Biasanya, pembahasan kitab-kitab fiqih selalu dimulai dari Thaharah, kemudian
persoalan-persoalan kefiqihan lainnya. Namun, pembahasan ilmu fiqih tentang
thaharah atau yang lainnya secara tidak langsung terkait dengan pembicaraan
nilai-nilai rohaniahnya. Persoalannya sekarang, disiplin ilmu apakah yang dapat
menyempurnakan ilmu fiqih dalam persoalan-persoalan tersebut ? Ilmu Tasawuf
tampaknya merupakan jawaban yang paling tepat karena ilmu ini berhasil memberikan
corak batin terhadap ilmu fiqih. Corak batin yang dimaksud adalah ikhlas dan
khusyuk berikut jalannya masing-masing. Bahkan ilmu ini mampu menumbuhkan
kesiapan manusia untuk melaksanakan hukum-hukum fiqih. Akhirnya, pelaksanaan
kewajiban manusia tidak akan sempurna tanpa perjalanan rohaniah.
Dahulu para ahli fiqih mengatakan “Barang siapa mendalami fiqih, tetapi belum
bertasawuf, berarti ia fasik. Barang siapa bertasawuf, tetapi belum mendalami
fiqih, berarti ia zindiq. Dan Barang siapa melakukan ke-2 nya, berarti ia
melakukan kebenaran”. Tasawuf dan fiqih adalah 2 disiplin ilmu yang saling
menyempurnakan. Jika terjadi pertentangan antara ke-2 nya, berarti disitu
terjadi kesalahan dan penyimpangan. Maksudnya, boleh jadi seorang sufi berjalan
tanpa fiqih, atau seorang ahli tidak mengamalkan ilmunya. Jadi, seorang ahli
sufi harus bertasawuf (sufi), harus memahami dan mengikuti aturan fiqih.
Tegasnya, seorang fiqih harus mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan hukum
dan yang berkaitan dengan tata cara pengamalannya. Seorang sufi pun harus
mengetahui aturan-aturan hukum dan sekaligus mengamalkannya. Ini menjelaskan
bahwa ilmu Tasawuf dan ilmu Fiqih adalah 2 disiplin ilmu yang saling
melengkapi.
E.
HUBUNGAN
TASAWUF DENGAN ILMU JIWA
Dalam pembahasan Tasawuf dibicarakan tentang hubungan jiwa dengan badan. Yang
dikehendaki dari uraian tentang hubungan antara jiwa dan badan dalam Tasawuf
tersebut adalah terciptanya keserasian antara ke-2 nya. Pembahasan tentang jiwa
dan badan ini dikonsepsikan para sufi dalam rangka melihat sejauh mana hubungan
perilaku yang dipraktikan manusia dengan dorongan yang dimunculkan jiwanya
sehingga perbuatan itu dapat terjadi. Dari sini, baru muncul kategori-kategori
perbuatan manusia, apakah dkategorikan sebagai perbuatan jelek atau perbuatan
baik. Jika perbuatan yang ditampilkan seseorang baik, ia disebut orang yang
berakhlak baik. Sebaliknya, jika perbuatan yang ditampilkannya jelek, ia
disebut sebagai orang yang berakhlak jalek. Dalalm pandangan kaum sufi, akhlak
dan sifat seseorang bergantung pada jenis jiwa yang berkuasa atas dirinya. Jika
yang berkuasa dalam tubuhnya adalah nafsu-nafsu hewani atau nabati, yang akan
tampil dalam perilakunya adalah perilaku hewani atau nabati pula. Sebaliknya,
jika yang berkuasa adalah nafsu insani, yang akan tampil dalam perilakunya
adalah perilaku insani pula. Orang yang sehat mentalnya adalah yang mampu
merasakan kebahagiaan dalam hidup, karena orang-orang inilah yang dapat
merasakan bahwa dirinya berguna, berharga, dan mampu menggunakan segala potensi
dan bakatnya semaksimal mungkin dengan cara membawa kebahagiaan dirinya dan
orang lain. Disamping itu, ia mampu menyesuaikan diri dalam arti yang luas,
terhindar dari kegelisahan-kegelisahan dan gangguan jiwa, serta tetap
terpelihara moralnya.
sejauh mana pentingnya ilmu tasawwuf dalam kehidupan modern
ReplyDelete