BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai seorang muslim hendaknya
mengetahui sejarah Nabi Muhammad saw baik ketika beliau dalam proses kelahiran,
maka kanak-kanak, masa remaja, serta kehidupannya sebelum mendapatkan mukjizat.
Hal seperti itu merupakan sejarah penting yang perlu diketahui oleh umat
muslim, karena banyak manfaat yang bisa diambil dari kehidupan Nabi Muhammad
saw baik dari keteladanan beliau ataupun perjuangan beliau dalam mempertahankan
agama Islam. Agama Islam yang diyakini oleh banyak umat sekarang ini
tidak luput dari perjuangan rasulullah dan sahabat nabi.
Di zaman ilmu pengetahuan modern ini mayoritas umat muslim meremehkan
tentang sejarah Nabi Muhammad saw. Padahal sejarah itu merupakan merupakan
bagian penting dari perjalanan sebuah umat, bangsa, negara maupun individu.
Oleh karena itu kami mengingatkan kembali akan sejarah dan perjalanan nabi
untuk selalu dicontoh dan diteladani dalam kehidupan sehari-hari. telah
diketahui bahwa umat Islam pada saat sekarang ini lebih banyak mengenal
figur-figur yang sebenarnya tidak pantas untuk dicontoh dan ironisnya mereka
sama sekali buta akan sejarah dan pribadi kehidupan Nabi Muhammad saw, dan
mudah-mudahan dengan adanya makalah ini menambah rasa kecintaan kita pada Nabi
Muhammad saw.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis
merumuskan beberapa masalah yang akan dijadikan sebagai pokok bahasan dalam
penulisan makalah ini, diantaranya :
1.
Bagaimana sejarah kelahiran sampai
sebelum hijrah Nabi Muhammad saw ke Madinah ?
2.
Bagaimana sejarah isra dan mi’raj Nabi Muhammad saw ?
C.
TUJUAN PENULISAN
Makalah ini adalah
sebuah tulisan yang disusun dan direncanakan oleh penulis. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yakni :
1.
Untuk mengetahui dan mempelajari tentang sejarah kelahiran
sampai sebelum hijrah Nabi Muhammad saw ke Madinah ?
2.
Untuk mengetahui dan mempelajari tentang sejarah isra dan
mi’raj Nabi Muhammad saw.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH KELAHIRAN SAMPAI SEBELUM HIJRAH NABI
MUHAMMAD SAW KE MADINAH
Nabi Muhammad
saw adalah nabi pembawa risalah Islam, rasul terakhir penutup rangkaian
nabi-nabi dan rasul-rasul Allah swt di muka bumi. Ia adalah salah seorang dari
dari yang tertinggi di antara 5 Rasul yang termasuk dalam golongan ulul azmi
atau mereka yang mempunyai keteguhan hati (QS. Al-Ahqaaf : 35)
“Muhammad”
dalam bahasa Arab berarti “dia yang terpuji”. Nabi Muhammad adalah
anggota Bani Hasyim, sebuah kabilah yang paling mulia dalam suku Quraisy yang
mendominasi masyarakat Arab. Ayahnya bernama Abdullah Muttalib,
seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya bernama Aminah binti
Wahab dari Bani Zuhrah. Baik dari garis ayah maupun garis ibu, silsilah Nabi
Muhammad saw sampai kepada Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as.
Tahun kelahiran Nabi Muhammad saw dikenal dengan nama Tahun Gajah, karena
pada tahun itu terjadi peristiwa besar, yaitu datangnya pasukan gajah menyerbu
Mekkah dengan tujuan menghancurkan Ka’bah. Pasukan ini dipimpin oleh Abrahah,
gubernur Kerajaan Habsyi di Yaman. Abrahah ingin mengambil alih kota Mekkah dan
Ka’bahnya sebagai pusat perekonomian dan peribadatan bangsa Arab. Ini sejalan
dengan keinginan Kaisar Negus dari Ethiopia untuk menguasai seluruh tanah Arab,
yang bersama-sama dengan Kaisar Byzantium menghadapi musuh dari Timur, yaitu
Persia (Irak). Dalam penyerangan Ka’bah itu, tentara Abrahah hancur karena
terserang penyakit mematikan yang dibawa oleh burung Ababil, yang melempari
para tentara gajah. Abrahah sendiri lari kembali ke Yaman dan tak lama kemudian
meninggal dunia. Peristiwa ini dikisahkan dalam Al-Qur'an surat Al-Fiil : 1-5
(Abu Bakar Siraj al-Din, 2007)
Ketika Nabi Muhammad dalam kandungan ibunya, Abdullah (ayahnya) meninggal
dalam perjalanan ke Yastrib. Ayahnya meninggalkan harta warisan berupa lima
ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman
yang kemudian mengasuh Nabi Muhammad saw setelah Nabi lahir. Beberapa bulan
kemudian, Aminah melahirkan bayi yang diberi nama Muhammad. Nabi Muhammad saw
lahir pada malam menjelang dini hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (20
April 570 M). Nama Muhammad diberikan oleh kakeknya, Abdul Muttalib. Nama itu
sedikit ganjil di kalangan orang-orang Quraisy, karenanya mereka berkata kepada
Abdul Muttalib, “Sungguh di luar kebiasaan, keluarga Tuan begitu besar,
tetapi tidak satu pun yang bernama demikian.” Abdul Muttalib menjawab : “Saya
mengerti. Dia memang berbeda dari yang lain. Dengan nama ini saya ingin agar
seluruh dunia memujinya”.
Nabi disusui ibunya hanya selama 3 hari. sesudah itu dua wanita lain
mendapat kehormatan menjadi ibu susunya yaitu Suwaibah dan Halimah binti Abu
Du’aib as Sa’diyah. Suwaibah adalah wanita budak Abu Lahab. Ia menyusui Nabi
selama empat bulan, dan menjadi sasaran pujian Nabi dan istrinya yang shaleh,
Khadijah sepanjang hidupnya. Setelah diangkat sebagai Nabi, Nabi berniat
membelinya. Beliau mengirim seseorang menghaadap Abu Lahab untuk mengadakan
transaksi, namun Abu Lahab menolak menjualnya, bagaimanapun Suwaibah menerima
bantuan dari Nabi sepanjang hidupnya. Sekembalinya Nabi dari perang Khaibar,
berita kematian Suwaibah sampai kepada beliau. Tanda kesedihan terlihat di
wajahnya. Beliau mencari putra Suwaibah, dengan maksud memberi bantuan. Tapi
beliau diberi tahu bahwa anak Suwaibah sudah meninggal lebih dahulu.
Sudah menjadi satu kebiasaan di Mekkah, bahwa anak yang baru lahir diasuh
dan disusui oleh wanita dewasa dengan maksud agar ia bisa tumbuh dalam
pergaulan masyarakat yang baik dan udara yang lebih bersih. Saat Muhammad
lahir, ibu-ibu dari desa Sa’ad datang ke Mekkah menghubungi keluarga-keluarga
yang ingin menyusui anaknya. Desa Sa’ad terletak + 60 km dari Mekkah,
dekat kota Ta’if, suatu wilayah pegunungan yang sangat baik udaranya. Di antara
ibu-ibu tersebut terdapat seorang wanita bernama Halimah binti Abu Du’aib as
Sa’diyah. Keluarga Halimah tergolong miskin, karena itu ia sempat merasa ragu
untuk mengasuh Nabi Muhammad karena keluarga Aminah sendiri juga tidak terlalu
kaya. Akan tetapi entah mengapa Muhammad yang masih bayi sangat menawan hati
Halimah, sehingga akhirnya Halimah pun mengambil Muhammad sebagai anak asuhnya.
Jadilah Halimah sebagai ibu susunya Muhammad yang kedua.
Ternyata kehadiran Muhammad membawa berkah bagi keluarga Halimah.
Dikisahkan bahwa kambing peliharaan Haris, suami Halimah, menjadi gemuk dan
menghasilkan susu lebih banyak dari biasanya. Rumput tempat menggembala kambing
juga tumbuh subur. Kehidupan keluarga Halimah yang semula suram berubah menjadi
bahagia dan penuh kedamaian. Mereka yakin bahwa bayi dari Mekkah yang diasuh
itulah yang membawa berkah bagi kehidupan mereka.
Sejak kecil Muhammad telah memperlihatkan keistimewaan yang sangat luar
biasa. Usia 5 bulan, Nabi sudah pandai berjalan, dan di usia 9 bulan ia sudah
bisa berbicara. Pada usia 2 tahun, nabi sudah bisa dilepas bersama anak-anak
Halimah yang lain untuk menggembala kambing. Saat itulah ia berhenti menyusu
dan karenanya harus dikembalikan lagi pada ibunya. Dengan berat hati Halimah
terpaksa mengembalikan anak asuhnya yang telah membawa berkah itu, sementara
Aminah sangat senang melihat anaknya kembali dalam keadaan sehat dan segar.
Namun tak lama setelah itu, Muhammad kembali diasuh oleh Halimah karena adanya
wabah penyakit kolera di kota Mekkah waktu itu.
Dalam masa asuhannya kali ini, Halimah dan anak-anaknya sering menemukan
keajaiban di sekitar diri Muhammad. Anak-anak Halimah sering mendengar suara
yang memberi salam kepada Muhammad: “Assalamu
‘Alaika ya Muhammad”, padahal mereka
tidak melihat ada orang
disana. Dalam kesempatan lain, Dimrah, anak Halimah, berlari-lari sambil
menangis dan mengadukan bahwa ada dua orang bertubuh besar-besar dan berpakaian
putih menangkap Muhammad. Halimah bergegas menyusul Muhammad. Saat ditanyai,
Muhammad menjawab : “Ada 2 malaikat turun dari langit. Mereka memberikan
salam kepadaku, membaringkanku, membuka bajuku, membelah dadaku, membasuhnya
dengan air yang mereka bawa, lalu menutup kembali dadaku tanpa aku merasa
sakit.” Halimah sangat gembira mendengar keajaiban pada diri Nabi Muhammad
saw, namun karena kondisi ekonomi keluarganya yang semakin melemah, ia terpaksa
mengembalikan Nabi kepada Aminah, yang saat itu berusia 4 tahun.
Pada saat Nabi Muhammad berusia 6 tahun, ibunya Aminah binti Wahab
mengajaknya ke Yatsrib (Madinah) untuk
mengunjungi keluarganya dan mengunjungi makam ayahnya bersama Ummu Aiman (budak
suruhan perempuan keluarganya). Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh
sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa’ (tidak jauh dari
Yatsrib), dan dikuburkan disana. Muhammad dibawa pulang ke Mekkah oleh
Umm Aiman dengan perasaan yang sangat sedih. Maka jadilah Muhammad sebagai
seorang anak yatim piatu.
Setelah ibunya meninggal, Nabi dijaga oleh kakeknya, ‘Abdul Muttalib. Kegembiraannya
bersama datuk baginda tidak bertahan lama. Ketika baginda berusia lapan tahun,
datuk baginda pula meninggal dunia. Kematian Abdul Mutallib menjadi satu
kehilangan besar buat Bani Hasyim. Dia mempunyai keteguhan hati, berwibawa,
pandangan yang bernas, terhormat dan berpengaruh dikalangan orang Arab. Dia selalu
menyediakan makanan dan minuman kepada para tetamu yang berziarah dan membantu
penduduk Makkah yang dalam kesusahan.
Setelah kakeknya meninggal, Abu Tholib mengambil alih tugas bapanya untuk menjaga anak
saudaranya Muhammad. Walaupun Abu Tholib kurang mampu
berbanding saudaranya yang lain, namun dia mempunyai perasaan yang paling halus
dan terhormat di kalangan orang-orang Quraisy. Abu Tholib menyayangi Muhammad seperti dia menyayangi anak-anaknya
sendiri. Dia juga tertarik dengan budi pekerti Muhammad yang mulia.
Selama masa remaja dan dewasanya, tanda-tanda kekuatan, keberanian,
ketegaran dan keperkasaannya terlihat di dahi putra Quraisy yang istimewa ini.
Ketika berusia 15 tahun, beliau ikut serta dalam perang Fujjar. Tugasnya
menangkis panah yang diarahkan kepada paman-pamannya. Keikutsertaan dalam
perang di usia muda ini menjelaskan keberanian Nabi yang tiada bandingan. Maka,
kita pun mengerti mengapa Ali, orang terberani di antara yang paling berani,
berkata : “Kapan saja kami (laskar muslim) menghadapi perlawanan sengit di
medan pertempuran, kami berlindung pada Rasulullah, sementara tak seorang pun
yang lebih dekat dengan musuh ketimbang beliau sendiri.” (Djabbar, 1992)
Sudah hari itu, kaum Quraisy dan sekutunya sering keluar dari wilayah Haram
dan bertempur melawan musuhnya. Nabi juga ikut serta bersama para pamannya
selama beberapa hari. kejadian ini berlangsung selama 4 tahun. Perang berakhir
dengan membayar uang darah kepada suku Hawazan yang lebih banyak kehilangan
nyawa ketimbang Quraisy.
Nabi Muhammad saw ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke Syiria
(Syam) dalam usia baru 12 tahun. Kafilah itu dipimpin oleh Abu Tholib. Dalam
perjalanan ini, di Basroh sebelah selatan Syiria, ia bertemu dengan pendeta
Kristen bernama Buhairoh. Pendeta itu melihat tanda-tanda kenabian pada
Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber
menceritakan bahwa pendeta itu menasehati Abu Tholib agar jangan terlalu jauh
memasuki daerah Syiria. Sebab dikhawatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahui
tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya. Abu Tholib mengikut nasihat rahib tersebut dan dia tidaak banyak
membawa harta dari perjalanan tersebut. Dia pulang segera ke Makkah dan
mengasuh anak-anaknya yang ramai. Muhammad juga telah menjadi sebahagian dari
keluarganya.
Baginda juga
diberi tugas sebagai pengembala kambing. Baginda mengembala kambing keluarganya
dan kambing penduduk Makkah. Baginda selalu berfikir dan merenung tentang
kejadian alam semasa menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu baginda jauh dari
segala pemikiran manusia nafsu manusia duniawi. Baginda terhindar daripada
perbuatan yang sia-sia, sesuai dengan gelaran yang diberikan iaitu “Al-Amin”.
Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad saw berangkat ke Syiria membawa barang
dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, yaitu Khadijah.
Dalam perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah akhirnya
melamar Muhammad. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan.
Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.
Dalam perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah wanita pertama yang masuk Islam
dan banyak membantu Nabi dalam perjuangan menyebarkan Islam. Pada perkawinan
yang bahagia dan saling mencintai itu, beliau dikaruniai enam orang anak yakni
Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kulsum, dan Fatimah. Kedua puteranya
meninggal waktu kecil. Nabi Muhammad saw tidak kawin lagi sampai Khadijah
meninggal ketika berusia 50 tahun.
Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi pada
saat usianya 35 tahun. Waktu itu bangunan Ka’bah rusak berat. Perbaikan Ka’bah
dilakukan secara gotong royong. Para penduduk Mekkah membantu pekerjaan itu
dengan sukarela. Tetapi pada saat terakhir, ketika pekerjaan tinggal mengangkat
dan meletakkan Hajar Aswad di tempatnya semula, timbul perselisihan. Setiap
suku merasa berhak dan terhormat melakukan tugas terakhir itu. Perselisihan
semakin memuncak, namun akhirnya para pemimpin Quraisy sepakat bahwa orang yang
pertama masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa akan dijadikan hakim untuk
memutuskan perkara ini. Ternyata orang pertama yang masuk itu adalah Muhammad.
Ia pun dipercaya menjadi hakim. Ia lantas membentangkan kain dan meletakkan
Hajar Aswad di tengah-tengah, lalu meminta seluruh kepala suku memegang tepi
kain itu dan mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian
tertentu, Muhammad meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian,
perselisihan dapat diselesaikan dengan bijaksana, dan semua kepala suku merasa
puas dengan cara penyelesaian seperti itu.
Menjelang usianya yang keempat puluh, beliau terbiasa memisahkan diri dari
keramaian masyarakat, pergi ke gua Hira, beberapa kilo meter di utara Mekkah.
Disana Muhammad bertafakkur. Ketika itu, baginda berada di Gua Hira’
dan sentiasa merenung dalam kesunyian, memikirkan nasib umat manusia pada zaman
itu. Sampai pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Malaikat
Jibril muncul di hadapan beliau, menyampaikan wahyu yang pertama yakni surah
Al-Alaq ayat 1-5. Rasulullah pulang dengan penuh rasa gementar lalu
diselimuti oleh Khadijah yang cuba menenangkan baginda. Apabila semangat
baginda mulai pulih, diceritakan kepada Khadijah tentang kejadian yang telah
berlaku.
Dengan turunnya wahyu pertama ini, berarti Muhammad telah dipilih Tuhan
sebagai Nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru
manusia kepada suatu agama.
Setelah wahyu pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa
lama, sementara Nabi Muhammad saw menantikannya dan selalu datang ke gua Hira.
Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu
itu adalah surah Al-Muddatstsir : 1-7. Dengan turun perintah itu, mulailah
Rasulullah berdakwah. Pertama-tama beliau melakukan secara diam-diam di keluarga
dan kalangan rekan-rekannya. Karena itulah,orang yang pertama kali menerima
dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Mula-mula istrinya Khadijah,
kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang berumur 10 tahun. Kemudian
Abu Bakar, sahabat karibnya sejak kanak-kanak. Lalu Zaid, bekas budak yang
telah menjadi anak angkatnya. Serta Ummu Aiman, pengasuh Nabi. Sebagai seorang
pedagang yang sangat berpengaruh, Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa
orang teman dekatnya seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin
‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka dibawa Abu
Bakar langsung kepada Nabi dan masuk Islam di hadapan Nabi sendiri. Dengan
dakwah secara diam-diam ini, belasan orang telah masuk Islam di hadapan Nabi
sendiri.
Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual,
turunlah perintah agar Nabi berdakwah secara terbuka. Mula-mula ia mengundang
dan menyeru kerabat karibnya dari Bani Muthalib. Ia mengatakan kepada mereka, “Saya
tidak melihat seorangpun di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke
tengah-tengah mereka lebih baik, dari apa yang saya bawa kepada kalian. Ku bawakan
kepadamu dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan memerintahkan saya mengajak
kalian semua. Siapakah di antara kalian yang mau mendukung saya Dalam hal ini
?” Mereka semua menolak kecuali Ali. Langkah dakwah seterusnya yang diambil
Muhammad adalah menyeru masyarakat umum. Nabi mulai menyeru segenap lapisan
masyarakat kepada Islam dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun
hamba sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk Mekkah, kemudian penduduk negeri
lain. Di samping itu, ia juga menyeru orang yang datang ke Mekkah. Kegiatan
dakwah dijalankannya tanpa mengenal lelah. Dengan usahanya yang gigih, hasil
yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah pengikut Nabi makin hari makin
bertambah. Mereka terdiri dari kaum wanita, budak pekerja dan orang-orang tak
punya. Meski terdiri dari orang-orang yang lemah, namun semangat mereka sungguh
membaja.
Setelah dakwah terang-terangan itu dilakukan, pemimpin Quraisy mulai
berusaha menghalangi dakwah Rasul. Semakin bertambahnya jumlah pengikut Nabi,
semakin keras tantangan yang dilancarkan kaum Quraisy. Menurut Ahmad
Syalabi, ada lima factor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam
yaitu :
1. Mereka tidak dapat
membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada
seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.
2.
Nabi Muhammad saw menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba
sahaya. Hal ini tidak
disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy.
3. Para pemimpin Quraisy
tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di
akhirat.
4. Taklid kepada nenek moyang
adalah kebiasaan yang berurat dan berakar pada bangsa Arab.
5.
Pemahat dan penjual patung memandang Islam
sebagai penghalang rezeki.
Banyak cara yang ditempuh para pemimpin
Quraisyuntuk mencegah dakwah Nabi Muhammad saw. Pertama-tama mereka mengira bahwa kekuatan Nabi terletak pada perlindungan
dan pembelaan Abu Thalib yang amat disegani. Karena itu, mereka menyusun siasat
bagaimana melepaskan hubungan Nabi dengan Abu Thalib sambil mengancam dengan
mengatakan : “Kami minta anda memilih satu di antara dua yaitu memerintahkan
Muhammad berhenti dari dakwahnya atau anda menyerahkannya kepada kami. Dengan
demikian, anda akan terhindar dari kesulitan yang tidak diinginkan”.
Nampaknya Abu Thalib cukup terpengaruh dengan ancaman tersebut sehingga ia
mengharapkan Muhammad menghentikan dakwahnya. Namun Nabi menolak, dengan
mengatakan : “Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah
ini, walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak saudara akan mengucilkan saya”.
Abu Thalib sangat terharu mendengar jawaban kemenakannya itu, kemudian berkata
: “Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu”.
Merasa gagal dengan cara ini, kaum Quraisy kemudian mengutus Walid bin Mughirah dengan
membawa Umarah ibn Walid, seorang pemuda yang gagah dan tampan, untuk
dipertukarkan dengan Nabi Muhammad saw. Walid bin Mughirah berkata kepada Abu
Thalib : “Ambillah dia menjadi anak saudara, tetapi serahkan Muhammad kepada
kami untuk kami
bunuh”. Usul ini langsung di tolak keras oleh Abu Thalib.
Untuk kali berikutnya mereka langsung kepada Nabi Muhammad saw. mereka mengutus
Utbah ibn Rabiah, seorang ahli retorika untuk membujuk Nabi. Mereka menawarkan
tahta, wanita dan harta asal Nabi bersedia menghentikan dakwahnya. Semua
tawaran itu ditolak Muhammad dengan mengatakan : “Demi Allah swt, biarpun
matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti
melakukan ini, hingga agama ini menang atau aku binasa karenanya”. Setelah
cara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan kaum Quraisy gagal, tindakan
kekerasan fisik yang sebelumnya dilakukan, kini semakin ditingkatkan. Tindakan
kekerasan itu lebih intensif dilaksanakan setelah mereka mengetahui bahwa di
lingkungan rumah tangga mereka sendiri sudah adaa yang masuk Islam. Budak-budak
itu disiksa tuannya dengan sangat kejam. Para pemimpin Quraisy juga
mengharuskan setiap keluarga untuk menyiksa anggota keluarganya yang masuk
Islam sampai kembali murtad.
Rasulullah amat
sedih melihat tingkah laku manusia ketika itu terutama kaum Quraisy kerana
baginda tahu akan akibat yang akan diterima oleh mereka nanti. Kesedihan itu
makin bertambah apabila isteri kesayangannya wafat pada tahun sepuluh
kenabiaannya. Isteri bagindalah yang tidak pernah jemu membantu menyebarkan
Islam dan mengorbankan jiwa serta hartanya untuk Islam. Dia juga tidak jemu
menghiburkan Rasulullah di saat baginda dirundung kesedihan.
Pada tahun itu
juga paman Nabi, Abu Talib yang mengasuhnya sejak kecil juga meninggal dunia.
Maka bertambahlah kesedihan yang dirasai oleh Rasulullah kerana kehilangan
orang-orang yang amat disayangi oleh baginda.
Untuk menghibur
Nabi yang sedang ditimpa duka, Allah swt mengisra dan memi’rajkan beliau pada
tahun kesepuluh kenabian itu. Berita tentang isra mi’raj ini menggemparkan
masyarakat Mekkah. Bagi orang kafir ini merupakan propaganda untuk mendustakan
Nabi. Sedangkan bagi orang yang beriman,
ini merupakan ujian keimanan.
B.
SEJARAH ISRA’ MI’RAJ NABI
MUHAMMAD SAW
Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail
dekat Ka’bah al Musyarrofah. Saat itu beliau berbaring di antara paman beliau,
Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib. Tiba-tiba
Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa beliau ke
arah sumur zamzam, setibanya disana kemudian mereka merebahkan tubuh Rasulullah
untuk dibelah dada beliau oleh Jibril as. Dalam riwayat lain disebutkan suatu
malam terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian turun Jibril as, lalu Jibril
membelah dada beliau yang mulia sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril
berkata kepada Mikail: “Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar
aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya”. Dan perlu diketahui bahwa
penyucian ini bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah
diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulia. Hal ini tidak
lain untuk menambah kebersihan di atas kebersihan, kesucian di atas kesucian,
dan untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan
suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk
berjumpa dengan Allah swt. Kemudian Jibril as mengeluarkan hati beliau yang
mulia lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan emas dipenuhi
hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah
hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada Allah,
lalu ditutup kembali oleh Jibril as. Setelah itu disiapkan untuk Baginda
Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan pelana dan kendalinya, binatang ini
berwarna putih, lebih besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan
telapak kakinya sejauh pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun
dia mengangkat kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi
pahanya untuk membantu kecepatannya. Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad
merasa kesulitan, maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata: “Wahai
buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada Makhluk Allah yang
menaikimu yang lebih mulya daripada dia (Rasulullah)”. Mendengar ini buroq
merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat, setelah tenang, naiklah
Rasulullah ke atas punggungnya, dan sebelum beliau banyak Anbiya’ yang menaiki
buroq ini. Dalam perjalanan, Jibril menemani di sebelah kanan beliau, sedangkan
Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu Sa‟ad, Jibril memegang sanggurdi
pelana buroq, sedang Mikail memegang tali kendali. Mereka terus melaju,
mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan
RahmatNya. Di tengah perjalanan mereka berhenti di suatu tempat yang dipenuhi
pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata: “Turunlah disini dan sholatlah”,
setelah Beliau sholat, Jibril berkata: “Tahukah anda di mana Anda sholat?”.
“Tidak”, jawab beliau, Jibril berkata: “Anda telah sholat di Thoybah
(Nama lain dari Madinah) dan kesana anda akan berhijrah”. Kemudian buroq
berangkat kembali melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan
kakinya sejauh pandangan matanya, tiba-tiba Jibril berseru: “berhentilah dan
turunlah anda serta sholatlah di tempat ini!”, Setelah sholat dan kembali
ke atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa beliau sholat di Madyan, di sisi
pohon dimana dahulu Musa bernaung dibawahnya dan beristirahat saat
dikejar-kejar tentara Fir’aun. Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad turun
di Thur Sina, sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan
Allah SWT, beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu
daerah yang tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat
disana. Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: “Anda
telah sholat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa
bin Maryam”.
Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba beliau melihat
Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan semburan api, setiap Nabi
menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril berkata: “Tidakkah aku
ajarkan kepada anda beberapa kalimat, jika anda baca maka akan memadamkan
apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia binasa?” Kemudian Jibril as memberitahukan
doa tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan
sampai akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang menanam benih pada hari itu dan
langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen kembali
seperti awalnya dan begitu seterusnya, melihat keanehan ini Beliau saw bertanya:
“Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”, Jibril menjawab: “mereka adalah
para Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah, kebaikan
mereka dilipatgandakan sampai 700 kali”. Kemudian beberapa saat kemudian
beliau mencium bau wangi semerbak, beliau bertanya: “Wahai Jibril bau wangi
apakah ini?”, “Ini adalah wanginya Masyithoh, wanita yang menyisir anak
Firaun, dan anak-anaknya”, jawab Jibril as.
Kemudian di tengah perjalanan, beliau juga bertemu dengan
sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke kepala mereka sendiri sampai
hancur, setiap kali hancur, kepala yang remuk itu kembali lagi seperti semula
dan begitu seterusnya. Jibril menjelaskan bahwa mereka adalah manusia yang
merasa berat untuk melaksanakan kewajiban sholat. Kemudian beliau juga bertemu
sekelompok kaum, di hadapan mereka ada daging yang baik yang sudah masak,
sementara di sisi lain ada daging yang mentah lagi busuk, tapi ternyata mereka
lebih memilih untk menyantap daging yang mentah lagi busuk, ketika Rasulullah
menanyakan perihal ini, Jibril menjawab: “Mereka adalah manusia yang sudah
mempunyai isteri yang halal untuknya, tapi dia justru berzina (berselingkuh)
dengan wanita yang jelek (hina), dan begitu pula mereka adalah para wanita yang
mempunyai suami yang halal baginya tapi justru dia mengajak laki-laki lain
untuk berzina dengannya”. Ketika beliau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba
seseorang memanggil beliau dari arah kanan: “Wahai Muhammad, aku meminta
kepadamu agar kamu melihat aku”, tapi Rasulullah tidak memperdulikannya.
Kemudian Jibril menjelaskan bahwa itu adalah panggilan
Yahudi, seandainya beliau menjawab panggilan itu maka umat beliau akan menjadi
Yahudi. Begitu pula beliau mendapat seruan serupa dari sebelah kirinya, yang
tidak lain adalah panggilan nashrani, namun Nabi tidak menjawabnya.
Walhamdulillah. Kemudian tiba-tiba muncul di hadapan beliau seorang wanita
dengan segala perhiasan di tangannya dan seluruh tubuhnya, dia berkata: “Wahai
Muhammad lihatlah kepadaku”, tapi Rasulullah tidak menoleh kepadanya,
Jibril berkata: “Wahai Nabi itu adalah dunia, seandainya anda menjawab
panggilannya maka umatmu akan lebih memilih dunia daripada akhirat”.
Demikianlah perjalanan ditempuh oleh beliau SAW dengan
ditemani Jibril dan Mikail, begitu banyak keajaiban dan hikmah yang beliau
temui dalam perjalanan itu sampai akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis
(Masjid al Aqsho). Beliau turun dari Buraq lalu mengikatnya pada salah satu
sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya Para Nabi mengikat buraq di
sana. Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril as, masing-masing
sholat dua rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba masjid sudah penuh dengan
sekelompok manusia, ternyata mereka adalah para Nabi yang diutus oleh Allah swt.
Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas mereka berdiri bershof-shof
menunggu siapakah yang akan mengimami mereka, kemudian Jibril as memegang
tangan Rasulullah saw lalu menyuruh beliau untuk maju, kemudian mereka semua
sholat dua rakaat dengan Rasulullah sebagai imam. Beliaulah Imam (Pemimpin)
para Anbiya’ dan Mursalin.
Setelah itu Rasulullah SAW merasa haus, lalu Jibril
membawa dua wadah berisi khamar dan susu, Rasulullah memilih wadah berisi susu
lantas meminumnya, Jibril berkata: “Sungguh anda telah memilih kefitrahan
yaitu al Islam, jika anda memilih khamar niscaya umat anda akan menyimpang dan
sedikit yang mengikuti syariat anda”.
Setelah melakukan Isra’ dari Makkah al Mukarromah sampai
ke Masjid al Aqsha, Baitul Maqdis, kemudian beliau disertai malaikat Jibril as siap
untuk melakukan Mi’raj yakni naik menembus berlapisnya langit ciptaan Allah
yang Maha Perkasa. Sampai akhirnya beliau berjumpa dan berbicara dengan Allah,
yang intinya adalah beliau dan umat ini mendapat perintah sholat lima waktu.
Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi umat ini, di mana
Allah swt memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk memberikan dan menentukan
perintah ibadah yang sangat mulia ini. Cukup kiranya hal ini sebagai kemuliaan
ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya diperintah hanya dengan turunnya wahyu
kepada beliau, namun tidak dengan ibadah sholat, Allah memanggil Hamba yang
paling dicintainya yakni Nabi Muhammad saw ke hadirat Nya untuk menerima
perintah ini.
Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu langit
dunia (langit pertama), ternyata disana berdiri malaikat yang bernama Ismail,
malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan tidak pernah pula turun ke
bumi kecuali disaat meninggalnya Rasulullah saw, dia memimpin 70 ribu tentara
dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini membawahi 70 ribu malaikat pula.
Jibril meminta izin agar pintu langit pertama di buka, maka malaikat yang
menjaga bertanya: “Siapakah ini?” Jibril menjawab: “Aku Jibril.”
Malaikat itu bertanya lagi: “Siapakah yang bersamamu?” Jibril menjawab: “Muhammad
saw.” Malaikat bertanya lagi: “Apakah beliau telah diutus (diperintah)?”
Jibril menjawab: “Benar”. Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah
malaikat yang bermukim disana menyambut dan memuji beliau dengan berkata: “Selamat
datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan pemimpin, andalah
sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya makhluk yang datang”.
Maka dibukalah pintu langit dunia ini.
Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi Adam dengan
bentuk dan postur sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya. Nabi saw
bersalam kepadanya, Nabi Adam menjawab salam beliau seraya berkata: “Selamat
datang wahai anakku yang sholeh dan nabi yang sholeh”. Di kedua sisi Nabi
Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah kanannya, beliau tersenyum dan
berseri-seri, tapi jika memandang kelompok di sebelah kirinya, beliau menangis
dan bersedih. Kemudian Jibril as menjelaskan kepada Rasulullah, bahwa kelompok
di sebelah kanan Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal menjadi penghuni
surga sedang yang di kirinya adalah calon penghuni neraka.
Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya di langit
pertama ini, tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada kelompok manusia yang
dihidangkan daging panggang dan lezat di hadapannya, tapi mereka lebih memilih
untuk menyantap bangkai disekitarnya. Ternyata mereka adalah manusia yang suka
berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka dan mendatangi yang haram.
Kemudian beliau berjalan sejenak, dan tampak di hadapan beliau suatu kaum
dengan perut membesar seperti rumah yang penuh dengan ular-ular, dan isi perut
mereka ini dapat dilihat dari luar, sehingga mereka sendiri tidak mampu membawa
perutnya yang besar itu. Mereka adalah manusia yang suka memakan riba. Disana
beliau juga menemui suatu kaum, daging mereka dipotong-potong lalu dipaksa agar
memakannya, lalu dikatakan kepada mereka: “makanlah daging ini sebagaimana
kamu memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah”.
Kemudian beliau naik ke langit kedua, seperti sebelumnya
malaikat penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit pertama. Akhirnya
disambut kedatangan beliau saw dan Jibril as seperti sambutan sebelumnya. Di
langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya,
keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya. Masing-masing duduk bersama
umatnya. Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia berpostur sedang, putih kemerah-merahan
warna kulitnya, rambutnya lepas terurai seakan-akan baru keluar dari hammam,
karena kebersihan tubuhnya. Nabi menyerupakannya dengan sahabat beliau “Urwah
bin Mas‟ud ats Tsaqafi. Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam beliau
disertai sambutan: “Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang
sholeh”.
Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan ke langit
ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi
Yusuf bin Ya‟kub. Beliau bersalam kepadanya dan dibalas dengan salam yang sama
seperti salamnya Nabi Isa. Nabi berkomentar: “Sungguh dia telah diberikan
separuh ketampanan”. Dalam riwayat lain, beliau bersabda: “Dialah paling
indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan manusia
lain ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang”.
Ketika tiba di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris
as. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama seperti Nabi-Nabi
sebelumnya. Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun bin ‘Imran as, separuh
janggutnya hitam dan seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Di
sekitar Nabi Harun tampak umatnya sedang khusyu’ mendengarkan petuahnya.
Setelah sampai di langit keenam, beliau berjumpa beberapa nabi dengan umat
mereka masing-masing, ada seorang nabi dengan umat tidak lebih dari 10 orang,
ada lagi dengan umat di atas itu, bahkan ada lagi seorang nabi yang tidak ada
pengikutnya. Kemudian beliau melewati sekelompok umat yang sangat banyak
menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan kaumnya. Kemudian beliau
diperintah agar mengangkat kepala beliau yang mulia, tiba-tiba beliau tertegun
dan kagum karena pandangan beliau tertuju pada sekelompok umat yang sangat
banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi, lalu ada suara: “Itulah
umatmu, dan selain mereka terdapat 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab”.
Pada tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang
nabi dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan kulit beliau. Nabi saw
bersalam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu
Nabi Musa berkata:
“Manusia mengaku bahwa aku
adalah paling mulianya manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah saw)
lebih mulia di sisi Allah daripada aku”. Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau menangis.
Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab: “Aku menangis karena
seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih banyak masuk
surga daripada umatku”.
Kemudian Rasulullah saw memasuki langit ketujuh, di sana
beliau berjumpa Nabi Ibrahim as sedang duduk di atas kursi dari emas di sisi
pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur, di sekitarnya
berkumpul umatnya. Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab dengan salam dan doa
serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan: “Perintahkanlah umatmu
untuk banyak menanam tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat
luas”. Rasulullah bertanya: “Apakah tanaman surga itu?”, Nabi
Ibrahim menjawab: “(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil “aliyyil
“adziim”. Dalam riwayat lain beliau berkata: “Sampaikan salamku kepada
umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah tanahnya,
tawar airnya dan tanaman surgawi adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa
ilaaha illallah wallahu akbar”.
Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke Sidratul Muntaha,
sebuah pohon amat besar sehingga seorang penunggang kuda yang cepat tidak akan
mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun memakan waktu 70 tahun.
Dari bawahnya memancar sungai air yang tidak berubah bau, rasa dan warnanya,
sungai susu yang putih bersih serta sungai madu yang jernih. Penuh dengan
hiasan permata zamrud dan sebagainya sehingga tidak seorang pun mampu
melukiskan keindahannya. Kemudian beliau saw diangkat sampai akhirnya berada di
hadapan telaga Al Kautsar, telaga khusus milik beliau saw. Setelah itu beliau
memasuki surga dan melihat disana berbagai macam kenikmatan yang belum pernah
dipandang mata, di dengar telinga dan terlintas dalam hati setiap insan. Begitu
pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat Malik, malaikat
yang tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak kemurkaan di wajahnya. Dalam
satu riwayat, setelah beliau melihat surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya
beliau diangkat ke Sidratul Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan
beraneka warna, pada saat inilah Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah
berjalan seorang diri, karena Jibril tahu hanya beliaulah yang mampu untuk
melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah swt. Setelah berada di tempat yang
ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak seorang makhluk pun diizinkan berdiri
disana, tempat yang tidak seorang pun makhluk mampu mencapainya, beliau melihat-Nya
dengan mata beliau yang mulia. Saat itu langsung beliau bersujud di hadapan
Allah swt. Allah berfirman: “Wahai Muhammad”. “Labbaik wahai Rabbku”,
sabda beliau. “Mintalah sesuka hatimu”, firman Nya. Nabi bersabda: “Ya
Allah, Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kawan dekat), Engkau
mengajak bicara Musa, Engkau berikan Dawud kerajaan dan kekuasaan yang besar,
Engkau berikan Sulaiman kerajaan agung lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia
dan syaitan serta angin, Engkau ajarkan Isa at Taurat
dan Injil dan Engkau
jadikan dia dapat mengobati orang yang buta dan belang serta menghidupkan orang
mati”. Kemudian Allah
berfirman: “Sungguh Aku telah menjadikanmu sebagai kekasihKu”.
Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan dari sahabat Anas
bin Malik, bahwa rasulullah bersabda: “… kemudian Allah mewajibkan kepadaku
(dan umat) 50 sholat sehari semalam, lalu aku turun kepada Musa (di langit ke
enam), lalu dia bertanya: “Apa yang telah Allah wajibkan kepada umat anda?” Aku
menjawab: “50 sholat”, Musa berkata: “kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah
keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya”, Maka aku kembali
kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5 sholat (jadi 45
sholat), lalu aku turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata: “Sungguh umatmu
tidak akan mampu melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada
Allah”. Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali
kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya Allah berfirman: “Wahai Muhammad,
itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap satu sholat seperti
dilipatgandakan menjadi 10, maka jadilah 50 sholat”. Maka aku beritahukan hal
ini kepada Musa, namun tetap dia berkata: “Kembalilah kepada Rabbmu agar minta
keringanan”, Maka aku katakan kepadanya: “Aku telah berkali-kali kembali
kepadaNya sampai aku malu kepadaNYa”.
Setelah beliau menerima perintah ini, maka beliau turun
sampai akhirnya menaiki buraq kembali ke kota Makkah al Mukarromah, sedang saat
itu masih belum tiba fajar. Pagi harinya beliau memberitahukan mukjizat yang
agung ini kepada umatnya, maka sebagian besar diantara mereka mendustakan
bahkan mengatakan nabi telah gila dan tukang sihir, saat itu pertama umat yang
membenarkan dan mempercayai beliau adalah Sayyiduna Abu Bakar, maka pantaslah
beliau bergelar As Shiddiq, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tadinya
beriman, kembali murtad keluar dari syariat. Sungguh keimanan itu intinya
adalah membenarkan dan percaya serta pasrah terhadap semua yang dibawa dan
diberitakan Nabi Muhammad saw, sebab beliau tidak mungkin berbohong apalagi
berkhianat dalam Risalah dan Dakwah beliau. Beliaulah Nabi yang mendapat gelar
Al Amiin (dipercaya), Ash Shoodiq (selalu jujur) dan Al Mashduuq (yang
dibenarkan segala ucapannya).
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Nabi Muhammad
saw merupakan penutup sekalian Nabi-Nabi dan utusan Allah swt kepada semua
manusia, supaya mereka menyembah kepada Allah swt semata dan tidak
menyekutukan-Nya. Nabi Muhammad saw dilahirkan di Mekkah pada hari Senin,
tanggal 12 Rabiul Awwal. Ayah beliau meninggal sebelum beliau dilahirkan dan
dikubur di Madinah. Lalu ibunya yang mengasuh beliau. Sesudah ibunya, beliau
disusui oleh Suwaibah Al-Islamiyah dan Halimah As-Tsadiyah. Pada umur 6 tahun meninggallah
ibunya di Abwa’, lalu beliau dipelihara oleh UmmuAiman dan kakeknya. Padaa umur
8 tahun, meninggal pula kakeknya, lalu beliau ditanggung oleh pamannya yaitu
Abu Tholib. Ketika berumur 9 tahun,
Nabi berlayar bersama pamannya ke negeri Syam. Pada umur 25 tahun, Rasulullah
berlayar dengan membawa barang dagangan Siti Khadijah dan sesudah kembalinya 2
bulan, Nabi kawin dengan Khadijah. Pada
waktu itu, Khadijah berumur 40 tahun, sedang Nabi berumur 25 tahun. Ketika
berumur 35 tahun, beliau bersatu dengan kaum Quraisy dalam mendirikan Ka’bah
dan beliau memberi keputusan di antara mereka tentang peletakan Hajar Aswad.
Menjelang usia yang keempat puluh, beliau sering tafakkur di Gua Hira. Pada
tanggal 17 Ramadhan tahunn 611 M, Malaikat Jibril muncul dihadapannya
menyampaikan wahyu Allah swt yang pertama. Dengan adanya wahyu itu Nabi
Muhammad saw memulai dakwah, akan tetapi niat baik beliau mendapat hambatan
dari kaum Quraisy. Kaum Quraisy mulai menyakiti Rasulullah, tetapi Nabi
menghadapi mereka dengan tenang dan sabar.
Dapat disimpulkan bahwa
sebuah sikap yang sangat dalam dan luas makna serta akibatnya. Sabar menuntut
kita untuk tetap berpikir jernih. Semarah apapun, setersinggung apapun atau
bahkan sehebat apapun derita yang kita alami, jangan sampai akal pikir kita tak
mampu menjalani fungsinya dengan baik. Sabar memotong amarah agar kita masih
mampu berfikir. Karena bila akal kita tak bisa berfikir dengan baik dan jernih,
maka sudah bisa ditebak, kita akan hancur dan binasa sia-sia. Rasul tak ingin
umatnya harus menderita hanya karena tak mampu bersabar, tak bisa mengelola
emosi. Sesungguhnya, sabar melejitkan kecerdasan emosi manusia. Dan itulah yang
diajarkan Rasul pertama kali kepada manusia.
B.
SARAN – SARAN
1. Sebagai calon guru, kita
harus selalu sabar dan penuh kasih sayang dalam mendidik peserta didik. Sebab,
Nabi Muhammad Saw saja dapat selalu sabar walau tidak sedikit beban yang
ditanggung oleh Nabi dalam menyebarkan dakwah ajaran yang dibawanya dan tidak membuatnya
dendam kepada para kaum Quraisy.
2. Kita juga harus
mengajarkan tentang sejarah Nabi Muhammad saw,. jangan sampai karena zaman
begitu modern, peserta didik tidak mengenal akan Rasul-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Siraj Ad-Din. 2007. Muhammad. PT Ikrar Mandiri Abdi : Jakarta.
Amin, Samsul
Munir. 2006. Mukjizat Rasulullah SAW. Amzah : Jakarta.
Djabbar, Umar Abdul. 1992. Sejarah Nabi Muhammad. TokoKitab
Ahmad Nabhan : Surabaya.
http://hepuralto21.blogspot.com/2011/10/kelahiran-nabi-muhammad-saw-dan.html.
Suubhani,
Ja’far. 1996. Sejarah Nabi Muhmmad saw. Lentera : Jakarta.
Yatim, Badri.
1993. Sejarah Peradaban Islam. PT Raja Gravindo Persada :
Jakarta.
Mantul⭐👍
ReplyDelete