Monday, June 6, 2016

Ballet



BAB  II

PEMBAHASAN

 

 

 

A.  Pengertian Ballet

 




                 Balet adalah nama dari salah satu teknik tarian. Karya tari yang di koreografi menggunakan teknik ini dinamakan balet, dan meliputi: tarian itu sendiri, mime, akting, dan musik (baik musik orkestra ataupun nyanyian). Balet dapat ditampilkan sendiri atau sebagai bagian dari sebuah opera. Balet terkenal dengan teknik virtuosonya seperti pointe work, grand pas de deux, dan mengangkat kaki tinggi-tinggi. Teknik balet banyak yang mirip dengan teknik anggar, barangkali karena keduanya mulai berkembang dalam periode yang sama, dan juga karena keduanya membutuhkan teknik keseimbangan dan pergerakan yang mirip.

Istilah ballo pertama kali digunakan oleh Domenico da Piacenza (dalam De Arte Saltandi et Choreas Ducendi), sehingga karyanya dikenal sebagai balleti atau balli yang kemudian menjadi ballet. Istilah ballet itu sendiri dicetuskan oleh Balthasar de Beaujoyeulx dalam Ballet Comique de la Royne (1581) yang merupakan ballet comique (drama ballet). Pada tahun yang sama, Fabritio Caroso menerbitkan Il Ballarino, yaitu panduan teknis mengenai menari balet, yang membuat Italia menjadi pusat utama berkembangnya tari balet.


B.   Sejarah Perkembangan Tari Ballet

Balet berakar pada acara pertemuan para ningrat Italia di masa pencerahan. Selanjutnya, balet dikembangkan dalam ballet de cour, yaitu dansa sosial yang dilakukan bersama musik, pidato, berpuisi, nyanyian, dekor, dan kostum oleh para ningrat Prancis. Balet kemudian berkembang sebagai bentukan seni tersendiri di Prancis pada masa pemerintahan raja Louise XIV yang sangat mencintai seni tari dan bertekad untuk memajukan kualitas seni tari pada masa itu. Sang raja mendirikan Académie Royale de Danse pada tahun 1661, dan pada tahun yang sama, balet komedi karya Jean-Baptist Lully ditampilkan. Bentuk balet awal berupa sebuah seni panggung di mana







3



adegan-adegannya berupa tarian. Lully lalu mendalami balet opera dan mendirikan sekolah untuk mendidik penari balet profesional yang berhubungan dengan Académie Royale de Musique. Di sekolah tersebut, sistem pendidikannya berdasarkan tata krama ningrat.

Abad ke-18 merupakan periode di mana standar teknis balet menjadi sangat maju. Pada masa ini pula balet menjadi bentukan seni drama yang serius dan setara dengan opera. Kemajuan ini disebabkan oleh karya penting dari Jean-Georges Noverre yang berjudul Lettres sur la danse et les ballets (1760), yang merintis berkembangnya ballet d'action di mana penari diharuskan mengekspresikan karakter dan menampilkan narasi cerita. Musik balet itu sendiri berkembang sangat pesat pada masa itu oleh komponis seperti Christopher Gluck. Pada akhir masa itu, opera menjadi terbagi tiga teknik formal yaitu sérieux, demi-caractère dan comique, dan balet turut menjadi bagian di dalam opera sebagai pengantar adegan yang diistilahkan sebagai divertissements.

Abad ke-19 merupakan periode di mana banyak terjadi perubahan sosial. Perubahan ini juga tercermin dalam balet, yang bergeser jauh dari bentukan seni yang sangat ningrat (Balet romantik). Ballerina seperti Marie Taglioni dan Fanny Elssler merintis teknik baru berupa pointe work yang menyebabkan peran ballerina (penari balet wanita) menjadi sangat penting di atas panggung. Sementara itu, para librettist profesional mulai memasukkan cerita dalam balet, dan guru balet seperti Carlo Blasis mengkodifikasi teknik balet sehingga menjadi teknik dasar yang masih digunakan hingga sekarang. Balet mengalami penurunan pamor setelah 1850 dikebanyakan negara barat selain Denmark dan Rusia (berkat para master seperti August Bournonville, Jules Perrot, dan Marius Petipa). Sanggar balet Rusia, terutama setelah Perang Dunia II, banyak melakukan tur keliling dunia sehingga menjaga balet tetap hidup di dunia dan banyak dikenal oleh masyarakat umum.

C.   Pertunjukan Balet yang Puitis dan Dramatis Di Indonesia

Beberapa tahun yang lalu, Pusat Kebudayaan Prancis, bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta, menyelenggarakan pentas balet di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Kali ini yang didatangkan adalah grup Ballet du Nord. Sebagai sebuah grup, Ballet du Nord dikenal juga dengan nama Pusat Koreografi Nasional dan didirikan 1983 di Kota Roubaix wilayah utara Prancis, tepatnya Nord-Pas de Calais. Pendirinya adalah Alfonso Cata, seorang kelahiran Kuba yang telah memperoleh keprofesionalannya melalui Konservatorium Jenewa. Ia pernah magang dengan berbagai grup kenamaan seperti Ballet de Paris dari Roland Petit Ballet de Monte Carlo, Robert Joffrey Ballet dari Amerika Serikat, Ballet du Marquis de Cuevas. Stuttart Ballet, dan New York City Ballet. Dari kesemuanya itu, Alfonso Cata paling berkesan dengan George Balanchine dari The New York City Ballet. Karena itulah, dalam lawatannya ke Indonesia, Ballet du Nord menampilkan tiga koreografi George Balanchine, dan hanya satu dari orang Prancis sendiri. Sayang sekali, koreografi Alfonso Cata sendiri tidak ditampilkan.
Nama George Balanchine tidak dapat dilepaskan dari The New York City Ballet. Namun, ia adalah kelahiran Leningrad pada l904, dan di dunia balet ia terkenal sebagai tokoh non-klasik. Sebagai koreografer, George Balanchine dianggap Russian-Parisien,



4


dan gayanya cenderung ke-Eropa-an, meskipun ia dikenal memelopori warna ke-Amerikaan dalam balet Amerika. Itu sebabnya, tidak aneh kalau Ballet du Nord dari Prancis tidak ragu-ragu menampilkan karga George Balanchine dalam misi kebudayaannya.
George Balanchine sebetulnya beruntung lahir pada masa yang begitu menggelora dalam sejarah tari balet khususnya, dan sejarah tari pada umumnya. Kota kelahirannya memiliki sejarah yang panjang dan kuat dalam tari balet klasik, dan pada abad ke-20 itu berbagai kebangkitan dan pembaruan tari bermunculan. Dengan bakat yang begitu menonjol dan dalam usia yang masih muda, ia dapat bergabung dengan grup balet Rusia kenamaan di bawah pimpinan Sergei Diaghilev, yang membawa angin segar ke Eropa Barat dan Amerika. Balanchine merupakan koreografer termuda yang dididik Diaghilev, dan yang terakhir sebelum Diaghilev wafat pada 1929.
Sepeninggal Diaghilev, Balanchine mengembara di Eropa, terutama di Prancis sendiri, sebelum ditarik untuk menetap di Amerika Serikat pada 1933. Ia kemudian mendirikan The New York City Ballet. Balanchine, yang membawa harum The New York City Ballet, meninggal dunia beberapa tahun lalu dan memberi peluang yang menakjubkan bagi generasi muda, tidak saja di New York dan Amerika, tapi juga bagi seorang Alfonso Cata dengan Ballet du Nord-nya. Dalam catatan, koreografi Balanchine yang begitu kuat, kaya, dan panoramik, berjumlah seratus lebih. Tiga di antaranya itulah yang disajikan di TIM oleh Ballet du Nord, yaitu Scotch Symphony, Tarentelle, dan Who Cares. Adapun satu nomor lain hasil koreografi J.P. Comelin, Les Nuits d'Ete, yang serasi dengan gaya Balanchine.
Scotch Smphony merupakan suatu koreografi yang ditata berdasarkan musik Felix Mendelssohn, Symphony No. 3 in A Minor Opus 56, dan memiliki kekuatan bersumber dari tari rakyat Skotlandia yang dilandasi gaya klasik Prancis. Tarian ini digarap dalam napas yang begitu menyatu dengan musiknya, dan menampilkan dengan jelas keunggulan Balanchine yang didengungkan kritikus tari. Koreografi Balanchine pada umumnya memiliki kemahiran teknik klasik yang tinggi, dan penari-penari Ballet du Nord ternyata cukup mampu membawakannya.
 Kemudian muncul koreografi Balanchine lainnya, Tarentelle, berdasarkan musik L.M. Gottschalk dan merupakan suatu koreografi pembaletan atas tari rakyat Italia yang temperamental, lucu, meriah, hangat, genit. Ini tari berpasangan yang digarap dalam teknik balet yang tinggi.
 Sementara itu, Les Nuits d'Ete hasil koreografi J.P. Comelin berdasarkan musik H. Berlioz. Kisah kasih musim panas digarap dan ditarikan dengan baik, terkesan liris, dramatis, serta puitis dalam nuansa manis dari musim panas menuju musim rontok di Prancis.
 Pentas Ballet du Nord diakhiri dengan koreografi Balanchine, yang sudah mengalami Amerikanisasi dengan musik G. Gershwin, digarap dalam gaya Broadway Musical dan Cancanization ala Moulin Rouge dalam teknik balet klasik yang bukan main, khas Balanchine.




5


Demikianlah keunikan Ballet du Nord yang hikmahnya dapat diambil dalam berhadapan dengan perkembangan tari di Indonesia pada umumnya, khususnya tari balet. Dalam melihat kemajuan perkembangan tari Indonesia, kita perlu menempatkannya juga dalam konteks perkembangan tari dunia. Koreografi balet dengan warna budaya lokal ke Indonesia-an bukan suatu keanehan atau dekadensi, tapi dapat menjadi karya seni yang dibanggakan apabila dilakukan dengan keprofesionalan yang cukup berbobot. Tapi di lain pihak perlu disadari pula bahwa tari rakyat dalam kaidah lokalnya memiliki kreativitas yang tiada kalah tingginya, dan perlu dihayati dalam konteks kelokalannya tanpa perlu dibaletkan untuk mencapai status kelayakannya. Suatu pertumbuhan yang kedua-duanya memiliki makna yang perlu dimengerti dan dikembangkan dalam pembinaan seni pentas kita sendiri. 

D.  Balerina Terkenal
Para balerina yang terkenal di dunia antara lain :
1)       Ana Pavlova                                       
2)       Margot Fonteyn                                 
3)       Ekaterina Makarova                           
4)       Gilsey Kirkland                                  
5)       Sylvie Guillem                                   
6)       Darcey Bussell


E. Perintis Balet Di Indonesia

Para perintis balet di Indonesia antara lain :
1) Nanny Anastasia Lubis                        
2) Maya Tamara                                       
3) Farida Feisol                                        

F. Penari Balet Terkenal Di Indonesia
Para penari balet terkenal di Indonesia  antara lain :
1) Sherina Munaf                                     
2) Jety Maika                                           
3) Dea Valencia                                       







6

No comments:

Post a Comment