BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ballet
Balet adalah nama dari salah
satu teknik tarian. Karya tari yang di koreografi menggunakan teknik ini dinamakan balet, dan
meliputi: tarian itu sendiri, mime, akting, dan musik (baik musik orkestra
ataupun nyanyian). Balet dapat ditampilkan sendiri atau sebagai bagian dari
sebuah opera. Balet terkenal dengan teknik virtuosonya seperti pointe work,
grand pas de deux, dan
mengangkat kaki tinggi-tinggi. Teknik balet banyak yang mirip dengan teknik anggar, barangkali
karena keduanya mulai berkembang dalam periode yang sama, dan juga karena
keduanya membutuhkan teknik keseimbangan dan pergerakan yang mirip.
Istilah ballo pertama kali
digunakan oleh Domenico da Piacenza (dalam De Arte Saltandi et Choreas
Ducendi), sehingga karyanya dikenal sebagai balleti atau balli
yang kemudian menjadi ballet. Istilah ballet itu sendiri
dicetuskan oleh Balthasar de Beaujoyeulx dalam Ballet Comique de la Royne
(1581) yang merupakan ballet comique (drama ballet). Pada tahun yang
sama, Fabritio Caroso menerbitkan Il Ballarino, yaitu panduan teknis mengenai
menari balet, yang membuat Italia menjadi pusat utama berkembangnya tari balet.
B.
Sejarah Perkembangan Tari Ballet
Balet berakar pada acara pertemuan
para ningrat Italia di masa pencerahan. Selanjutnya, balet dikembangkan dalam ballet
de cour, yaitu dansa sosial yang dilakukan bersama musik, pidato, berpuisi,
nyanyian, dekor, dan kostum oleh para ningrat Prancis. Balet
kemudian berkembang sebagai bentukan seni tersendiri di Prancis pada masa pemerintahan
raja Louise XIV yang sangat
mencintai seni tari dan bertekad untuk memajukan kualitas seni tari pada masa
itu. Sang raja mendirikan Académie Royale de Danse pada tahun 1661, dan
pada tahun yang sama, balet komedi karya Jean-Baptist Lully ditampilkan. Bentuk
balet awal berupa sebuah seni panggung di mana
3
adegan-adegannya berupa tarian. Lully lalu mendalami
balet opera dan mendirikan sekolah untuk mendidik penari balet profesional yang
berhubungan dengan Académie Royale de Musique. Di sekolah tersebut, sistem
pendidikannya berdasarkan tata krama ningrat.
Abad ke-18 merupakan
periode di mana standar teknis balet menjadi sangat maju. Pada masa ini pula
balet menjadi bentukan seni drama yang serius dan setara dengan opera. Kemajuan
ini disebabkan oleh karya penting dari Jean-Georges Noverre yang berjudul
Lettres sur la danse et les ballets (1760), yang merintis berkembangnya ballet
d'action di mana penari diharuskan mengekspresikan karakter dan menampilkan
narasi cerita. Musik balet itu sendiri berkembang sangat pesat pada masa itu
oleh komponis
seperti Christopher Gluck. Pada
akhir masa itu, opera menjadi terbagi tiga teknik formal yaitu sérieux,
demi-caractère dan comique, dan balet turut menjadi bagian di dalam
opera sebagai pengantar adegan yang diistilahkan sebagai divertissements.
Abad ke-19 merupakan periode di mana
banyak terjadi perubahan sosial. Perubahan ini juga tercermin dalam balet, yang
bergeser jauh dari bentukan seni yang sangat ningrat (Balet romantik).
Ballerina seperti Marie Taglioni dan Fanny Elssler merintis
teknik baru berupa pointe work yang menyebabkan peran ballerina (penari
balet wanita) menjadi sangat penting di atas panggung. Sementara itu, para
librettist profesional mulai memasukkan cerita dalam balet, dan guru balet
seperti Carlo Blasis mengkodifikasi
teknik balet sehingga menjadi teknik dasar yang masih digunakan hingga
sekarang. Balet mengalami penurunan pamor setelah 1850 dikebanyakan negara barat
selain Denmark dan Rusia (berkat para master seperti August Bournonville, Jules Perrot, dan Marius Petipa). Sanggar
balet Rusia, terutama setelah Perang Dunia II, banyak melakukan tur keliling
dunia sehingga menjaga balet tetap hidup di dunia dan banyak dikenal oleh
masyarakat umum.
C. Pertunjukan Balet yang Puitis dan Dramatis Di Indonesia
Beberapa tahun yang lalu, Pusat
Kebudayaan Prancis, bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta,
menyelenggarakan pentas balet di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Kali ini yang didatangkan adalah grup
Ballet du Nord. Sebagai sebuah grup, Ballet du Nord dikenal juga dengan nama
Pusat Koreografi Nasional dan didirikan 1983 di Kota Roubaix wilayah utara
Prancis, tepatnya Nord-Pas de Calais. Pendirinya adalah Alfonso Cata, seorang
kelahiran Kuba yang telah memperoleh keprofesionalannya melalui Konservatorium
Jenewa. Ia pernah magang dengan berbagai grup kenamaan seperti Ballet de Paris
dari Roland Petit Ballet de Monte Carlo, Robert Joffrey Ballet dari Amerika
Serikat, Ballet du Marquis de Cuevas. Stuttart Ballet, dan New York City
Ballet. Dari kesemuanya itu, Alfonso Cata paling berkesan dengan George
Balanchine dari The New York City
Ballet. Karena itulah, dalam lawatannya ke Indonesia, Ballet du Nord
menampilkan tiga koreografi George Balanchine, dan hanya satu dari orang
Prancis sendiri. Sayang sekali, koreografi Alfonso Cata sendiri tidak
ditampilkan.
Nama George Balanchine tidak dapat
dilepaskan dari The New York City Ballet. Namun, ia adalah kelahiran Leningrad pada l904, dan
di dunia balet ia terkenal sebagai tokoh non-klasik. Sebagai koreografer,
George Balanchine dianggap Russian-Parisien,
4
dan gayanya cenderung ke-Eropa-an, meskipun ia dikenal
memelopori warna ke-Amerikaan dalam balet Amerika. Itu sebabnya, tidak aneh
kalau Ballet du Nord dari Prancis tidak ragu-ragu menampilkan karga George
Balanchine dalam misi kebudayaannya.
George Balanchine sebetulnya beruntung
lahir pada masa yang begitu menggelora dalam sejarah tari balet khususnya, dan
sejarah tari pada umumnya. Kota
kelahirannya memiliki sejarah yang panjang dan kuat dalam tari balet klasik,
dan pada abad ke-20 itu berbagai kebangkitan dan pembaruan tari bermunculan.
Dengan bakat yang begitu menonjol dan dalam usia yang masih muda, ia dapat
bergabung dengan grup balet Rusia kenamaan di bawah pimpinan Sergei Diaghilev,
yang membawa angin segar ke Eropa Barat dan Amerika. Balanchine merupakan
koreografer termuda yang dididik Diaghilev, dan yang terakhir sebelum Diaghilev
wafat pada 1929.
Sepeninggal Diaghilev, Balanchine
mengembara di Eropa, terutama di Prancis sendiri, sebelum ditarik untuk menetap
di Amerika Serikat pada 1933. Ia kemudian mendirikan The New York City Ballet.
Balanchine, yang membawa harum The New York City Ballet, meninggal dunia
beberapa tahun lalu dan memberi peluang yang menakjubkan bagi generasi muda,
tidak saja di New York dan Amerika, tapi juga bagi seorang Alfonso Cata dengan
Ballet du Nord-nya. Dalam catatan, koreografi Balanchine yang begitu kuat,
kaya, dan panoramik, berjumlah seratus lebih. Tiga di antaranya itulah yang
disajikan di TIM oleh Ballet du Nord, yaitu Scotch Symphony, Tarentelle, dan
Who Cares. Adapun satu nomor lain hasil koreografi J.P. Comelin, Les Nuits
d'Ete, yang serasi dengan gaya
Balanchine.
Scotch Smphony merupakan suatu
koreografi yang ditata berdasarkan musik Felix Mendelssohn, Symphony No. 3 in A
Minor Opus 56, dan memiliki kekuatan bersumber dari tari rakyat Skotlandia yang
dilandasi gaya
klasik Prancis. Tarian ini digarap dalam napas yang begitu menyatu dengan
musiknya, dan menampilkan dengan jelas keunggulan Balanchine yang didengungkan
kritikus tari. Koreografi Balanchine pada umumnya memiliki kemahiran teknik
klasik yang tinggi, dan penari-penari Ballet du Nord ternyata cukup mampu
membawakannya.
Kemudian muncul koreografi Balanchine lainnya,
Tarentelle, berdasarkan musik L.M. Gottschalk dan merupakan suatu koreografi
pembaletan atas tari rakyat Italia yang temperamental, lucu, meriah, hangat,
genit. Ini tari berpasangan yang digarap dalam teknik balet yang tinggi.
Sementara itu, Les Nuits d'Ete hasil
koreografi J.P. Comelin berdasarkan musik H. Berlioz. Kisah kasih musim panas
digarap dan ditarikan dengan baik, terkesan liris, dramatis, serta puitis dalam
nuansa manis dari musim panas menuju musim rontok di Prancis.
Pentas Ballet du Nord diakhiri dengan
koreografi Balanchine, yang sudah mengalami Amerikanisasi dengan musik G.
Gershwin, digarap dalam gaya Broadway Musical dan Cancanization ala Moulin
Rouge dalam teknik balet klasik yang bukan main, khas Balanchine.
5
Demikianlah keunikan Ballet du Nord yang
hikmahnya dapat diambil dalam berhadapan dengan perkembangan tari di Indonesia
pada umumnya, khususnya tari balet. Dalam melihat kemajuan perkembangan tari Indonesia, kita
perlu menempatkannya juga dalam konteks perkembangan tari dunia. Koreografi
balet dengan warna budaya lokal ke Indonesia-an bukan suatu keanehan
atau dekadensi, tapi dapat menjadi karya seni yang dibanggakan apabila
dilakukan dengan keprofesionalan yang cukup berbobot. Tapi di lain pihak perlu
disadari pula bahwa tari rakyat dalam kaidah lokalnya memiliki kreativitas yang
tiada kalah tingginya, dan perlu dihayati dalam konteks kelokalannya tanpa
perlu dibaletkan untuk mencapai status kelayakannya. Suatu pertumbuhan yang
kedua-duanya memiliki makna yang perlu dimengerti dan dikembangkan dalam
pembinaan seni pentas kita sendiri.
D. Balerina Terkenal
Para
balerina yang terkenal di dunia antara lain :
11) Tamara Rojo
E. Perintis Balet Di Indonesia
Para perintis
balet di Indonesia
antara lain :
2) Maya Tamara
7) Ade Rayanti
F. Penari Balet
Terkenal Di Indonesia
Para penari
balet terkenal di Indonesia antara
lain :
2) Jety Maika
3) Dea Valencia
6
No comments:
Post a Comment