BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam perkembangan suatu negara tergantung
pada mutu suatu pendidikan, karna pendidikan merupakan salah satu penunjang
dalam perkembangan negara, dalam perkembangan modernisasi ini negara kita ingin
mencoba ikut berpartisipasi dalam mengembangkan pendidikan seperti
negara-negara maju khususnya.
Di negara-negara maju telah banyak mengalami
perubahan terutama dalam hal pendidikan, karana bagai mereka pendidikanlah yang
membentuk suatu negara itu akan berkembang pesat, seperti yang telah di katakan
oleh orang jerman pada waktu mereka kalah dalam berperang “pendidikan ku telah
mati” , bagaimana pendidikan tersebut bisa berkembang? salah satunya cara
mengembangkan pendidikan tersebut adalah mengembangkan dalam tubuh pendidikan
yaitu kurikulum, karana kurikulum yang di jadikan acuan dalam pendidikan.
Sebuah kurikulum tidak hanya sekedar instruksi
pembelajaran yang disusun oleh pemerintah untuk diterapkan di sekolah
masing-masing. Sinclair (2003) menegaskan bahwa kurikulum yang baik adalah yang
memberi keleluasaan bagi sekolah untuk mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan
khusus peserta didik sesuai tuntutan lingkungan masyarakatnya.
Kali ini penulis mencoba akan membahas tentang
pendidikan dalam perspektif kurikulum 2005, yang telah berkembang yaitu
kurikulum berbasis komptensi (KBK). . Menurut Kepala Pusat Kurikulum Badan
Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Dr.Siskandar, penerapan kurikulum
berbasis kompentensi itu sesuai dengan tuntutan perkembangan kondisi negara dan
sistem administrasi,pemerintahan.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian kurikulum
2. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
3.
Konsep dasar kurikulum berbasis kompetensi
(KBK)
4. KBK korelasinya dengan PAI.
5. Landasan KBK dan PAI
C.
TUJUAN PENULISAN
1. Penyusun ingin mengetahui
dan memaparkan mengenai Pegertian kurikulum
2. Penyusun ingin mengetahui
dan memaparkan mengenai Kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
3. Penyusun ingin mengetahui
dan memaparkan mengenai Konsep dasar kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
4. Penyusun ingin mengetahui
dan memaparkan mengenai KBK korelasinya dengan PAI
5. Penyusun ingin mengetahui
dan memaparkan mengenai Landasan KBK dan PAI
D.
MANFAAT
Setelah menyelesaikan pembuatan makalah ini, ada beberapa manfaat yang
dapat diambil oleh penyusun:
1. Adanya makalah ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran terhadap suatu ilmu.
2. Penyusunan makalah ini
dapat dikaji bersama dalam forum diskusi
3. Mencari solusi yang bijak
dalam menyelesaikan masalah yang timbul dalam forum diskusi
BAB II
PEMBAHASAN
Historis kurikulum pendidikan di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda,
Jepang sampai pada kemerdekaan indonesia hingga sekarang selalu ada perubahan
(revisi). Mengingat pertumbuhan dan perkembangan masyarakat secara individual
semakin berkembang dalam daya berpikirnya dan juga karena pengaruh perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberi penekanan pada sosial untuk lebih
maju dan berkompetitif (persaingan) baik dalam pendidikan, etos (jiwa,khas
suatu bangsa atau etika, tata sosila) kerja dan sebagainya dalam realitas masa
kini. Untuk itu perlu kiranya merevisi (pengembangan) kurikilum pendidikan yang
sudah ada dengan tidak merubah hakikat kurikulum tersebut, untuk direlevansikan
dengan zaman pendidikan saat ini.
A.
PENGERTIAN KURIKULUM
Menurut David Pratt mendefinikan kurikulum
yakni “sebagai seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat
pelatihan”.[1]
Kurikulum dalam perspektif penulis suatu
sistem perencanaan yang dipakai dalam pembelajaran secara terorganisasi yang
terdiri dari beberapa komponen yang saling mendukung dan membentuk satu kesatuan
yang tidak bisa dipisahkan.
Dalam pernyataan definisi yang telah penulis
sebutkan dalam perspektif penulis ada beberapa hal yang menjadi poin penting
yakni pada kata “membentuk satu kesatuan” maksud dari bacaan tersebut bahwa
didalam kurikulum ada beberapa komponen yang tidak dapat dipisahkan untuk
memcapai target dan tujuan dari kurikulum yang telah didesain untuk
direalisasikan. Komponen tersebut di antara rencana, tujuan, isi, organisasi,
strategi.
Rencana berisi proses pembelajaran. Tujuan
meliputi aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
diharapkan setelah mempelajari tiap bidang studi. Isi meliputi jenis bidang
studi yang dianjurkan dan isi program masing-masing bidang tersebut. Organisasi
merupakan kerangkan program pengajaran yang akan disampaikan pada siswa berupa
program pendidikan umum, akademis, keguruan, keterampilan. Strategi dapat
ditempuh dengan cara pengajaran, penilaian, bimbingan dan konseling, pengetesan
kegiatan.
B.
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
Kurikulum merupakan sebuah proses pembelajaran
yang baik dan terencana memiliki target dan tujuan. Perubahan kurikulum dari
kurikulum berbasis isi ke kurikulum berbasis konpetensi yang sekarang dikenal
dengan KBK atau kurikulum 2004 megakibatkan perubahan paradigma pada proses
pembelajaran. Dari apa yang diajarkan (isi) pada apa yang harus dikuasai
peserta didik yaitu kompetensi.
Kurikulum berbasis kompetensi tidak hanya
menekankan pada isi materi secara substansial, namun format kurikulum lebih
menekankan pada kompetensi. Artinya dari pendidikan kurikulum yang
pendekatannya berorientasi masukan pelajaran pada pendekatan pendidikan yang
berorientasi hasil atau standar kompetensi tersebut.
Pada kurikulum sebelumnya siswa dijadikan
obyek dan guru menjadi subyek, tapi pada kurikulum KBK siswa disamping menjadi
obyek pendidikan juga beralih fungsi sekaligus sebagai subyek dan guru
disamping sebagai subyek adalah sebagai mediator dalam proses belajar mengajar.
Maka implikasinya kurikulum KBK mengakibatkan perubahan penilaian.
Penekanan KBK terhadap kompetensi bagi penulis
menunjukkan sejauh mana peserta didik kompetensinya dalam menguasai materi yang
telah diajarkan. Maka ketercapaiannya terhadap materi yang telah dituntut dalam
korikulum tersebut dapat dilakukan dengan membuat standar kompetensi, kompetensi
belajar dan indikator.
Mengutip pendapatnya Mc. Ahsan dalam Tarsisus
Sihono (1997:69) dalam bukunya Abdul Majid, S.Ag. et. Pendidikan Agama Islam
Berbasis Kompetensi; menyatakan bahwa kompetensi merupakan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang diperoleh seseorang untuk dapat melakukan
sesuatu dengan baik termasuk menyangkut perilaku-perilaku kognitif, afektif,
dan psikomotorik.[2] Maka diperoleh kesimpulan, kompetensi merupakan
keterampilan, sikap, dan nilai yang harus dimiliki oleh individu (peserta
didik) dalam melaksanakan tugas-tugas dengan baik.
C.
KONSEP DASAR KURIKULUM BERBAISIS KOMPETENSI
Setiap kurikulum memiliki dasar pemikiran dalam pelaksanaannya agar
tidak melenceng dari apa yang sudah ditargetkan dan apa yang sudah menjadi
tujuan kurikulum tersebut. Seperti kurikulum berbasis kompetensi untuk meluruskan
arah dari tujuan kurikulum KBK maka harus memiliki dasar pemikiran terlebih
dahulu.
Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep
kompetensi dalam kurikulum menurut (Depdiknas, 2002: 1) adalah:
1. Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai
konteks
2. Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk menjadi
kompeten.
3. Kompetensi merupakan hasil belajar yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan
siswa melalui proses pembelajaran.
4. Kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus didefinisikan secara jelas
dan luas dalam suatru standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat
diukur[3]
D.
KBK KORELASINYA DENGAN PAI
Dalam merespons fenomena yang terjadi pada realitas masa kini
manusia berpacu mengembangakan pendidikan disegala ilmu termasuk dalam kehidupan
sehari-hari. Namun seiring dengan munculnya krisis multidimensi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara peranan serta efektifitas agama disekolah sebagai
pemberi nilai spiritual pada peserta didik dipertanyakan. Maka berangkat dari
hal tersebut agar kurikulum pendidikan agama islam sesuai dengan situasi dan
kondisi zaman untuk dapat merespons kehidupan yang kaya problem PAI
menghadirkan kurikulum baru yaitu kurikulum yang berbasis KBK. Alasannya
mungkin jika pendidikan agama dilakukan dengan baik, maka kehidupan masyarakat
pun akan lebih baik.
Kurikulum semua bertujuan pada apa yang hendak dicapai. KBK
bertujuan untuk tercapainya kompetensi peserta didik dalam menangkap materi
yang disampaikan. Sama dengan kurikulum PAI yang berbasis kompetensi juga
memiliki tujuan yang sama dengan KBK hanya saja terdapat tambahan kalau KBK
untuk berkopetensi dalam mencapai materi yang berpendidikan umum dan
orientasinya pada kecerdasan untuk berkompetisi didunia masyarakat setelah
siswa keluar (lulus) dari lembaga pendidikan.
Namun pada kurikulum PAI ada hal yang lebih pokok yang memang
diharapkan dan bukan hanya dalam target tujuan PAI tapi juga sebagai pendidikan
yang lahir dari agama islam diharapkan dapat berkompetensi jasmani dan rohani,
artinya berkompetensi dalam hal sikap, skill, pengetahuan secara afektif,
kognitif, psikomotorik sesuai dengan ajaran agama islam dalam aspek jasmani.
Namun juga melebihi hal itu berkopetensi dalam aspek rohani mereka
mampu berkompetensi untuk mengisi kehidupan atau sebagai bekal untuk
akhiratnya, dan aspek kedua ini sangat hirarki dengan aspek pertama. Maka
tujuan PAI adalah tercapainya kompetensi keduanya yakni dunia dan akhirat.
Menurut Muhammad al-Munir menjelaskan tujuan pendidikan agama
islam (PAI) sebagai berikut :
1.
Tercapainya
manusia seutuhnya, karena islam itu adalah agama yang sempurna.
2.
Tercapainya
kebahagiaan dunia dan akhirat, merupakan tujuan yang seimbang
3.
Menumbuhkan
kesadaran manusia mengabdi, dan takut kepada-Nya.[4]
E.
LANDASAN KURIKULUM KBK DAN PAI
Kurikulum berbasis kompetensi dan kurikulum pendidikan PAI memiliki
landasan yang sama berdasarkan negara yang didudukinya. Landasan-landasan
kurikulum akan menyediakan informasi yang sangat berguna dalam pembuatan
keputusan tentang kurikulum yang akan disusun. Hal ini menekankan perlunya
menetapkan landasan sebelum memulai kegiatan pengembangan kurikulum. Begitu
juga dalam pengembangan Kurikulum KBK. KBK mempunyai beberapa landasan
yang menjadi aspek dasar pengembangannya.
Menurut
Tyler, landasan kurikulum terdiri dari landasan filosofis, sosial, budaya dan
psikologis. Pendapat tersebut serupa dengan yang dikemukakan Murray Print bahwa
landasan kurikulum terdiri dari landasan filosofis, sosial budaya, dan
psikologi, Perkembangan ilmu dan teknologi, perkembangan terakhir beliau
menambahkan atau melengkapi landasan tersebut dengan landasan manajemen.
Penyusunan
model desain kurikulum berdasarkan kompetensi akan mengacu kepada landasan-landasan
sebagai berikut :
1.
Landasan Agama
Dalam
mengembangkan kurikulum sebaiknya berlandaskan pada Pancasila terutama sila ke
satu “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Di Indonesia menyatakan bahwa kepercayaan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing individu. Dalam kehidupan, dikembangkan sikap saling menghormati
dan bekerjasama antara pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan
yg berbeda-beda, sehingga dapat terbina kehidupan yang rukun dan damai
2.
Landasan
Filosofis
Filsafat
merupakan suatu sistem yang dapat menentukan arah hidup serta mengambarkan
nilai-nilai apa yang paling dihargai dalam hidup seseorang. Proses pentingnya
mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik” pada hakekatnya ditentukan oleh
nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut negara, orang tua, masyarakat
bahkan dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan
dalam tujuan pendidikan, bahkan pelajaran yang disajikan, dan mungkin juga cara
mengajar dan penilaiannya.
Dalam
undang-undang tentang dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah, Bab III,
pasal 4 tercantum: “Pendidikan dan pengajaran berdasarkan asas-asas yang
termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan
atas kebudayaan Bangsa Indonesia”.[3]
Dengan
demikian landasan filosofis pancasila yang dianut oleh Negara kita dengan
prinsip demokratis, mengandung makna bahwa peserta didik diberi kebebasan untuk
berkembang dan mampu berfikir intelegen dikehidupan masyarakat, melakukan
aktivitas yang dapat memberikan manfaat terhadap hasil akhir dan menekankan
nilai-nilai manusiawi dan kultural dalam pendidikan.[4]
3.
Landasan
Psikologis
Para ahli
pengembangan kurikulum selalu menjadikan anak sebagai salah satu pokok
pemikiran, agar anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat
mengubah sikapnya, dapat menerima norma-norma dan dapat menguasai sejumlah
keterampilan. Persoalan yang penting ialah bagaimana anak itu belajar, dalam
keadaan yang bagaimana pelajaran itu memberi hasil yang sebaik-baiknya, maka
kurikulum dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan cara yang efektif terhadap
suatu proses yang pelik dan komplek tersebut, maka timbullah berbagai teori
belajar.
Teori belajar
dijadikan dasar bagi proses belajar mengajar. Dengan demikian ada hubungan yang
erat antara kurikulum dengan psikologi belajar dan psikologi anak. Karena
hubungan yang sangat erat itu, maka psikologi menjadi salah satu dasar/landasan
pengembangan kurikulum.
Dalam hal ini,
aliran psikologi behaviorisme dan humanistik yang mengandung makna pembelajaran
menekankan pada pengembangan dan penguasaan terhadap kompetensi. Serta
menekankan sebagai salah satu landasan.[5]
4.
Landasan Sosial
Budaya.
Landasan ini
berkenaan dengan keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya, berupa
pengetahuan dan lain-lain. Seperti yang kita ketahui anak tidak hidup sendiri,
ia selalu hidup dalam suatu masyarakat. Dimana masyarakat tersebut berlainan
corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang
kebudayaannya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum.
Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat heterogen di tiap daerah dan
masyarakatnya. Oleh sebab itu, masyarakat merupakan suatu faktor yang begitu
penting dalam penggembangan kurikulum sehingga aspek sosiologis dijadikan salah
satu asas. Dalam hal ini pun kita harus menjaga, agar asas ini jangan terlampau
mendominasi sehingga timbul kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau “ society
centered curriculum “. Di Indonesia belum tertuju kearah itu, tetapi
perhatian terhadap perkembangan kebudayaan yang ada di masyarakat sudah
diwujudkan dalam bentuk kurikulum muatan lokal di tiap daerah. Dengan
dijadikannya sosiologis sebagai landasan pengembangan kurikulum, maka peserta
didik nantinya diharapkan mampu bekerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat.[6]
5.
Landasan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Landasan ini
berkenaan dengan perkembagan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. Salah satu
ciri dari masyarakat adalah selalu berkembang. Masyarakat yang berkembang
karena dipengaruhi perkembangan ilmu dan tekhnologi, yang memiliki pengaruh
yang cukup kuat pada pengembangan kurikulum, terutama teknologi industri,
transportasi, komunikasi, telekomunikasi dan elektronik yang menyebabkan
masyarakat berkembang sangat cepat menuju masyarakat terbuka, masyarakat
informasi dan global. Perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan setiap
individu warga masyarakat, mempengaruhi pengetahuan, kebiasaan bahkan pola-pola
hidup mereka.
Tuntutan
semakin tinggi terhadap perubahan pada sistem dan isi kurikulum yang
berorientasi ke masa sekarang dan yang akan datang dan menekankan pada
penguasaan terhadap kompetensi-kompetensi yang di butuhkan.
Karakteristik
kurikulum teknologi menekan isi berupa kompetensi; Kompetensi dirinci menjadi
sasaran belajar; Desain pengajaran disusun secara sistematik ( sistem
intruksional ); Penyusunan kurikulum dan perangkatnya oleh para ahli ; dan
terkhir bahan ajaran disusun dalam media cetak dan elektronik, belajar
individual menggunakan CAI, IPI, Modul dan pengajaran berprogama.
Dengan IPTEK
sebagai landasan, peserta didik diharapkan mampu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi dan kesenian sesuai dengan sistem nilai, kemanusiawian
dan budaya bangsa.
6.
Landasan
Organisatoris
Landasan ini
berkenaan dengan bentuk organisasi bahan pelajaran yang disajikan. Bagaimana
bahan pelajaran akan disajikan. Apakah dalam bentuk bidang studi yang
terpisah-pisah, ataukah di usahakan adanya hubungan antara pelajaran yang
diberikan, misalnya dalam bentuk broad field atau bidang studi seperti
yang dilaksanakan di Indonesia pada saat ini. Contoh IPA, IPS, Bahasa dan
lain-lain. Berdasarkan ilmu jiwa Gestalt lebih mengutamakan keseluruhan. Karena
kurikulum itu bermakna dan lebih relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat.
Aliran psikologi ini lebih cenderung memilih kurikulum terpadu atau integrated
curriculum.
Mengacu kepada
landasan pengembangan kurikulum di atas, maka tujuan kegiatan siswa akan
menekankan pada pengembangan sikap dan perilaku agar berguna dalam suatu
kehidupan masyarakat yang demokratis.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Dalam
suatu negara bisa berkembang apabila pendidikan di dalam cukup baik, karana
pendidikan merupakan salah satu faktor penentu, dalam negara-negara maju yang
pertama kali mereka titik tekankan adalah bagaimana pendidikan itu berkembang,
salah satu cara mereka mengembangkan kurikulum, karna pendidikan bisa
berkembang apanbila kurikulumnya itu baik karna krikukulum meliputi rencana,
tujuan, isi, organisasi, strategi dalam pendidikan.
2.
Kurikulum
merupakan sebuah proses pembelajaran yang baik dan terencana memiliki target
dan tujuan. Perubahan kurikulum dari kurikulum berbasis isi ke kurikulum
berbasis konpetensi yang sekarang dikenal dengan KBK atau kurikulum 2004
megakibatkan perubahan paradigma pada proses pembelajaran. Dari apa yang
diajarkan (isi) pada apa yang harus dikuasai peserta didik yaitu kompetensi.
3.
Kaitannya
kurikulum berbasis kompetensi ini dengan PAI ada hal yang lebih pokok yang
memang diharapkan dan bukan hanya dalam target tujuan PAI tapi juga sebagai
pendidikan yang lahir dari agama islam diharapkan dapat berkompetensi jasmani
dan rohani, artinya berkompetensi dalam hal sikap, skill, pengetahuan secara
afektif, kognitif, psikomotorik sesuai dengan ajaran agama islam dalam aspek
jasmani.
B.
KRITIK DAN
SARAN
Dari pembuatan
tugas makalah ini, kami dari penyusun mengharapakan makalah ini bermanfaat dan
bisa menambah ilmu bagi para pembaca. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam pembuatan makalah ini, untuk itu kami mohon maaf dan mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul. et, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Rodiyah, Siti. Makalah; Konsep Dan Fungsi Kurikulum. Jember, 2005.
Rodiyah, Siti. Makalah; Landasan Pengembangan Kurikulum. Jember,
2005.
Tambunan, Makalah; Perspektif Kurikulum Pendidikan Indonesia Pada
Tahun 2005, jember, 2007.
terimakasihh sangat membantuu
ReplyDeleteterima kasih atas publikasi makalahnya semoga menjadi penulis yang sejati, dan makalah ini bermanfaat bagi saya
ReplyDelete