhammad adalah menyeru masyarakat umum. Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk Mekkah, kemudian penduduk negeri lain. Di samping itu, ia juga menyeru orang yang datang ke Mekkah. Kegiatan dakwah dijalankannya tanpa mengenal lelah. Dengan usahanya yang gigih, hasil yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah pengikut Nabi makin hari makin bertambah. Mereka terdiri dari kaum wanita, budak pekerja dan orang-orang tak punya. Meski terdiri dari orang-orang yang lemah, namun semangat mereka sungguh membaja.
Setelah dakwah terang-terangan itu dilakukan, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul. Semakin bertambahnya jumlah pengikut Nabi, semakin keras tantangan yang dilancarkan kaum Quraisy. Menurut Ahmad Syalabi, ada lima factor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam yaitu :
1.      Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.
2.      Nabi Muhammad saw menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy.
3.      Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
4.      Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat dan berakar pada bangsa Arab.
5.      Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki. 
Banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisyuntuk mencegah dakwah Nabi Muhammad saw. Pertama-tama mereka mengira bahwa kekuatan Nabi terletak pada perlindungan dan pembelaan Abu Thalib yang amat disegani. Karena itu, mereka menyusun siasat bagaimana melepaskan hubungan Nabi dengan Abu Thalib sambil mengancam dengan mengatakan : “Kami minta anda memilih satu di antara dua yaitu memerintahkan Muhammad berhenti dari dakwahnya atau anda menyerahkannya kepada kami. Dengan demikian, anda akan terhindar dari kesulitan yang tidak diinginkan”. Nampaknya Abu Thalib cukup terpengaruh dengan ancaman tersebut sehingga ia mengharapkan Muhammad menghentikan dakwahnya. Namun Nabi menolak, dengan mengatakan : “Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini, walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak saudara akan mengucilkan saya”. Abu Thalib sangat terharu mendengar jawaban kemenakannya itu, kemudian berkata : “Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu”.
Merasa gagal dengan cara ini, kaum Quraisy kemudian mengutus Walid bin Mughirah dengan membawa Umarah ibn Walid, seorang pemuda yang gagah dan tampan, untuk dipertukarkan dengan Nabi Muhammad saw. Walid bin Mughirah berkata kepada Abu Thalib : “Ambillah dia menjadi anak saudara, tetapi serahkan Muhammad kepada kami untuk kami
bunuh”. Usul ini langsung di tolak keras oleh Abu Thalib. Untuk kali berikutnya mereka langsung kepada Nabi Muhammad saw. mereka mengutus Utbah ibn Rabiah, seorang ahli retorika untuk membujuk Nabi. Mereka menawarkan tahta, wanita dan harta asal Nabi bersedia menghentikan dakwahnya. Semua tawaran itu ditolak Muhammad dengan mengatakan : “Demi Allah swt, biarpun matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini, hingga agama ini menang atau aku binasa karenanya”. Setelah cara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan kaum Quraisy gagal, tindakan kekerasan fisik yang sebelumnya dilakukan, kini semakin ditingkatkan. Tindakan kekerasan itu lebih intensif dilaksanakan setelah mereka mengetahui bahwa di lingkungan rumah tangga mereka sendiri sudah adaa yang masuk Islam. Budak-budak itu disiksa tuannya dengan sangat kejam. Para pemimpin Quraisy juga mengharuskan setiap keluarga untuk menyiksa anggota keluarganya yang masuk Islam sampai kembali murtad.
Rasulullah amat sedih melihat tingkah laku manusia ketika itu terutama kaum Quraisy kerana baginda tahu akan akibat yang akan diterima oleh mereka nanti. Kesedihan itu makin bertambah apabila isteri kesayangannya wafat pada tahun sepuluh kenabiaannya. Isteri bagindalah yang tidak pernah jemu membantu menyebarkan Islam dan mengorbankan jiwa serta hartanya untuk Islam. Dia juga tidak jemu menghiburkan Rasulullah di saat baginda dirundung kesedihan.
Pada tahun itu juga paman Nabi, Abu Talib yang mengasuhnya sejak kecil juga meninggal dunia. Maka bertambahlah kesedihan yang dirasai oleh Rasulullah kerana kehilangan orang-orang yang amat disayangi oleh baginda.
Untuk menghibur Nabi yang sedang ditimpa duka, Allah swt mengisra dan memi’rajkan beliau pada tahun kesepuluh kenabian itu. Berita tentang isra mi’raj ini menggemparkan masyarakat Mekkah. Bagi orang kafir ini merupakan propaganda untuk mendustakan Nabi. Sedangkan bagi orang yang beriman, ini merupakan ujian keimanan.

B.       SEJARAH ISRA’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW
Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka’bah al Musyarrofah. Saat itu beliau berbaring di antara paman beliau, Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib. Tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam, setibanya disana kemudian mereka merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah dada beliau oleh Jibril as. Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian turun Jibril as, lalu Jibril membelah dada beliau yang mulia sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail: “Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya”. Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulia. Hal ini tidak lain untuk menambah kebersihan di atas kebersihan, kesucian di atas kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan Allah swt. Kemudian Jibril as mengeluarkan hati beliau yang mulia lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan emas dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril as. Setelah itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan pelana dan kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan telapak kakinya sejauh pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun dia mengangkat kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya untuk membantu kecepatannya. Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa kesulitan, maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata: “Wahai buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang lebih mulya daripada dia (Rasulullah)”. Mendengar ini buroq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat, setelah tenang, naiklah Rasulullah ke atas punggungnya, dan sebelum beliau banyak Anbiya’ yang menaiki buroq ini. Dalam perjalanan, Jibril menemani di sebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu Sa‟ad, Jibril memegang sanggurdi pelana buroq, sedang Mikail memegang tali kendali. Mereka terus melaju, mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan RahmatNya. Di tengah perjalanan mereka berhenti di suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata: “Turunlah disini dan sholatlah”, setelah Beliau sholat, Jibril berkata: “Tahukah anda di mana Anda sholat?”. “Tidak”, jawab beliau, Jibril berkata: “Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah) dan kesana anda akan berhijrah”. Kemudian buroq berangkat kembali melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan kakinya sejauh pandangan matanya, tiba-tiba Jibril berseru: “berhentilah dan turunlah anda serta sholatlah di tempat ini!”, Setelah sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa beliau sholat di Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa bernaung dibawahnya dan beristirahat saat dikejar-kejar tentara Fir’aun. Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad turun di Thur Sina, sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT, beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana. Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: “Anda telah sholat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam”.
Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba beliau melihat Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan semburan api, setiap Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril berkata: “Tidakkah aku ajarkan kepada anda beberapa kalimat, jika anda baca maka akan memadamkan apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia binasa?” Kemudian Jibril as memberitahukan doa tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan sampai akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang menanam benih pada hari itu dan langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen kembali seperti awalnya dan begitu seterusnya, melihat keanehan ini Beliau saw bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”, Jibril menjawab: “mereka adalah para Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah, kebaikan mereka dilipatgandakan sampai 700 kali”. Kemudian beberapa saat kemudian beliau mencium bau wangi semerbak, beliau bertanya: “Wahai Jibril bau wangi apakah ini?”, “Ini adalah wanginya Masyithoh, wanita yang menyisir anak Firaun, dan anak-anaknya”, jawab Jibril as.
Kemudian di tengah perjalanan, beliau juga bertemu dengan sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke kepala mereka sendiri sampai hancur, setiap kali hancur, kepala yang remuk itu kembali lagi seperti semula dan begitu seterusnya. Jibril menjelaskan bahwa mereka adalah manusia yang merasa berat untuk melaksanakan kewajiban sholat. Kemudian beliau juga bertemu sekelompok kaum, di hadapan mereka ada daging yang baik yang sudah masak, sementara di sisi lain ada daging yang mentah lagi busuk, tapi ternyata mereka lebih memilih untk menyantap daging yang mentah lagi busuk, ketika Rasulullah menanyakan perihal ini, Jibril menjawab: “Mereka adalah manusia yang sudah mempunyai isteri yang halal untuknya, tapi dia justru berzina (berselingkuh) dengan wanita yang jelek (hina), dan begitu pula mereka adalah para wanita yang mempunyai suami yang halal baginya tapi justru dia mengajak laki-laki lain untuk berzina dengannya”. Ketika beliau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba seseorang memanggil beliau dari arah kanan: “Wahai Muhammad, aku meminta kepadamu agar kamu melihat aku”, tapi Rasulullah tidak memperdulikannya.
Kemudian Jibril menjelaskan bahwa itu adalah panggilan Yahudi, seandainya beliau menjawab panggilan itu maka umat beliau akan menjadi Yahudi. Begitu pula beliau mendapat seruan serupa dari sebelah kirinya, yang tidak lain adalah panggilan nashrani, namun Nabi tidak menjawabnya. Walhamdulillah. Kemudian tiba-tiba muncul di hadapan beliau seorang wanita dengan segala perhiasan di tangannya dan seluruh tubuhnya, dia berkata: “Wahai Muhammad lihatlah kepadaku”, tapi Rasulullah tidak menoleh kepadanya, Jibril berkata: “Wahai Nabi itu adalah dunia, seandainya anda menjawab panggilannya maka umatmu akan lebih memilih dunia daripada akhirat”.
Demikianlah perjalanan ditempuh oleh beliau SAW dengan ditemani Jibril dan Mikail, begitu banyak keajaiban dan hikmah yang beliau temui dalam perjalanan itu sampai akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis (Masjid al Aqsho). Beliau turun dari Buraq lalu mengikatnya pada salah satu sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya Para Nabi mengikat buraq di sana. Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril as, masing-masing sholat dua rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba masjid sudah penuh dengan sekelompok manusia, ternyata mereka adalah para Nabi yang diutus oleh Allah swt. Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas mereka berdiri bershof-shof menunggu siapakah yang akan mengimami mereka, kemudian Jibril as memegang tangan Rasulullah saw lalu menyuruh beliau untuk maju, kemudian mereka semua sholat dua rakaat dengan Rasulullah sebagai imam. Beliaulah Imam (Pemimpin) para Anbiya’ dan Mursalin.
Setelah itu Rasulullah SAW merasa haus, lalu Jibril membawa dua wadah berisi khamar dan susu, Rasulullah memilih wadah berisi susu lantas meminumnya, Jibril berkata: “Sungguh anda telah memilih kefitrahan yaitu al Islam, jika anda memilih khamar niscaya umat anda akan menyimpang dan sedikit yang mengikuti syariat anda”.
Setelah melakukan Isra’ dari Makkah al Mukarromah sampai ke Masjid al Aqsha, Baitul Maqdis, kemudian beliau disertai malaikat Jibril as siap untuk melakukan Mi’raj yakni naik menembus berlapisnya langit ciptaan Allah yang Maha Perkasa. Sampai akhirnya beliau berjumpa dan berbicara dengan Allah, yang intinya adalah beliau dan umat ini mendapat perintah sholat lima waktu. Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi umat ini, di mana Allah swt memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk memberikan dan menentukan perintah ibadah yang sangat mulia ini. Cukup kiranya hal ini sebagai kemuliaan ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya diperintah hanya dengan turunnya wahyu kepada beliau, namun tidak dengan ibadah sholat, Allah memanggil Hamba yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad saw ke hadirat Nya untuk menerima perintah ini.
Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu langit dunia (langit pertama), ternyata disana berdiri malaikat yang bernama Ismail, malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan tidak pernah pula turun ke bumi kecuali disaat meninggalnya Rasulullah saw, dia memimpin 70 ribu tentara dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini membawahi 70 ribu malaikat pula. Jibril meminta izin agar pintu langit pertama di buka, maka malaikat yang menjaga bertanya: “Siapakah ini?” Jibril menjawab: “Aku Jibril.” Malaikat itu bertanya lagi: “Siapakah yang bersamamu?” Jibril menjawab: “Muhammad saw.” Malaikat bertanya lagi: “Apakah beliau telah diutus (diperintah)?” Jibril menjawab: “Benar”. Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah malaikat yang bermukim disana menyambut dan memuji beliau dengan berkata: “Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya makhluk yang datang”. Maka dibukalah pintu langit dunia ini.
Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi Adam dengan bentuk dan postur sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya. Nabi saw bersalam kepadanya, Nabi Adam menjawab salam beliau seraya berkata: “Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan nabi yang sholeh”. Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang kelompok di sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih. Kemudian Jibril as menjelaskan kepada Rasulullah, bahwa kelompok di sebelah kanan Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal menjadi penghuni surga sedang yang di kirinya adalah calon penghuni neraka.
Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya di langit pertama ini, tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada kelompok manusia yang dihidangkan daging panggang dan lezat di hadapannya, tapi mereka lebih memilih untuk menyantap bangkai disekitarnya. Ternyata mereka adalah manusia yang suka berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka dan mendatangi yang haram. Kemudian beliau berjalan sejenak, dan tampak di hadapan beliau suatu kaum dengan perut membesar seperti rumah yang penuh dengan ular-ular, dan isi perut mereka ini dapat dilihat dari luar, sehingga mereka sendiri tidak mampu membawa perutnya yang besar itu. Mereka adalah manusia yang suka memakan riba. Disana beliau juga menemui suatu kaum, daging mereka dipotong-potong lalu dipaksa agar memakannya, lalu dikatakan kepada mereka: “makanlah daging ini sebagaimana kamu memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah”.
Kemudian beliau naik ke langit kedua, seperti sebelumnya malaikat penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit pertama. Akhirnya disambut kedatangan beliau saw dan Jibril as seperti sambutan sebelumnya. Di langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya. Masing-masing duduk bersama umatnya. Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia berpostur sedang, putih kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas terurai seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan tubuhnya. Nabi menyerupakannya dengan sahabat beliau “Urwah bin Mas‟ud ats Tsaqafi. Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam beliau disertai sambutan: “Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.
Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan ke langit ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf bin Ya‟kub. Beliau bersalam kepadanya dan dibalas dengan salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa. Nabi berkomentar: “Sungguh dia telah diberikan separuh ketampanan”. Dalam riwayat lain, beliau bersabda: “Dialah paling indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan manusia lain ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang”.
Ketika tiba di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris as. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama seperti Nabi-Nabi sebelumnya. Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun bin ‘Imran as, separuh janggutnya hitam dan seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Di sekitar Nabi Harun tampak umatnya sedang khusyu’ mendengarkan petuahnya. Setelah sampai di langit keenam, beliau berjumpa beberapa nabi dengan umat mereka masing-masing, ada seorang nabi dengan umat tidak lebih dari 10 orang, ada lagi dengan umat di atas itu, bahkan ada lagi seorang nabi yang tidak ada pengikutnya. Kemudian beliau melewati sekelompok umat yang sangat banyak menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan kaumnya. Kemudian beliau diperintah agar mengangkat kepala beliau yang mulia, tiba-tiba beliau tertegun dan kagum karena pandangan beliau tertuju pada sekelompok umat yang sangat banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi, lalu ada suara: “Itulah umatmu, dan selain mereka terdapat 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab”. Pada tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan kulit beliau. Nabi saw bersalam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu Nabi Musa berkata:
“Manusia mengaku bahwa aku adalah paling mulianya manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulia di sisi Allah daripada aku”. Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab: “Aku menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih banyak masuk surga daripada umatku”.
Kemudian Rasulullah saw memasuki langit ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim as sedang duduk di atas kursi dari emas di sisi pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur, di sekitarnya berkumpul umatnya. Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab dengan salam dan doa serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan: “Perintahkanlah umatmu untuk banyak menanam tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas”. Rasulullah bertanya: “Apakah tanaman surga itu?”, Nabi Ibrahim menjawab: “(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil “aliyyil “adziim”. Dalam riwayat lain beliau berkata: “Sampaikan salamku kepada umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar”.
Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke Sidratul Muntaha, sebuah pohon amat besar sehingga seorang penunggang kuda yang cepat tidak akan mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun memakan waktu 70 tahun. Dari bawahnya memancar sungai air yang tidak berubah bau, rasa dan warnanya, sungai susu yang putih bersih serta sungai madu yang jernih. Penuh dengan hiasan permata zamrud dan sebagainya sehingga tidak seorang pun mampu melukiskan keindahannya. Kemudian beliau saw diangkat sampai akhirnya berada di hadapan telaga Al Kautsar, telaga khusus milik beliau saw. Setelah itu beliau memasuki surga dan melihat disana berbagai macam kenikmatan yang belum pernah dipandang mata, di dengar telinga dan terlintas dalam hati setiap insan. Begitu pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat Malik, malaikat yang tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak kemurkaan di wajahnya. Dalam satu riwayat, setelah beliau melihat surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke Sidratul Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan beraneka warna, pada saat inilah Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril tahu hanya beliaulah yang mampu untuk melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah swt. Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak seorang makhluk pun diizinkan berdiri disana, tempat yang tidak seorang pun makhluk mampu mencapainya, beliau melihat-Nya dengan mata beliau yang mulia. Saat itu langsung beliau bersujud di hadapan Allah swt. Allah berfirman: “Wahai Muhammad”. “Labbaik wahai Rabbku”, sabda beliau. “Mintalah sesuka hatimu”, firman Nya. Nabi bersabda: “Ya Allah, Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kawan dekat), Engkau mengajak bicara Musa, Engkau berikan Dawud kerajaan dan kekuasaan yang besar, Engkau berikan Sulaiman kerajaan agung lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan serta angin, Engkau ajarkan Isa at Taurat
dan Injil dan Engkau jadikan dia dapat mengobati orang yang buta dan belang serta menghidupkan orang mati”. Kemudian Allah berfirman: “Sungguh Aku telah menjadikanmu sebagai kekasihKu”.
Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, bahwa rasulullah bersabda: “… kemudian Allah mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari semalam, lalu aku turun kepada Musa (di langit ke enam), lalu dia bertanya: “Apa yang telah Allah wajibkan kepada umat anda?” Aku menjawab: “50 sholat”, Musa berkata: “kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya”, Maka aku kembali kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5 sholat (jadi 45 sholat), lalu aku turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata: “Sungguh umatmu tidak akan mampu melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah”. Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya Allah berfirman: “Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap satu sholat seperti dilipatgandakan menjadi 10, maka jadilah 50 sholat”. Maka aku beritahukan hal ini kepada Musa, namun tetap dia berkata: “Kembalilah kepada Rabbmu agar minta keringanan”, Maka aku katakan kepadanya: “Aku telah berkali-kali kembali kepadaNya sampai aku malu kepadaNYa”.
Setelah beliau menerima perintah ini, maka beliau turun sampai akhirnya menaiki buraq kembali ke kota Makkah al Mukarromah, sedang saat itu masih belum tiba fajar. Pagi harinya beliau memberitahukan mukjizat yang agung ini kepada umatnya, maka sebagian besar diantara mereka mendustakan bahkan mengatakan nabi telah gila dan tukang sihir, saat itu pertama umat yang membenarkan dan mempercayai beliau adalah Sayyiduna Abu Bakar, maka pantaslah beliau bergelar As Shiddiq, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tadinya beriman, kembali murtad keluar dari syariat. Sungguh keimanan itu intinya adalah membenarkan dan percaya serta pasrah terhadap semua yang dibawa dan diberitakan Nabi Muhammad saw, sebab beliau tidak mungkin berbohong apalagi berkhianat dalam Risalah dan Dakwah beliau. Beliaulah Nabi yang mendapat gelar Al Amiin (dipercaya), Ash Shoodiq (selalu jujur) dan Al Mashduuq (yang dibenarkan segala ucapannya).



BAB III
PENUTUP

A.        KESIMPULAN
Nabi Muhammad saw merupakan penutup sekalian Nabi-Nabi dan utusan Allah swt kepada semua manusia, supaya mereka menyembah kepada Allah swt semata dan tidak menyekutukan-Nya. Nabi Muhammad saw dilahirkan di Mekkah pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awwal. Ayah beliau meninggal sebelum beliau dilahirkan dan dikubur di Madinah. Lalu ibunya yang mengasuh beliau. Sesudah ibunya, beliau disusui oleh Suwaibah Al-Islamiyah dan Halimah As-Tsadiyah. Pada umur 6 tahun meninggallah ibunya di Abwa’, lalu beliau dipelihara oleh UmmuAiman dan kakeknya. Padaa umur 8 tahun, meninggal pula kakeknya, lalu beliau ditanggung oleh pamannya yaitu Abu Tholib. Ketika berumur 9 tahun, Nabi berlayar bersama pamannya ke negeri Syam. Pada umur 25 tahun, Rasulullah berlayar dengan membawa barang dagangan Siti Khadijah dan sesudah kembalinya 2 bulan, Nabi  kawin dengan Khadijah. Pada waktu itu, Khadijah berumur 40 tahun, sedang Nabi berumur 25 tahun. Ketika berumur 35 tahun, beliau bersatu dengan kaum Quraisy dalam mendirikan Ka’bah dan beliau memberi keputusan di antara mereka tentang peletakan Hajar Aswad. Menjelang usia yang keempat puluh, beliau sering tafakkur di Gua Hira. Pada tanggal 17 Ramadhan tahunn 611 M, Malaikat Jibril muncul dihadapannya menyampaikan wahyu Allah swt yang pertama. Dengan adanya wahyu itu Nabi Muhammad saw memulai dakwah, akan tetapi niat baik beliau mendapat hambatan dari kaum Quraisy. Kaum Quraisy mulai menyakiti Rasulullah, tetapi Nabi menghadapi mereka dengan tenang dan sabar.
Dapat disimpulkan bahwa sebuah sikap yang sangat dalam dan luas makna serta akibatnya. Sabar menuntut kita untuk tetap berpikir jernih. Semarah apapun, setersinggung apapun atau bahkan sehebat apapun derita yang kita alami, jangan sampai akal pikir kita tak mampu menjalani fungsinya dengan baik. Sabar memotong amarah agar kita masih mampu berfikir. Karena bila akal kita tak bisa berfikir dengan baik dan jernih, maka sudah bisa ditebak, kita akan hancur dan binasa sia-sia. Rasul tak ingin umatnya harus menderita hanya karena tak mampu bersabar, tak bisa mengelola emosi. Sesungguhnya, sabar melejitkan kecerdasan emosi manusia. Dan itulah yang diajarkan Rasul pertama kali kepada manusia.    

B.       SARAN – SARAN
1.      Sebagai calon guru, kita harus selalu sabar dan penuh kasih sayang dalam mendidik peserta didik. Sebab, Nabi Muhammad Saw saja dapat selalu sabar walau tidak sedikit beban yang ditanggung oleh Nabi dalam menyebarkan dakwah ajaran yang dibawanya dan tidak membuatnya dendam kepada para kaum Quraisy.
2.      Kita juga harus mengajarkan tentang sejarah Nabi Muhammad saw,. jangan sampai karena zaman begitu modern, peserta didik tidak mengenal akan Rasul-Nya.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Siraj Ad-Din. 2007. Muhammad. PT Ikrar Mandiri Abdi : Jakarta.
Amin, Samsul Munir. 2006. Mukjizat Rasulullah SAW. Amzah : Jakarta.
Djabbar, Umar Abdul. 1992. Sejarah Nabi Muhammad. TokoKitab Ahmad Nabhan : Surabaya.
http://hepuralto21.blogspot.com/2011/10/kelahiran-nabi-muhammad-saw-dan.html. 
Suubhani, Ja’far. 1996.  Sejarah  Nabi Muhmmad saw. Lentera : Jakarta.
Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. PT Raja Gravindo Persada : Jakarta.

No comments:

Post a Comment