BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kritik atau keluhan yang sering di lontarkan masyarakat dan pihak
orag tua murid selama ini, pendidikan agama di sekolah umum dan perguruan
tinggi, belum mampu mengantar peserta didik untuk dapat memahami dan
mengamalkan ajaran agamanya dengan baik dan benar. Sebagai contoh yang sering
dikemukakan, anak-anak beragama islam, yang sejak disekolah dasar telah
memperoleh pedidikan agama setelah tamat ditingkat menengah banyak diantaranya
yang belum mampu membaca kitab suci Al Qur’an dengan baik dan benar, apalagi
menulis dan menerjemahkan isinya.
Demikian pula kemampuan dalam praktek ibadah tidak seperti yang
diharapkan. Selain kelemahan dalam peguasaan materi (kognitif) juga dalam hal
pembentukan prilaku (aspek afektif) dampak nilai-nilai luhur agama dari proses
pendidikan agama di sekolah-sekolah oleh sebagian masyarakat dinilai kurang
nampak dalam pribadi anak dalam kehidupan sehari-hari.
Tingginya frekuensi perkelahian sesama pelajar di kota-kota besar,
kurangnya rasa hormat sang anak atau murid kepada guru, bahkan ada yang memukul
guru kalau ia tidak naik kelas, akrabnya sebagian anak muda dengan obat-obat
perangsang dan terlarang seperti narkotika, ecstassy adanya pergaulan bebas dan
“ngumpet sekamar” pelajar putra dan putri atau “kumpul kebo” dikalangan
(segelintir) mahasiswa atau generasi muda, sering diangkat oleh sebagian
anggauta masyarakat dan orang tua sebagai indikasi ketidak berhasilan
pendidikan agama disekolah dan perguruan tinggi.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut :
1.
Apa
pengertian pendidikan Islam?
2.
Apa
tujuan pendidikan Islam?
3.
Apa
saja kelemahan dan kendala pendidikan Islam?
4.
Apa
saja tantangan dalam pendidikan Islam?
5.
Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi keberhasilan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
PENDIDIKAN ISLAM
Dalam menjelaskan arti Pendidikan Islam akan banyak kita jumpai
beberapa pandangan mengenai pengertian dari Pendidikan Islam itu sendiri.
Burlian Somad.1981, mengatakan bahwa Pendidikan Islam adalah Pendidikan yang
bertujuan membentuk individu menjadi mahluk yang bercorak diri, berderajat
tinggi menurut ukuran Alloh dan isi pendidikannya adalah mewujudkan tujuan itu,
yaitu ajaran Alloh. Secara terperinci beliau mengemukakan, pendidikan itu
disebut Pendidikan Islam apabila memiliki dua ciri khas yaitu :
1.
Tujuannya
membentuk individu menjadi bercorak tinggi menurut ukuran Al-Qur’an.
2.
Isi
Pendidikannya adalah ajaran Alloh yang tercantum dengan lengkap didalam
Al-qur’an yang pelaksanaannya didalam praktek hidup sehari-hari sebagaimana
yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai usaha dalam pengubahan
sikap dan tingkah laku individu dengan menanamkan ajaran-ajaran agama Islam
dalam proses pertumbuhannya menuju terbentuknya kepribadian yang berakhlak
mulia, Dimana akhlak yang mulia adalah merupakan hasil pelaksanaan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana yang sudah dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Oleh sebab itu individu yang memiliki akhlak mulia menjadi sangat
penting keberadaannya sebagai cerminan dari terlaksananya pendidikan Islam.
B.
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Tujuan adalah suatu sasaran yang akan dicapai seseorang atau
kelompok orang yang melakukan suatu kegiatan. Sedangkan tujuan pendidikan Islam
yaitu suatu sasaran yang akan dicapai seseorang atau kelompok orang yang
melakukan pendidikan Islam.
Sehubungan dengan hal itu, maka tujuan pendidikan Islam mempunyai
makna yang sangat penting, keberhasilan dari suatu sasaran yang diinginkan,
arah atau pedoman yang harus ditempuh, tahapan, sasaran, serta sifat dan mutu
kegiatan yang dilakukan. Oleh karena itu kegiatan tanpa disertai dengan tujuan,
menyebabkan sasarannya akan kabur, akibatnya program dan kegiatan tersebut akan
acak-acakan.
Adapun pendidikan Islam mempunyai tujuan untuk membentuk manusia
muslim yang berakhlak mulia, cakap dan percaya pada diri sendiri dan berguna
bagi masyarakat. Sedangkan manusia muslim yang dimaksud adalah pribadi-pribadi
muslim yang mempunyai keseimbangan yang dapat mengintegrasikan kesejahteraan
kehidupan di dunia maupun kebahagiaan kehidupan di akhirat, dapat menjalin
hubungan kemasyarakatan yang baik dengan jiwa sosial yang tinggi, mengembangkan
etos ta’awun dalam kebaikan dan taqwa.
C.
KELEMAHAN DAN KENDALA PENDIDIKAN ISLAM.
Menurut Sardjito Marwan (1996:66-74) dalam berbagai kesepatan
diskusi, seminar, lokakarya, penataran dan lain-lain, telah sering dikemukakan
kelemahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan agama di
sekolah-sekolah umum. Dari kalangan guru, keluhan yang sering dikemukakan
adalah alokasi waktu yang kurang memadai dan isi kurikulum yang terlalu syarat.
Di samping itu, sarana dan lingkungan sekolah sering tidak menunjang
pelaksanaan pendidikan agama.
Juga dari pihak orang tua kurang memperlihatkan kerjasama. Mereka
hanya menuntut anaknya menjadi orang yang berpengetahuan luas dan berakhlak
mulia, taat melaksanakan agama, sementara mereka tidak mau memberi dukungan dan
contoh. Bagaimana seorang anak menjadi manusia atau generasi berbudi pekerti
luhur dan taat melaksanakan perintah agama seperti shalat, puasa, dan lain-lain
kalau orang tuanya dirumah tidak pernah melakukan shalat dan puasa. Dalam kasus
seperti ini, kiranya kurang adil kalau guru agama dituding sebagai kambing
hitam.
Ini tidak berarti tidak ada kelemahan dipihak guru. Banyak
kekurangan pihak guru agama. Diantara kekurangan mereka adalah keterbatasan
kemampuan menguasai materi yang diajarkan. Dan kalau muncul issu-issu yang
mempertentankan nilai-nilai dasar agama dengan penemuan-penemuan baru dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, guru-guru tidak mampu memberikan
penjelasan yang memadai. Sebagian guru agama nampaknya tidak cukup mempunyai
pengetahuan yang komprehensif untuk menjawab permasalahan-permasalahan
tersebut.
Kelemahan lain, pada umumnya guru-guru agama kurang mampu atau
tidak dengan sungguh-sungguh untuk mengembangkan metodologi yang tepat untuk
mata pelajaran pendidikan agama. Guru-guru agama disekolah dasar dari tamatan
PGAN selain urang mendalami materi yang diajarkan, juga sering kali mengajar
tanpa memperhatikan didaktik-metodik dan psikologi anak.
D.
BEBERAPA TANTANGAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Kiranya perlu kita sadari pula bahwa merebaknya kenakalan remaja,
perkehian antar pelajar terutama di kota-kota besar, munculnya “premanisme” dan
berbagai bentuk kejahatan lainnya merupakan tantangan bagi para pendidik, tokoh
masyarakat, guru agama, dan kita semua.
Tetapi kita juga ingin menegaskan bahwa dalam menghadapi
kasus-kasus kejahatan tersebut guru-guru agama tidak dapat dipersalahkan begitu
saja atau dijadikan “kambing hitam”. Guru Agama tidak dapat dipersalahkan
secara pukul rata lantaran ada kejahatan, tidak berakhlak, brutal, alkoholis,
berkelahi dan bersikap kurangajar! Banyak factor lain yang lebih dominan dalam
pembentukan perilaku dan watak mereka. Karenanya kita menolak kalau ada pihak
yang menilai bahwa semakin “merebaknya“ kejahatan dan kenakalan remaja itu
merupakan indicator kuat terhadap kegagalan pendidikan agama disekolah-sekolah.
Tetapi meski demikian kita juga tidak boleh bersikap apatis sambil berkata: “apa
yang terjadi, terjadilah!”
Tokoh-tokoh islam, Ulama’ dan guru-guru agama kiranya tetap menaruh
rasa prihatin dan perlu proaktif untu ikut menangulangi kejahatan dan kenakalan
remaja dan premanisme tersebut. Perlu kita sadari juga, bahwa para preman,
remaja dan pelajar yang suka berkelahi, anak-anak yang suka mabuk-mabukan,
mereka yang melakukan kejahatan di kota-ko\ta besar, sebagian besar berasal
dari keluarga muslim, baik dari kalangan yang berada maupun dari kalangan yang
tidak punya. Tetapi sekali lagi, hal tersebut bukan indicator kegagalan atau
merosotnya kualitas penghayatan dan pengamalan keagamaan umat islam Indonesia.
Penghayatan dan pengamalan keagamaan umat islam dalam masa dua atau tiga decade terakhir ini jauh lebih maju, semarak dan mantap dibandingkan dengan masa sebelumnya atau dimasa orde lama. Betapapun masih ada kekurangan dan hambatan, program pendidikan agama telah memberikan hasil dan dampak positif bagi peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan generasi muda dan umat islam Indonesia.
Penghayatan dan pengamalan keagamaan umat islam dalam masa dua atau tiga decade terakhir ini jauh lebih maju, semarak dan mantap dibandingkan dengan masa sebelumnya atau dimasa orde lama. Betapapun masih ada kekurangan dan hambatan, program pendidikan agama telah memberikan hasil dan dampak positif bagi peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan generasi muda dan umat islam Indonesia.
Kesadaran masyarakat ntuk menanamkan keimanan dan ketaqwaan sedini
mungkin kepada anak-anak didik kita makin tumbuh dan merata. Hal tersebut dapat
dilihat dari semakin maraknya kegiatan “pendidikan agama” melaluai media masa,
munculnya pengajian-pengajian, majlis ta’lim, madrasa diniyah, pesantren kilat,
taman pendidikan Al Qur’an, dan lain-lain.
Gerakan masyarakat dalam kegiatan pendidikan agama tersebut perlu didorong lebih luas dan meningkat lagi, dan segala kekurangan dan hambatan yang ada kita tanggulangi dan kita carikan jalan keluar.
Gerakan masyarakat dalam kegiatan pendidikan agama tersebut perlu didorong lebih luas dan meningkat lagi, dan segala kekurangan dan hambatan yang ada kita tanggulangi dan kita carikan jalan keluar.
E.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN
Djamarah & Zain Aswan (1996:123) berpendapat, jika ada guru
yang mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam mengajar, adalah ungkapan
seorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari kepribadian seorang guru.
Mustahil setiap guru tidak ingin berhasil dalam mengajar. Apalagi jika guru itu
hadir kedalam dunia pendidikan berdasarkan tuntunan hati nurani. Panggilan
jiwanya pasti merintih atas kegagalan mendidik dan membina anak didiknya.
Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai seorang guru berusaha sekuat tenaga dan fikiran mempersiapkan program pengajarannya dengan baik dan sistematik. Namun terkadang keberhasilannya yang dicita-citakan, tetapi kegagalan yang ditemui; disebabkan oleh beberapa factor sebagai penghambatnya. Sebaliknya, jika keberhasilan itu menjadi kenyataan, maka berbagai factor itu juga sebagai pendukungnya, Berbagai factor yang dimaksud adalah :
Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai seorang guru berusaha sekuat tenaga dan fikiran mempersiapkan program pengajarannya dengan baik dan sistematik. Namun terkadang keberhasilannya yang dicita-citakan, tetapi kegagalan yang ditemui; disebabkan oleh beberapa factor sebagai penghambatnya. Sebaliknya, jika keberhasilan itu menjadi kenyataan, maka berbagai factor itu juga sebagai pendukungnya, Berbagai factor yang dimaksud adalah :
1.
Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai
dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar
mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran.
Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran.
2.
Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman
dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia menjadi anak
didik menjadi orang yang cerdas. Latar belakang pendidikan dan pengalaman
mengajar adalah dua aspek yang mempengaruhi kopetensi seorang guru dibidang
pendidikan dan pengajaran.
3.
Anak Didik
Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah.
Orang tuanyalah yang memasukkannya untuk dididik agar menjadi orang yang
berilmu pengetahuan dikemudian hari. Kepercayaan orang tua anak diterima oleh
guru dengan kesadaran dan penuh keikhlasan. Maka jadilah guru sebagai pengemban
tangung jawab yang diserahkan itu.
4.
Kegiatan pengajaran
Pola umum kegiatan pegajaran adalah terjadinya interaksi antara
guru dengan anak didik dengan bahan sebagaiperantaranya. Guru yang mengajar.
Anak didik yang belajar. Maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan
belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Anak didik adalah orang yang
digiring kedalam lingkungan belajar yang tlah diciptakan oleh guru. Gaya
mengajar guru berusaha mempengaruhi gaya belajar anak didik. Tetapi disini gaya
mengajar guru lebih dominant mempengaruhi gaya belajar anak didik.
5.
Bahan dan alat evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat didalam kurikulum
yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Bila tiba masa
ulangan, semua bahan yang telah diprogramkan dan harus selesai dalam jangka
waktu tertentu dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan item-item soal evaluasi.
6.
Suasana Evaluasi
Selain factor tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, serta
bahan dan alat evaluasi, faktor evaluasi juga merupakan fakor yang mempengaruhi
kebersilan belajar mengajar.
7.
Teknik-Teknik Pendidikan
Sementara menurut Quthb Muhammad (1988:325), memberi komentar,
tetapi lebih dari itu, Islam belum pernah pula kehabisan persediaan dalam hal
teknik-teknik pendidikan dan masih banyak lagi persediaan anak-anak panah
didalam kantongnya. Ia melakukan pendidikan melalui teladan, melalui teguran,
melalui hukuman, melalui cerita-cerita, melalui pembiasaan, dan melalui
pengalaman-pengalaman kongkrit.
a.
Pendidikan melalui teladan
Ini adalah salah satu teknik pendidikan yang efektif dan sukses.
Mengarang buku mengenai pendidikan adalah mudah begitu juga menyusun suatu
metodologi pendidikan, kendatipun hal itu membutuhkan ketelitian, keberanian
dan pendekatan yang menyeluruh. Namun hal itu masih tetap hanya akan merupakan
tulisan diatas kertas, tergantung diatas awang-awang, selama tidak tejamah
menjadi kenyataan yang hidup didunia nyata, bila tidak bisa menjamah manusia
yang menterjemahkannya, dengan tingkah laku, tindak-tanduk, ungkapan-ungkapan rasa,
dan ungkapan-ungkapan pikiran: menjadi dasar-dasar dan arti suatu metodologi.
Hanya bila demikianlah suatu metodologi akan berubah menjadi suatu gerakan,
akan menjadi suatu sejarah. Diperlukanlah teladan. Oleh karena itulah Allah
mengutus Muhammad s.a.w. untuk menjadi tauladan buat manusia.
b.
Pendidikan Melalui Nasehat
Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata
yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap, dan oleh karena itu
kata-kata harus diulang-ulang. Nasehat yang berpengaruh, membuka jalannya
kedalam jiwa secara langsung melalui perasaan. Dalam pendidikan nasehat saja
tidaklah cukup bila tidak dibarengi dengan teladan dan perantara yang
memungkinkan teladan itu diikuti dan diteladani.
c.
Pendidikan Melalui Hukuman
Bila teladan tidak mampu, dan begitu juga nasehat, maka waktu itu
harus diadakan tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan ditempat yang
benar. Kecenderungan pendidikan modern sekarang memandang tabu hukuman itu,
memandang tidak layak disebut-sebut. Tetapi generasi muda yang ingin dibina
tanpa hukuman itu; di Amerika, adalah generasi muda yang sudah kedodoran,
meleleh, dan sudah tidak bisa dibina lagi eksistensinya. Tindakan tegas itu
adalah hukuman. Hukuman sesungguhnya tidaklah mutlak diperlukan. Ada orang-orang
yang teladan dan nasehat saja sudah cukup, tidak perlu lagi hukuman dalam
hidupnya. Tetapi manusia itu tidak sama seluruhnya. Diantara mereka ada yang
perlu dikerasi sekali-kali.
d.
Pendidikan Melalui Cerita
Cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Bagaimana pun
persoalannya, cerita itu pada kenyataannya sudah merajut kaki manusia dan akan
tetap mempengaruhi kehidupan mereka. Islam menyadari sifat alamiah manusia
untuk menyenangi cerita itu, dan menyadari [engaruhnya yang besar terhadap perasaan.
Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan salah satu
teknik pendidikan.
e.
Pendidikan Melalui Kebiasaan
Kebiasaan, sebagaimana sudah kita singgung, menduduki kedudukan yang
sangan istimewa di dalam kehidupan manusia. Islam mempergunakan kebiasaan itu
sebagai salah satu teknik pendidikan. Lalu ia mengubah seluruh sifat-sifat baik
menjadi kebiasaan, sehinga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu
payah, tanpa kehilangan banyak tenaga, dan tanpa menemukan banyak kesulitan.
f.
Menyalurkan Kekuatan
Diantara banyak teknik Islam dalam membina manusia dan uga dalam
memperbaikinya adalah mengaktifkan kekuatan-kekuatan yang tersimpan didalam
jiwa dan tubuh dari diri dan tidak memendamnya kecuali bila potensi-potensi itu
memang terpuruk untuk lepas.
g.
Mengisi Kekosongan.
Bila
Islam menyalurkan kekuatan tubuh dan jiwa ketika sudah menumpuk, dan tidak
menyimpannya, karena penuh resiko. Maka Islam sekaligus juga tidak senang pada
kekosongan. Kekosongan merusak jiwa, seperti halnya kekuatan terpendam juga
rusak, tanpa adanya suatu keadaan istimewa. Kerusakan utama yang timbul oleh
kekosongan adalah habisnya kekuatan potensial itu untuk mengisi tersebut.
Seterusnya orang itu akan terbiasa pada sikap buruk yang dilakukannya untuk
mengisi kekosongan itu.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Pendidikan
Islam ialah usaha dalam pengubahan sikap dan tingkah laku individu dengan
menanamkan ajaran-ajaran agama Islam dalam proses pertumbuhannya menuju
terbentuknya kepribadian yang berakhlak mulia, Dimana akhlak yang mulia adalah
merupakan hasil pelaksanaan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
sebagaimana yang sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu
individu yang memiliki akhlak mulia menjadi sangat penting keberadaannya
sebagai cerminan dari terlaksananya pendidikan Islam.
2.
Adapun
pendidikan Islam mempunyai tujuan untuk membentuk manusia muslim yang berakhlak
mulia, cakap dan percaya pada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat.
3.
Kelemahan
dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah
umum. Dari kalangan guru, keluhan yang sering dikemukakan adalah alokasi waktu
yang kurang memadai dan isi kurikulum yang terlalu syarat. Di samping itu,
sarana dan lingkungan sekolah sering tidak menunjang pelaksanaan pendidikan agama.
Juga dari pihak orang tua kurang memperlihatkan kerjasama. Kelemahan lain, pada
umumnya guru-guru agama kurang mampu atau tidak dengan sungguh-sungguh untuk
mengembangkan metodologi yang tepat untuk mata pelajaran pendidikan agama.
4.
Merebaknya
kenakalan remaja, perkehian antar pelajar terutama di kota-kota besar,
munculnya “premanisme” dan berbagai bentuk kejahatan lainnya merupakan
tantangan bagi para pendidik, tokoh masyarakat, guru agama, dan kita semua.
5.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan yaitu tujuan, guru, anak didik, kegiatan
pengajaran, bahan dan alat evaluasi, suasana evaluasi dam teknik pendidikan.
6.
Teknik-teknik
pendidikan yaitu (a) pendidikan melalui teladan; (b) pendidikan melalui
nasehat; (c) pendidikan melalui hukuman; (d) pendidikan melalui cerita; (e)
pendidikan melalui kebiasaan; (f) menyalurkan kekuatan mengisi kekosongan.
DAFTAR PUSTAKA
Burlian, Somad, 1981. Beberapa Persoalan dalam Pendidikan Islam.
Bandung: Al Ma’arif
Djamara, S, Bahri, Drs.& Zain, Aswan, Drs,1996. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
http://kaduajatodakna.blogspot.com/2012/12/makalah-kapita-selekta-pendidikan-islam.html
Marimba, Ahmad, D, 1980. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al.
Ma’arif.
Quthb, Muhammad, 1988. Sistem Pendidikan Islam. Bandung: Al Ma’arif
Sardjito, Marwan, 1996. Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: CV Amissco.
No comments:
Post a Comment