Monday, June 6, 2016

FUNGSI-FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM HIDUP DAN KEHIDUPAN MANUSIA



MAKALAH
 FUNGSI-FUNGSI  PENDIDIKAN  ISLAM DALAM  HIDUP  DAN  KEHIDUPAN MANUSIA
Dosen Pembimbing    :   Siti Rofingah,  M. Pd. I
Disusun oleh             :   Kelompok   XII
Anggota                    :  

1)       Mawarni 
2)       Muhammad   Ali
3)       Nor   Hadi
4)       Raihanatun  Nisa
5)       Sam’uni
Lokal / Semester       :   G / IV  (Empat)
Mata Kuliah            :   Filsafat  Pendidikan  Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
Kuala Kapuas
2012
KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Fungsi-Fungsi Pendidikan Islam dalam Hidup dan Kehidupan Manusia”, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam tak lupa pula kami berikan kepada junjungan Nabi besar Muhammad Saw. Beserta keluarga, sahabat, kerabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
  Pembuatan makalah ini tentunya bertujuan untuk menambah wawasan para mahasiswa (i) STAI Kuala Kapuas, serta melengkapi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam yang dibimbing oleh Ibu Siti Rofingah, M. Pd. I.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, dari segi cara penulisan maupun isi data yang kami miliki. Untuk itu kami memohon maaf sebesar-besarnya. Dan kami juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar pada pembuatan makalah selanjutnya kami bisa melakukannya dengan lebih baik lagi.
Wassalamualaikum Wr. Wb.


Kuala Kapuas,    Februari  2013
                         

                 Penyusun


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL  .........................................................................................................       i
KATA PENGANTAR  ...........................................................................................................      ii
DAFTAR ISI  .........................................................................................................................     iii
BAB   I      PENDAHULUAN
A.      Latar  Belakang  ............................................................................................      1
B.       Rumusan  Masalah  .......................................................................................      1
C.       Tujuan  Penulisan  .........................................................................................      1
D.      Ruang  Lingkup  Penulisan  ..........................................................................      1
BAB   II    PEMBAHASAN
A.      Fungsi  Pendidikan  Islam  dalam  Hidup  dan  Kehidupan  Manusia ..........      2
B.       Manusia  Memiliki  Fitrah  atau  Potensi  ......................................................      2
C.       Manusia  dapat  Didik  dan  Mendidik .........................................................      5
BAB   III   PENUTUP
A.      Kesimpulan  ...................................................................................................      7
B.       Saran – Saran  ................................................................................................      7
DAFTAR PUSTAKA  ............................................................................................................      8

BAB  I

PENDAHULUAN

A.    LATAR  BELAKANG
Pendidikan adalah kata yang tidak asing lagi didengar bagi semua orang di dunia. Kebutuhan akan pendidikan sudah menjadi sangat primer, seperti sandang, pangan dan papan.
Pendidikan pun memiliki fungsinya sendiri. Ditinjau dari segi antropologi budaya dan sosiologi, fungsi pendidikan yakni :
1.      Mengembangkan wawasan subjek didik mengenai dirinya dan alam sekitarnya, sehingga timbul kemampuan membaca (analisis), mengembangkan kreativitas dan produkstivitas.
2.      Melestarikan nilai-nilai insani yang akan menuntun jalan kehidupannya sehingga keberdaannya, baik secara individual maupun sosial, lebih bermakna.
3.      Membuka pintu ilmu pengetahuan dan keterampilan yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan kemajuan hidup individu maupun sosial.

B.       RUMUSAN  MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dijadikan pokok pembahasan dalam penulisan makalah ini, diantaranya :
1.    Apa fungsi pendidikan Islam dalam hidup dan kehidupan manusia ?
2.    Bagaimana manusia memiliki fitrah atau potensi ?
3.    Bagaimana manusia dapat dididik dan harus mendidik ?

C.       TUJUAN  PENULISAN
Makalah ini adalah sebuah tulisan yang disusun dan direncanakan oleh penulis. Hal ini menunjukkan bahwa adanya tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yakni :
1.    Untuk mempelajari tentang fungsi pendidikan Islam dalam hidup dan kehidupan manusia.
2.    Untuk mengetahui dan mempelajari tentang manusia memiliki fitrah atau potensi. 
3.    Untuk mengetahui dan mempelajari tentang manusia dapat dididik dan harus mendidik.

D.      RUANG LINGKUP PENULISAN
Dalam pembuatan makalah ini, lingkup pembahasannya meliputi :
1.    Lingkup pembahasan makalah difokuskan pada pembahasan tentang fungsi-fungsi pendidikan Islam dalam hidup dan kehidupan manusia.
2.    Lingkup waktu yang diberikan dalam pembuatan makalah ini selama 1 minggu.

BAB  II
PEMBAHASAN

A.      FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM HIDUP DAN KEHIDUPAN MANUSIA
Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam, menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[1] Memahami ajaran Islam secara universal adalah merupakan tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan itu sendiri, dan tujuan ini adalah manipestasi dari kehendak Allah yang memang dari awal penciptaan manusia dibekali dengan berbagai potensi terutama pada fitrah ketuhanan.
Dari pengertian pendidikan Islam di atas fungsi pendidikan Islam dapat berarti memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya manusia menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) yakni manusia berkualitas sesuai dengan pandangan Islam.
Apabila dari kajian antropologi dan sosiologi tentang fungsi pendidikan dikembalikan ke dalam perspektif al-Qur’an dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan Islam ialah :
1.      Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri manusia, alam sekitarnya dan mengenai kebesaran ilahi, sehingga tumguh kemampuan membaca (analisis) fenomena alam dan kehidupan serta memahami hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Dengan kemampuan ini akan menumbuhkan kreativitas dan produktivitas sebagai implementasi identifikasi diri pada tuhan “pencipta”.
2.      Membebaskan manusia dari segala unsur yang dapat merendahkan martabat manusia (fitrah manusia), baik yang datang dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar.
3.      Mengembangkan ilmu pengetahuan untuk dan memajukan kehidupan baik individu maupun sosial.

B.       MANUSIA  MEMILIKI  FITRAH  ATAU  POTENSI
Fitrah merupakan istilah bahasa arab yang berarti asal kejadian manusia,  kesucian dan agama yang benar.[2]  Fitrah manusia atau asal kejadiannya sebagaimana diciptakan Allah swt, menurut ajaran Islam, adalah bebas dari noda dan dosa seperti bayi baru lahir dari perut ibunya.
Ditinjau dari segi bahasa, fitrah berarti ciptaan, sifat tertentu yang mana setiap yang maujud disifati dengannya pada masa awal penciptaannya, sifat pembawaan manusia (sejak lahir), agama, as-sunnah.[3]
Dari satu sisi, aliran konvergensi dekat dengan konsep fitrah walaupun tidak sama karena perbedaan paradigmanya. Adapun kedekatannya: Pertama, Islam menegaskan bahwa manusia mempunyai bakat-bakat bawaan atau keturunan, meskipun semua itu merupakan potensi yang mengandung berbagai kemungkinan, Kedua, Karena masih merupakan potensi maka fitrah itu belum berarti bagi kehidupan manusia sebelum dikembangkan, didayagunakan dan diaktualisasikan. Namun demikian, dalam Islam, faktor keturunan tidaklah merupakan suatu yang kaku sehingga tidak bisa dipengaruhi. Ia bahkan dapat dilenturkan dalam batas tertentu. Alat untuk melentur dan mengubahnya ialah lingkungan dengan segala unsurnya. Karenanya, lingkungan sekitar ialah aspek pendidikan yang penting. Ini berarti bahwa fitrah tidak berarti kosong atau bersih seperti teori tabula rasa tetapi merupakan pola dasar yang dilengkapi dengan berbagai sumber daya manusia yang potensial.
Al Ragib al Asfahani, ketika menjelaskan makna fitrah dari segi bahasa, dia mengungkapkan kalimat” Fatara Allah al Halk” yang maksudnya Allah mewujudkan sesuatu dan menciptakannya bentuk atau keadaan kemampuan untuk melakukan perbuatan-perbuatan.[4] Sedangkan maksud firman Allah, sebagaimana dalam Al Qur an surah Ar rum ayat 30 adalah suatu kekuatan atau daya untuk mengenal atau mengakui Allah (keimanan kepadanya) yang menetap atau menancap di dalam diri manusia. Dengan demikian, maka fitrah Adalah suatu kekuatan atau kemampuan (potensi terpendang) yang menancap pada diri manusia sejak awal kejadiaanya, untuk komitmen terhadap nilai-nilai keimanan kepadaNya, cenderung kepada kebenaran (hanif), dan potensi itu merupakan ciptaan Allah swt.
Menurut Hasan Langulung, ketika Allah menghembuskan atau meniupkan ruh pada diri manusia (pada proses kejadian manusia secara non fisik atau immateri) maka pada saat itu pula manusia (dalam bentuknya yang sempurna) mempunyai sebagian sifat-sifat ketuhanan sebagaimana yang terkandung dalam Asmaul Husna. Hanya saja kalau Allah serba Maha, sedang manusia hanya diberi sebagiannya. Sebagian sifat-sifat ketuhanan yang menancap pada diri manusia dan dibawanya sejak lahir, itulah yang disebut fitrah.[5] Sebagian sifat-sifat ketuhanan (potensi atau fitrah) itu harus ditumbuhkembangkan secara terpadu oleh manusia dan diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan sosialnya. Karena kemuliaan seseorang di sisi Allah lebih ditentukan oleh sejauh mana kualitasnya dalam mengembangkan sifat-sifat ketuhanan tersebut yang ada pada dirinya, bukan dilihat dari aspek fisik dan jasmani. Islam sangat menentang faham materialisme, faham atau pandangan yang berlebih-lebihan dalam mencintai materi karena pandangan semacam itu dapat merusak bagi pengembangan sifat-sifat ketuhanan (fitrah manusia) serta menghalangi kemampuan seseorang dalam menangkap kebenaran Ilahiyah yang bersifat immateri.
Pemahaman tentang fitrah manusia, sangat mendasar  bila dikaji dari ajaran agama Islam sebagaimana yang ditunjukkan dalam al Qur’an dan as-Sunnah, karena di dalam al Qur an surah ar Rum ayat 30 dinyatakan bahwa agama Islam sangat sesuai dengan fitrah manusia. Ajaran Islam yang hendaknya dipatuhi oleh manusia itu syarat dengan nilai-nilai ilahiyah yang universal dan manusiawi yang patut dikembangkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Bahkan segala perintah dan larangannya pun erat hubungannya dengan fitrah manusia.
Fitrah dengan arti kesucian terdapat dalam hadis yang menyebutkan bahwa setiap kelahiran (anak yang lahir) berada dalam keadaan fitrah, maka kedua  orang tuanya yang mempengaruhi anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majuzi. (H.R. Ahmad).[6] Fitrah dalam pengertian ini, tidak berarti kosong atau bersih seperti teori tabularasa, tetapi merupakan pola dasar yang harus dilengkapi dengan berbagai sumber daya insani yang potensial. Karena masih merupakan potensi maka fitrah itu belum berarti apa-apa bagi kehidupannya sebelum dikembangkan, didayagunakan dan diaktulisasikan. Firman Allah dalam an Nahl ayat 78:
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s?
 “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”[7]
Agar manusia dapat bersyukur atas nikmat dan anugerah Allah swt (menggunakannya dengan sebaik-baiknya), perlu bantuan dari luar dirinya yaitu pengaruh lingkungannya yang positif, konstruktif, dan yang mendidik. Jadi jelas bahwa fitrah dan sumber daya insani serta bakat-bakat bawaanya bersama-sama dengan lingkungan, termasuk pendidikannya, mempengaruhi perkembangan dan prosses realisasi diri manusia.[8]
Bila dicermati maka fitrah manusia itu banyak macamnya antara lain:
1.    Fitrah beragama, ialah potensi bawaan yang mendorong manusia untuk selalu pasra, tunduk dan patuh kepada Tuhan yang menguasai dan mengatur segalah aspek kehidupan manusia.
2.    Fitrah berarti berakal budi, merupakan potensi bawaan yang mendorong manusia untuk berfikir dan berzikir dalam memahami tanda-tanda keagunan Tuhan yang ada dialam semesta, berkreasi dan berbudaya, serta memahami  persoalan dan tantangan hidup yang dihadapinya dan berusaha memecahkannya.

3.    Fitrah kebersihan dan kesucian
4.    Fitrah bermoral atau berakhlak.
5.    Fitrah kebersamaan dan persatuan.
6.    Fitrah individu dan social.
7.        Fitrah kebenaran, keadilan dan kemerdekaan.
8.        Fitra seksual.
9.        Fitrah ekonomi dan politik dan.  
10.    Fitrah seni.


C.      MANUSIA DAPAT DIDIDIK DAN MENDIDIK
Manusia adalah makhluk paedagogik yang diciptakan oleh Allah swt dengan membawa potensi dapat dididik dan mendidik. Potensi ini pulalah yang kemudian mengantar manusia mendapat kepercayaan atau amanah sebagai khalifah.
Potensi atau fitrah yang dimiliki setiap insan untuk mencari atau menemukan kebenaran melalui kegiatan belajar artinya bahwa manusia membutuhkan pendidikan yakni setiap orang berpotensi untuk didik dan mendidik. Teori nativis dan empiris yang dipertemukan oleh Kershenteiner dengaan teori konvergensinya, telah membuktikan bahwa manusia itu adalah makhluk yang dapat didik dan mendidik.[9]
Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik dan mendidik (homo-educadum) diimplementasikan dalam kegiatan pendidikan yang didalamnya terdapat peserta didik dan pendidik sebagai objek utama pendidikan. Peserta didik dalam perspektif pendidikan sering disebut sebagai manusia yang belum dewasa, maka ia memerlukan pertolongan dari orang lain yang di anggapnya dewasa.
Anak didik  adalah salah satu bagian yang terpenting dalam proses pendidikan. Hal tersebut mengingat, fokus utama proses pendidikan adalah pembentukan anak didik menjadi manusia-manusia baru. Menjadikannya menyadari tentang potensi-potensi kemanusiaan yang dimiliki, dan menggunakan potensinya itu sesuai dengan norma budaya dan agama yang dianutnya. Pada tahap kelanjutan pendidikan anak didik diharapkan menyadari eksistensinya sebagai manusia atau lebih tepatnya sebagai hamba yang harus mengenal pencipta-Nya dan tunduk kepada-Nya. Fitrah atau potensi yang dimiliki setiap manusia akan mengantarkan kepada hakikat dari tujuan hidupnya yang bermuara pada penemuan jati dirinya. Dengan demikian dapat dikatatakan bahwa terminal akhir dari proses pendidikan adalah menjadikan peserta didik sebagai manusia yang memiliki bekal ilmu, iman dan amal.
Keharusan anak dalam mendapatkan pendidikan didasari atas fitrah anak sebagai manusia yang memiliki kecenderungan kepada pencarian pada hal-hal yang positif (hanif). Oleh karena itu, pendidikan harus memiliki tugas mengembangkan potensi itu sehingga diharapkan dapat menemukan kebenaran hakiki dan universal.
Sedang pendidik adalah mereka yang dikategorikan sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan kepada peserta didik, dalam arti membantunya dalam mengembangkan fitrahnya dalam menemukan kebenaran dan mencapai tingkat kedewasaan.
Berangkat dari sebuah tanggung jawab dalam menjalankan amanah merupakan konsekuensi dari tugas kekhalifahan. Amanah ini harus diterjemahkan secara mendalam mengingat potensi atau fitrah yang dianugerahkan kepada manusia mencakup semua aspek pencapaian secara paripurna. Manusia yang lahir tanpa mengetahui apa-apa selain dari fitrah, yang mendasarinya menjadi tahu bahwa semuanya tidak berjalan secara instan tetapi melalui proses pendidikan. Proses pendidikan akan melahirkan setiap generasi pelanjut dalam menyambung tugas kekhalifahan. Dengan dasar ini manusia wajib untuk mewariskan ilmu pengetahuan yang dimiliki melalui kegiatan pendidikan.
Kewajiban orang tua dalam hal pendidikan menjadi hal yang sangat esensi bagi kehidupan anak didik. Peranan orang tua sebagai pendidik akan menentukan perjalanan anak didiknya dalam menemukan dan menngembangkan potensi atau fitrah yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan perkataan Rasulullah bahwa setiap anak yang lahir dalam keadaan fitrah, tergantung kepada kedua orang tuanya apakah anak mau diarahkan ke Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Hal ini memberi makna, bahwa orang tua selaku pendidik memiliki tanggung jawab yang besar dalam membimbing, mengarahkan dan menemukan jati diri setiap anak didiknya.
Dalam hal fungsi pendidik menurut esensialisme, bahwa peran guru sebagai penyusdun scenario pendidikan. Peran ini didasarkan atas dua alas an utama yakni :
1.      Transmisi pengetahuan dan kecakapan, bersumber dari pendidik. Untuk pelaksanaannya, pengetahuan pendidik tentang konten dan materi serta teknik penyampaiannya harus lebih dari cukup.
2.      Pengembangan kemampuan berpikir kritis pada subyek didik juga bersumber dari pendidik.[10] Selanjutnya nasehat Lukman pada puteranya yang diabadikan dalam Al-Qur'an menjelaskan fungsi pendidik dalam mengarahkan tujuan hidup peserta didik sesuai dengan fitrahnya. 

BAB  III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
1.      Fungsi pendidikan islam dapat berarti memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya manusia menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) yakni manusia berkualitas sesuai dengan pandangan islam.
2.      Fitrah merupakan istilah bahasa arab yang berarti asal kejadian manusia,  kesucian dan agama yang benar.  Fitrah manusia atau asal kejadiannya sebagaimana diciptakan allah swt, menurut ajaran islam, adalah bebas dari noda dan dosa seperti bayi baru lahir dari perut ibunya.
3.       Potensi atau fitrah yang dimiliki setiap insan untuk mencari atau menemukan kebenaran melalui kegiatan belajar artinya bahwa manusia membutuhkan pendidikan yakni setiap orang berpotensi untuk didik dan mendidik.

B.       SARAN-SARAN
1.         Hendaknya pemerintah memberikan dukungan untuk terlaksananya fungsi-fungsi pendidikan Islam.
2.         Perlunya guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang menerapkan fungsi-fungsi pendidikan Islam.
3.         Adanya kesadara dari peserta didik untuk menerapkan segala fungsi pendidikan Islam untuk menjadi manusia yang insane kamil.


DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. 1992. Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Aditya Media bekerjasama dengan IAIN Walisongo Press.
Al-Hafid. M. Radhi. 2000. Tantangan Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi. Penerbit Pusat Pengkajian Islam pada Masyarakat Makassar.
Darajat, Zakiah dkk. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
Departemen Agama RI. 1971. Al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta : Proyek Pengadaan Kitab Suci Al Qur’an.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Ensiklopedi Islam Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve.
Marimbah, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : PT. Al Ma’arif.
Muhaimin, dkk. 2004. Paradigma Pendidikan Islam, Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama di sekolah.  Bandung : Remaja Rosdakarya.



[1] Ahmad D. Marimbah, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam  (Cet. VIII;Bandung, PT. Al Ma’arif) h. 23
[2] Departemen Pendidikan Nasional, Ensiklopedi Islam (Cet. XI; Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003) h. 20
[3] Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama disekolah  (Cet. III; Bandung, Remaja Rosdakarya 2004) h. 16
[4] Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama disekolah  (Cet. III; Bandung, Remaja Rosdakarya 2004) h. 17
[5] Ibid, h. 17
[6] Achmadi, Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan (Cet. I; Yogyakarta Aditya Media bekerjasam dengan IAIN Walisongo Press 1992) h. 53
[7] Departemen Agama RI, al Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta Proyek Pengadaan Kitab Suci al Qur’an 1971) h. 413
[8] Achmadi, Of. Cit, h. 54
[9] Zakiah Darajat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Cet VI. Jakarta : Bumi Aksara, 2006) h.17
[10]  M. Radhi Al-Hafid .Tantangan Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi (Penerbit Pusat Pengkajian Islam pada Masyarakat Makassar; 2000) h.63.

No comments:

Post a Comment