BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Sehingga pemerintah menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Setelah itu adanya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Peraturan pemerintah ini memberikan arahan tentang
perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, salah
satunya memuat standar isi yang didalamnya mengatur tentang pengembangan
kurikulum.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, kami merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana pendekatan
pengembangan Kurikulum jika dilihat dari sudut pandang kebijakan pengembangan
kurikulum, pengorganisasian isi kurikulum, orientasi penyusunan kurikulum?
2. Bagaimanakah penerapan
model-model pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana prosedur umum
pengembangan kurikulum?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM.
1. Sudut pandang kebijakan
pengembangan kurikulum.
Somantri menyatakan bahwa analisis kebijakan pengembangan
kurikulum dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :
a. Analisis kebutuhan.
b. Merumuskan kebutuhan dan
desain kurikulum.
c. Menyusun kurikulum, yang
memanfaatkan pengalaman atau kajian para ahli kurikulum, dengan perlu mentelaah
tiga sumber penentuan tujuan yang harus dicapai sekolah.
d. Unsur yang terlibat dalam
pengembangan kurikulum.
Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan bahwa dalam mengembangkan
kurikulum banyak pihak yang berturut berpartisipasi, yaitu :
a. Administator pendidikan,
yaitu direktur bidang pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor
wilayah, kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah.
b. Para ahli, terdiri dari
ahli pendidikan, ahli kurikulum, dan ahli bidang studi/ disiplin ilmu.
c. Peranan Guru sebagai
perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum di kelasnya. Dia juga mengolah
dan meramu kembali kurikulum dari pusat yang disajikan di kelasnya.
d. Orang tua murid. Dalam hal
ini tidak semua orang tua berperan aktif hanya saja orang tua yang cukup waktu
dan latar belakang yang memadai. Orang tua dan guru ini saling bekerjasama.
Orang tua mengamati perkembangan anaknya di rumah. Jadi orang tua itu juga
sangat berpengaruh untuk pelaksanaan Kurikulum berjalan dengan sepenuhnya.
e. Tokoh- tokoh masyarakat. Mungkin
sama saja seperti orang tua di rumah. Karena Orang tua serta tokoh-tokoh
masyarakat ini berada di luar sekolah namun tetap saja peran orang tua lebih
kuat dari tokoh-tokoh masyarakat.
2. Sudut pandang kebijakan
pengorganisasian isi kurikulum.
Pengorganisasian kurikulum berkenaan penjurusan dan ada
juga yang berkenaan dengan isi kurikulum atau bahan ajar. Pengorganisasian isi
kurikulum yang biasa, yaitu yang dikelompokan berdasarkan mata pelajaran atau
biasa disebut seprated subject curriculum, dan juga pengorganisasian yang
bersifat terpadu.
Menurut Rusman, “…organisasi kurikulum harus
mempertimbangkan dua hal: (a) berguna bagi siswa sebagai individu yang dididik
dalam menjalani kehidupannya; (b) isi kurikulum tersebut harus siap untuk
dipelajari siswa”.
3. Sudut pandang orientasi
penyusunan kurikulum.
Menurut Sukadinata, ”…mengemukakan bahwa pengembangan
kurikulum adalah penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum
construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum
improvement)”. Pengembangan kurikulum merupakan penyusunan seluruh perangkat
kurikulum mulai dari dasar, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis
besar program pengajaran, hingga pedoman pelaksanaannya. Hal lain yang berkenaan dengan penjabaran
kurikulum (GBPP) yang telah disusun pusat menjadi rencana dan persiapan
mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru, seperti penyusunan rencana
tahunan, caturwulan, satuan pelajaran, dan lain-lain.
B.
MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULM.
1.
Pengembangan Kurikulum Model
Humanistik
Mempertinggi harkat
manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar
pengembangan program pendidikan. Peserta didik menjadi subjek yang pusat
kegiatan pendidikan, agar mempunyai kemampuan, potensi dan kekuatan untuk
berkembang. Tugas pendidik hanya menciptakan situasi yang permisif dan
mendorong peserta didik untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri.
Kurikulum ini menjadikan manusia bisa menciptakan unsur kreativitas,
spontanitas, kemandirian, kebebasan, aktivitas, pertumbuhan diri, termasuk
keutuhan anak sebagai keseluruhan, minat, dan motivasi intrinsik.
2.
Pengembangan Kurikulum Model
Subjek Akademik
Dalam menyusun
kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistemisasi disiplin ilmu
masing-masing. Pengembangan kurikulum subjek akademik dilakukan dengan cara
menetapkan lebih dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik,
yang diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu. Model kurikulum
ini sangat mengutamakan pengetahuan, sehingga pendidikan diarahkan lebih
bersifat intelektual.
3.
Pengembangan Kurikulum Model
Rekonstruksi Sosial
Dalam menyusun
kurikulum atau program pendidikan keahlian bertolak dari problem yang dihadapi
dalam masyarakat, selanjutnya dengan memerankan ilmu-ilmu dan teknologi, serta
bekerja secara secara kooperatif dan kolaboratif, akan dicarikan upaya
pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. Kurikulum model ini
difokuskan pada problem yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Model kurikulum
ini bersumber dari aliran pendidikan interaksional.
4.
Pengembangan Kurikulum Model
Teknologis (Sistemis)
Kurikulum sebagai
model teknologi pendidikan menekankan pada penyusunan program pengajaran dan
rencana pelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem. Program pengajaran ini dapat
menggunakan sistem saja, atau juga dengan alat atau media. Dalam konteks
kurikulum model teknologi, teknologi pendidikan mempunyai dua aspek,
yakni hardware berupa alat benda keras seperti proyektor, TV,
LCD, radio, dan sebagainya, dan software berupa teknik
penyusunan kurikulum, baik secara mikro maupun makro.
Model-model
pengembangan kurikulum menurut beberapa ahli kurikulum:
1. Model Ralph W. Tyler
Menurut Tyler ada
empat tahap yang harus dilakukan untuk pengembangan kurikulum
a. Menentukan tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan
harus menggambarkan perilaku akhir peserta didik setelah mengikuti program
pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus dirumuskan secara jelas agar
mempermudah tujuan untuk dicapai. Arah penentuan tujuan pendidikan ada lima
faktor, yaitu: pengembangan kemampuan berpikir, membantu memperoleh informasi,
sikap kemasyarakatan, minat peserta didik, dan sikap sosial.
b. Menentukan proses pembelajaran
Aspek yang harus
diperhatikan dalam penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan latar
belakang peserta didik. Dalam proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara
peserta didik dengan lingkungan /sumber belajar yang tujuannya untuk membentuk
sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga menjadi perilaku yang utuh.
c. Menentukan organisasi pengalaman belajar
Di dalamnya harus
mencakup tahapan-tahapan belajar dan isi atau materi belajar. Pengorganisasian
pengalaman belajar bisa dilakukan baik secara vertical maupun horizontal, serta
memperhatikan aspek kesinambungan.
d. Menentukan evaluasi pembelajaran
Jenis penilaian yang
akan digunakan, harus sesuai dengan sifat dari tujuan pendidikan, materi
pembelajaran, proses belajar yang telah ditetapkan sebelumnya, serta
prinsip-prinsip evaluasi yang ada.
2. Model John D. Mc Neil
Menurut John D. Mc
Neil ada empat macam konsep kurikulum, yaitu: kurikulum humanistik, kurikulum rekontruksi
sosial, kurikulum teknologi, dan kurikulum subjek akademik.
3. Menurut Peter F. Olivia
Perencanaan kurikulum
terjadi pada berbagai tingkatan. Kurikulum dapat terlibat pada beberapa tingkat
kurikulum dalam waktu yang sama. Guru yang terlibat dalam perencanaan kurikulum
di tingkat kelas, guru juga yang paling berpartisipasi dalam kurikulum. Tingkat
perencanaan di mana fungsi guru dapat dikonseptualisasikan sebagai sosok yang ditunjukkan.
C.
PROSEDUR UMUM PENGEMBANGAN KURIKULUM
Dalam pengembangan kurikulum terdapat dua proses utama yaitu Pedoman
Kurikulum dan Pedoman Instriktusional.
1.
Pedoman Kurikulum
Pedoman kurikulum merupakan sebuah susunan untuk
menentukan garis besar dari kurikulum tersebut. Dalam pedoman kurikulum
meliputi :
a. Latar Belakang, berisi
tentang rumusan falfasah dan tujuan lembaga pendidikan, populasi yang menjadi
sasaran, rasional bidang study atau mata kuliah, serta struktur organisasi
bahan pelajaran.
b. Silabus, mata pelajaran
secara lebih terperinci yang diberikan yaitu ruang lingkup dan urutan
penyajiannya.
c. Desain Evaluasi, strategi
refisi atau perbaikan kurikulum mengenai bahan pelajaran dan organisasi bahan
dan strategi instruksionalnya.
2.
Pedoman Instruktional
Pedoman Instruktional bersubjek kepada pihak pengajar.
Pengajar tersebut menguraikan isi dari pedoman kurikulum hingga lebih
mendetail. Hal ini berfungsi agar kegiatan belajar mengajar benar-benar
bersumber dari pedoman kurikulum.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pendekatan Pengembangan Kurikulum jika dilihat dari
berbagai sudut kebijakan, berisiskan berbagai hal dalam pengembangan kurikulum
khususnya unsur yang terlibat dalam pengembangan kurikulum, organisasi isi
kurikulum yang mencakup bisa dikatakan konten materi, dan orientasi penyusunan
kurikulum atau bisa dikatakan orientasi pengembangan kurikulum.
Secara umum model-model pengembangan kurikulum
berdasarkan kepada empat aspek model
humanistic, model subjek akademik, model rekonstruksional social dan model
teknologis. Model tersebut berdasarkan kepada pendapat seorang ahli yaitu John
D. Mc Neil. Selain dari model tersebut terdapat juga sejumlah ahli seperti
Ralph W Tyler serta Peter F Olivia.
Indonesia sendiri menerapkan gabungan dari model-model
yang tercantum tersebut. Di Indonesia mengembangkan empat tahapan yang
dirumuskan oleh Ralph W Tyler. Kemudian guru juga dapat berperan aktif dalam
pengembangan kurikulum sesuai dengan pendapat Peter F Olivia. Tidak luput juga
dengan model pengembangan kurikulum yang oleh John D Mc Neil.
Dalam prosedur pengembangan kurikulum terdapat dua proses
yaitu pedoman kurikulum dan pedoman instruksional. Pedoman kurikulum berisi
mengenai latar belakang silabus serta evaluasi yang mengacu kepada perencanaan
pengembangan kurikulum yang ada. Sementara pedoman instruksional bersubjek
kepada guru selaku orang yang melakukan penguraian isi dari kurikulum hingga
lebih mendetail.
DAFTAR PUSTAKA
Ismail, D. A (2009, November 3) kebijakan-pengembangan-kurikulum. Retrieved September 23, 2012,
from www.dedyamrilismail.blogspot.com: http://dedyamrilismail.blogspot.com
Kusdi Raharjo, d. (2011, Juni).
Pengembangan-Kurikulum. Retrieved September 22, 2012,
from www.wempi.staff.ub.ac.id: http://wempi.staff.ub.ac.id
Mahuri. (2011, Juni 23). Model Pengembangan Kurikulum yang Sering
Digunakan di Indonesia. http://mahurianasla.blogspot.com
Musthofa, M. Z. (2012, Januari 10). Pendekatan
Pengembangan Kurikulum. Retrieved September 22, 2012,
from www.willzen.blogspot.com: http://willzen.blogspot.com
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum.
Jakarta: Rajawali Pers.
Sukmadinata, N. S. (2011). Pengembangan
Kurikulum-Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Junaidi, Wawan (2012, Februari 21) Proses
Pengembangan Kurikulum. http://wawan-junaidi.blogspot.com
No comments:
Post a Comment