Tuesday, June 7, 2016

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM




PENDAHULUAN
            Tiada yang pantas kita puja dan puji selain kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala karunia-Nya kepada kita semua. Jika kita jadikan air laut sebagai pena dan dedaunan sebagai kertasnya maka belumlah cukup untuk menggambarkan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita. Shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya ke jalan yang diridhoi Allah SWT dan semoga kita semua akan mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak, Amin.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
.  Kata pendidikan berasal dari kata didik yang berarti menjaga, dan meningkatkan. (Webster's Third Digtionary), yang dapat didefinisikan sebagai berikut.
a. Mengembangkan dan memberikan bantuan untuk berbagai tingkat pertumbuhan atau mengembangkan pengetahuan, kebijaksanaan, kualitas jiwa, kesehatan fisik dan kompetensi.
b.   Memberikan pelatihan formal dan praktek yang di supervisi.
c.   Menyediakan informasi.
d.  Meningkatkan dan memperbaiki


PEBAHASAN

A.    Konsep Pendidikan Islam

Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.[1] 

Sebuah analogi ringan dari masyarakat primitif mereka berasumsi bahwa dimulainya pendidikan Islam adalah karena proses sosial yang dengan sendirinya seseorang akan mempelajari benda-benda atau hal-hal yang penting agar dia dapat menyesuaikan dirinya dengan kehidupan masyarakat, dengan mengambil bagian dalam aktivitas masyarakat akan menambah pengalaman, setiap pengalaman pada dasarnya akan bersifat mendidik (menjadi guru) dalam hidup tujuan akhir pendidikan pada masyarakat primitif adalah mencapai pengetahuan yang diperlukan buat menyesuaikan diri dengan kebudayaan.[2]
Dalam masa perkembangannya proses kehidupan umat manusia di akhir abad ke 20. Teori pendidikan dan filsafat pendidikan haruslah disesuaikan dengan kondisi zaman yang lalu. Persoalannya apakah sistem itu dapat menjawab tantangan zaman yang sekarang dan yang akan datang yang kita hadapi (Hamdani Ali, 1986 : 20-21).
Sejak awal Islam didakwahkan oleh Rasulullah saw. melalui pendidikan dengan sendirinya bertambahlah lembaga-lembaga pendidikan sebagai tempat untuk mencari/menuntut mutu kendati sarana dan fasilitas yang ada masih serba terbatas, namun menjadi acuan (dasar) untuk menyelenggarakan pendidikan Islam secara sistematis, tempat-tempat pada zaman itu seperti al-Iqra’ Masjid al-Hikmah dan Majlis Taklim lainnya, al-Khattab (Abdullah Fadjar, 1991 : 11).
Di Indonesia sendiri pendidikan Islam itu berlangsung dalam keluarga dan lembaga pendidikan lainnya. Seperti madrasah-madrasah (ibtidaiyyah, tsanawiyah dan aliyah) dan pondok-pondok pesantren sebagai suatu fundamental pewaris nilai-nilai Islam yang kondusif, yang tidak terlepas dari aspek dasar pewaris nilai-nilai Islamiyah. Itu disebabkan oleh perbedaan sistem pendidikan kita dengan sistem pendidikan barat adalah orientasi sebagai indikator utama (barat) adalah materi yang sekularisme (The Post Cristiaw Era) yang menatap dengan bayang-bayang Tuhan dengan mata hati dimasyarakatkan oleh alam semesta.
Demikian pula dalam kehidupan bernegara sebagai bangsa Indonesia yang telah menjunjung tinggi demokrasi (pasca reformasi) mencerdaskan kehidupan bangsa menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan haruslah merata ke seluruh lapisan masyarakat (penduduk) Indonesia melalui lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Proses ini menyangkut kegiatan belajar secara formal maupun non formal yang berlangsung pada Tri Pusat Pendidikan (Djamaluddin AB, 1984 : 14).[3]
Akhirnya pendidikan atau pendidikan Islam itu tidak memiliki batas, karena pendidikan itu mesti kondusif yang didasari pada eksistensi manusia yang berhubungan dengan Khaliknya, sesamanya makhluk dan lingkungan sekitarnya dibina dan dikembangkan. Olehnya itu dapat dikatakan bahwa batas awal pendidikan Islam memilih pasangan hidup (suami-isteri) dan mendidik anak dimulai dari buaian hingga liang lahat, karena tidak ada batas tertentu bagi seseorang dalam pendidikan (long time education). Pendidikan Islam adalah tanggung jawab kita bersama.
B.     Ruang Lingkup Pengajaran Pendidikan Islam
   Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan ketiga hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-aspek Pengajaran Agama Islam karena materi yang terkandung didalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di sekolah adalah :[4]
a.   Pengajaran keimanan
Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang aspek kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menurut ajaran Islam, inti dari pengajaran ini adalah tentang rukun Islam.
b.  Pengajaran akhlak
Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak baik.
c.  Pengajaran ibadah
Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala bentuk ibadah dan tata cara pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah dan memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah.
d.  Pengajaran fiqih
Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya menyampaikan materi tentang segala bentuk-bentuk hukum Islam yang bersumber pada Al-Quran, sunnah, dan dalil-dalil syar'i yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang hukum-hukum Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
e.  Pengajaran Al-Quran
Pengajaran Al-Quran adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca Al-Quran dan mengerti arti kandungan yang terdapat di setiap ayat-ayat Al-Quran. Akan tetapi dalam prakteknya hanya ayat-ayat tertentu yang di masukkan dalam materi Pendidikan Agama Islam yang disesuaikan dengan tingkat pendidikannya.
f.  Pengajaran sejarah Islam
Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa dapat mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dari awalnya sampai zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan mencintai agama Islam.

C.    Pokok-Pokok Ajaran Islam Sebagai Materi Ajar
Pada hakekatnya antara materi dan kurikulum mengandung arti sama, yaitu bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu system intitusional pendidikan.
Materi-materi yang diuraikan dalam Al-qur’an menjadi bahan-bahan pokok pelajaran yang disajikan dalam proses pendidikan agama islam, formal maupun nonformal. Oleh karena itu, materi pendidikan islam yang bersumber dari Al-qur’n harus dipahami, dihayati, diyakini, dan diamalkan dalam kehidupan umat islam.[5]
Semua jenis ilmu yang dikembangkan para ahli pikir islam dari kandungan Al-qur’an dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Al-Farabi mengklasifikasikan ilmu-ilmu yang bersumber dari Al-qur’an meliputi sebagai berikut:
1.      Ilmu bahasa
2.      Logika
3.      Sains persiapan terdiri dari ilmu berhitung, geometri, optika, sains tentang benda-benda samawi seperti astronomi; ilmu pengukuran (timbangan), ilmu tentang pembuatan instrumen-instrumen, dan sebagainya.
4.      Fisika (ilmu alam) dan metafisika (ilmu tentang alam dibalik alam nyata).
5.      Ilmu kemasyarakatan terdiri dari hukum atau syariah dan ilmu retorika (ilmu berpidato).

Dalam ilmu pendidikan islam, kurikulum merupakan bahan-bahan yang diproses dalam system kependidikan isalam. Ia juga menjadi bahan masukan yang mengandung fungsi sebagai alat pencapai tujuan pendidikan islam.
Menurut sifatnya, kurikulum pendidikan islam dipandang sebagai cermin idealitas islam yang tersusun dalam bentuk serangkaian program dan konsep dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan memperhatikan program yang berbentuk kurikulum, kita dapat mengetahui cita-cita apakah yang hendak diwujudkan oleh proses pendidikan islam itu? Pertanyaan ini akan terjawab dalam kurikulum yang dipersiapkan dalam suatu proses pendidikan. [6] 
Menurut pandangan Prof. Dr. Mohammad Fadhil al-Djamaly, semua jenis ilmu yang terkandung di dalam Al-qur’an harus diajarkan kepada anak didik. Ilmu-ilmu tersebut meliputi: ilmu agama, sejarah, ilmu falak, ilmu bumi, ilmu jiwa, ilmu kedokteran, ilmu pertanian, biologi, ilmu hitung, ilmu hitung, ilmu hukum, perundang-undangan, ilmu kemasyarakatan, ilmu ekonomi, balaghah, ilmu bahasa arab, ilmu pembelaan negara, dan segala ilmu yang dapat mengembangkan kehidupan umat manusia dan mempertinggi derajatnya.

Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ikhwanussofa berpendapat bahwa kesempurnaan manusia tidak akan tercapai kecuali dengan  terpenuhinya antara kebutuhan agama dan ilmu pengetahuan.[7]

Pandangan tersebut tidak bertentangan dengan pemikiran para ahli pikir pendidikan dibarat yang berpaham idealisme. Bahkan kaum idealis, seperti John S. Brubacher memandang bahwa tolak ukur efektivitas suatu nilai dari system pendidikan adalah pada corak keperibadian seseorang, nilai-nilai tersebut membentuk karakter yang berkeadilan sosial, terampil dengan kemampuan menciptakan seni, memiliki perasaan cinta kasih, dan berilmu pengetahuan.






Dari uraian diatas kami sedikit menyimpulkan bahwa  pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa.  pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental atau peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. 

            Ruang lingkup pengajaran pendidikan islam meliputi; pengajaran keimanan, pengajaran akhlak, pengajaran ibadah, pengajaran fiqih, pengajaran Al-qur’an dan pengajaran sejarah islam. Sedangkan pokok-pokok ajaran islam sebagai materi ajar meliputi; ilmu bahasa, logika, ilmu berhitung, ilmu fisika, ilmu masyarakat dan sebagainya.

Daftar Kepustakaan

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, Cetakan Kedelapan, 2010.
 
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Bumi Aksara, Cetakan Keempat 2009.

http://www.cantiknya-ilmu.co.cc/2010/01/pengertian-dasar-fungsi-ruang-lingkup.html

Media Kita. Com.


[1] Ramayulis, Ilmu Pendidika Islam, (Jakarta Kalam Mulia, 2002), h. 13 
[2] http://www.cantiknya-ilmu.co.cc/2010/01/konsep -dasar-pendidikan .html

[3] http://www.cantiknya-ilmu.co.cc/2010/01
[4] http://www.cantiknya-ilmu.co.cc/2010/01/pengertian-dasar-fungsi-ruang-lingkup.html

[5] Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner,
Bumi Aksara jl. Sawo Raya No.18 Jakarta 2009, h 135
[6] Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner,
Bumi Aksara jl. Sawo Raya No.18 Jakarta 2009, h 136
[7] Ibid, 137

No comments:

Post a Comment