BAB I
PENDAHULUAN
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu Pengelolaan dan kelas.
Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah”kelola”, ditambah awalan “pe” dan
akhiran “an”. Istilah
lain dari pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya
dari Bahasa Inggris, yaitu management yang berarti ketatalaksanaan, tata
pimpinan, pengelolaan. (Djamarah 2006 : 175).
Manajemen kelas merupakan usaha
sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha
sadar itu mengarah pada penyiapan bahan ajar, penyiapan sarana dan alat peraga,
pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar
mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan
tujuan kurikuler dapat tercapai (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996)
Pengelolaan kelas bukanlah masalah
yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak
didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk
meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan anak
didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi.
Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan
dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179)
Manajemen atau
pengelolaan kelas dilakukan sebagai upaya untuk mengubah tingkah laku siswa
dalam kelas dari yang kurang baik menjadi baik. Oleh sebab itu, kita harus
mampu melakukan pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku agar tujuan
manajemen kelas dapat tercapai dengan baik.
Agar pendekatan
ini dapat berjalan dengan efektif, sebaiknya perlu dicatat beberapa kegiatan
yang dapat mengakibatkan kacaunya suasana dalam kelas, serta mencatat hal-hal
yang membuat siswa dapat menjaga suasana kelas tetap kondusif. Di samping itu,
kita juga perlu merangsang siswa agar dapat bertingkah laku positif di dalam
kelas dengan cara memberi pujian atau ucapan terima kasih selama mereka menjaga
sikap disiplin dalam kelas. Kebiasaan ini akan menimbulkan perasaan senang
dalam diri siswa, sehingga mereka akan terpacu untuk menjaga sikap-sikapnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENDEKATAN
PENGUBAHAN TINGKAH LAKU
Pendekatan
pengubahan tingkah laku didasarkan atas prinsip-prinsip psikologi behavioral. Prinsip
pokoknya ialah bahwa semua tingkah laku itu dipelajari, baik tingkah laku yang
disukai maupun tidak disukai. Para penganut pendekatan ini percaya bahwa
seorang siswa yang bertingkah laku menyimpang melakukan perbuatannya itu karena
satu atau dua alasan:
1.
Siswa telah mempelajari tingkah laku yang
menyimpang itu, atau
2.
Siswa itu belum mempelajari tingkah laku yang
sebaiknya.
Pendekatan
pengubahan tingkah laku dibangun atas dua anggapan dasar:
1.
Ada empat proses yang perlu diperhitungkan
dalam belajar bagi semua orang pada segala tingkatan umur dan dalam segala keadaan.
2.
Proses belajar itu sebagian atau seluruhnya
dipengaruhi (dikontrol) oleh kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan.
Dengan demikian, tugas pokok guru adalah menguasai dan menerapkan keempat
proses yang telah terbukti (bagi kaum behavioris) merupakan pengontrol tingkah
laku manusia, yaitu: penguatan positif, penghukuman, penghilangan dan penguatan
negatif.
Manajemen atau pengelolaan kelas dilakukan
sebagai upaya untuk mengubah tingkah laku siswa dalam kelas dari yang kurang
baik menjadi baik. Oleh sebab itu, kita harus mampu melakukan pendekatan
berdasarkan perubahan tingkah laku agar tujuan manajemen kelas dapat tercapai
dengan baik.
Agar pendekatan ini dapat berjalan dengan
efektif, sebaiknya kita perlu mencatat beberapa kegiatan yang dapat
mengakibatkan kacaunya suasana dalam kelas, sekaligus mencatat hal-hal yang
membuat siswa dapat menjaga suasana kelas tetap kondusif. Misalnya, selama ini
kita terbiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab bersama sehingga
suasana menjadi gaduh. Jika kebiasaan tersebut dapat mengurangi kedisiplinan
siswa, maka kita sebaiknya perlu mengganti kebiasaan tersebut dengan hal lain
yang dapat mengembalikan kedisiplinan mereka.
Di samping itu, kita juga perlu merangsang
siswa agar dapat bertingkah laku positif di dalam kelas dengan cara memberi
pujian atau ucapan terima kasih selama mereka bisa menjaga sikap disiplin dalam
kelas. Kebiasaan ini tentu akan menimbulkan perasaan senang dalam diri siswa,
sehingga mereka akan terus terpacu untuk menjaga sikap-sikapnya.
B.
EMPAT KATEGORI
DASAR DALAM PROSES BELAJAR
Para penganut
pemberian penguatan menekankan bahwa apabila seorang siswa menampilkan tingkah
laku tertentu, maka tingkah lakunya itu diikuti oleh akibat (konsekuensi)
tertentu. Ada empat kategori dasar yakni sebagai berikut :
1.
Pemberian
Ganjaran
Pemberian
ganjaran disebut penguatan positif dan pemberian hukuman disebut saja
penghukuman. Penghentian pemberian ganjaran disebut penghilangan (extinention)
atau penundaan (time out), tergantung pada keadaannya. Penghentian hukuman
disebut penguatan negatif. Frekuensi munculnya tingkah laku tertentu sejalan
dengan jenis mana yang mengikuti tingkah laku itu. Penguatan positif, yaitu
pemberian ganjaran setelah ditampilkannya tingkah laku yang dimaksud,
mengakibatkan ditingkatkannya frekuensi pemunculan tingkah laku yang dimaksud.
Tingkah laku yang memperoleh ganjaran itu diperbuat dan diulangi lagi di waktu
mendatang.
Contoh: Bambang
menulis laporan dengan rapi dan menyerahkannya kepada guru (tingkah laku
siswa). Guru memuji pekerjaan Bambang itu dan memberikan komentar bahwa laporan
Bambang yang ditulis dengan rapi lebih mudah dibaca dibandingkan dengan yang
ditulis secara tidak rapi (penguatan positif). Untuk laporan-laporan
berikutnya, Bambang terus memperhatikan kerapian laporan itu (frekuensi tingkah
laku yang dikuatkan itu meningkat).
2.
Pemberian
Hukuman
Penghukuman
menampilkan perangsang yang tidak diinginkan atau tidak disukai (yaitu hukuman)
setelah dilakukannya suatu perbuatan tertentu yang menyebabkan frekuensi
pemunculan tingkah laku itu menurun.
Contoh: Jamilus
menyerahkan kepada guru laporan yang kurang rapi (tingkah laku siswa). Guru
memahami Jamilus karena tidak memperhatikan kerapian laporan itu, mengatakan
bahwa laporan yang tidak rapi sukar dibaca dan menyuruh Jamilus menulis laporan
itu kembali (hukuman). Untuk laporan-laporan selanjutnya, Jamilus telah
memperhatikan kerapian laporan itu (frekuensi tingkah laku yang mendapatkan
hukuman itu menurun).
3.
Ganjaran Dihentikan
Penghilangan
adalah menahan (tidak lagi memberikan) ganjaran yang diharapkan akan diberikan
seperti yang sudah-sudah (menahan pemberian penguatan positif). Penghilangan
ini menghasilkan penurunan frekuensi tingkah laku yang semula mendapat
penguatan. Contoh: Susi yang laporan-laporan sebelumnya memperoleh pujian dari
guru, menyerahkan kepada guru laporan yang rapi (tingkah laku siswa yang
sebelumnya mendapat penguatan). Guru menerima laporan itu dan setelah dibaca
mengembalikan laporan itu tanpa komentar (menahan pemberian penguatan positif).
Untuk laporan-laporan berikutnya Susi menjadi kurang rapi (frekuensi tingkat
laku yang telah dikuatkan menurun).
Selain itu, penundaan
merupakan tindakan tidak jadi memberikan ganjaran atau mengecualian pemberian
ganjaran untuk siswa tertentu. Penundaan seperti ini menurunkan frekuensi
penguatan dan menurunkan frekuensi tingkah laku yang dimaksudkan itu. Contoh: Para
siswa di kelas Ibu Eti (guru Bahasa Inggris) yakin bahwa guru mereka itu akan
menyelenggarakan permainan kata-kata (word game) jika para siswa mengerjakan
tugas dan baik. Permainan seperti itu amat digemari oleh para siswa. Ternyata
siswa-siswa memang mengerjakan tugas dengan baik, kecuali Jayeng. Ibu Eti
mengatakan bahwa Jayeng tidak diperkenankan ikut serta dalam permainan itu dan
duduk sendiri terpisah dari kelompok-kelompoknya (mengecualikan pemberian
ganjaran untuk siswa tertentu). Selanjutnya, Jayeng mengerjakan tugas-tugas
dengan lebih baik (frekuensi tingkah laku laku menurun).
4.
Peniadaan
Hukuman
Penguatan
negatif adalah peniadaan perangsang yang mengenakkan atau tidak disukai (yaitu
hukuman) setelah ditampilkannya suatu tingkah laku yang mengakibatkan
menurunnya frekuensi tingkah laku yang dimaksud. Peniadaan hukuman itu
memperkuat tingkah laku yang ditampilkan dan meningkatkan kecenderungan
diulanginya tingkah laku tersebut.
Contoh: Jamilus adalah salah seorang siswa yang
harus menerus menyerahkan kepada guru laporan-laporan yang ditulis dengan tidak
rapi. Meskipun guru terus menerus menegur dan memarahinya, laporan-laporan
Jamilus itu tidak lebih baik. Pada suatu ketika Jamilus menyerahkan laporan
yang agak rapi. Guru menerima laporan Jamilus itu tanpa komentar dan tanpa
teguran atau marah yang selama ini ditempatkan kepadanya (peniadaan hukuman).
Selanjutnya, laporan-laporan Jamilus menjadi lebih rapi (frekuensi tingkah laku
meningkat).
C.
SITUASI DALAM
PEMBERIAN PENGUATAN
Tentang kapan
penguatan itu diberikan juga penting. Tingkah laku siswa yang dianggap baik dan
perlu diteruskan hendaknya diberi penguatan sesegera mungkin setelah tingkah
laku itu ditampilkan. Tingkah laku siswa yang tidak diinginkan dan perlu
dihentikan hendaklah diberi hukuman sesegera mungkin setelah tingkah laku itu
ditampilkan. Tingkah laku yang tidak segera diberi penguatan akan cenderung
melemah dan tingkah laku yang tidak segera diberi hukuman akan cenderung
berkembang (menguat). Dengan demikian, unsur waktu dalam pemberian penguatan
dan hukuman adalah penting. “Makin cepat makin baik” merupakan kata-kata yang
perlu diperhatikan bagi guru berkenaan dengan keefektifannya dalam mengelola
kelas.
Frekuensi
pemberian penguatan juga perlu diperhatikan. Penguatan terus menerus yaitu yang
diberikan setelah setiap kali tingkah laku yang dimaksudkan ditampilkan,
berakibat makin seringnya penampilan tingkah laku itu. Dengan demikian, jika
guru ingin memperkuat tingkah laku tertentu dari seorang siswa maka guru itu
hendaklah memberikan ganjaran pada setiap penampilan tingkah laku yang
dimaksud. Penguatan yang terus menerus itu terutama sekali efektif bagi
tahap-tahap awal penguasaan suatu tingkah laku khusus tertentu, dan sekali
tingkah laku itu sudah terbina pada diri siswa, penguatan berkala akan lebih
efektif. Ada dua macam penjadwalan dalam penguatan berkala, yaitu :
1.
Penjadwalan interval dilaksanakan apabila guru
memberikan penguatan kepada siswa setiap setelah jangka waktu tertentu. Misalnya,
guru memberikan penguatan setiap jam. Penjadwalan interval lebih efektif
diterapkan untuk mempertahankan agar tingkah laku yang dimaksudkan itu terus
menerus dapat berlangsung secara tetap
2.
Penjadwalan rasio dilaksanakan apabila guru
memberikan pengaturan kepada siswa setiap setelah siswa menampilkan sekian kali
tingkah laku yang dimaksud. Misalnya, guru memberikan penguatan setiap siswa
telah menampilkan empat kali tingkah laku yang dimaksud. Penjadwalan rasio
efektif untuk meningkatkan frekuensi penampilan tingkah laku.
BAB III
PENUTUP
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu
proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah
mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang
kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior
modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah
laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan
negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang
menjadi anggota kelasnya.
Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif
harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan
senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan
program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak
puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
Selain itu, mengabaikan
tingkah laku siswa yang tidak diinginkan dan menunjukkan persetujuan atas
tingkah laku yang diinginkan adalah amat efektif dalam menumbuhkan tidak
langkah yang baik bagi siswa-siswa di kelasnya.
Menunjukkan
persetujuan atas tingkah laku yang baik tampaknya merupakan kunci dari
pengelolaan kelas yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Bolla, John I; Joni, T.Raka dan Wardani, I.G.A.K. (Ed.). 1985. Keterampilan
Mengelola Kelas. Jakarta: Depdikbud. Ditjen. Dikti. Proyek Pengembangan
LPTK.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Buku II: Modul Pengelolaan Kelas.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.
Entang, M; Joni, T. Raka; Prayitno K. 1985. Pengelolaan Kelas.
Jakarta: Depdikbud. Ditjen. Dikti. Proyek Pengembangan LPTK. Good,
Prinsip-Prinsip
Manajemen Kelas
No comments:
Post a Comment