Thursday, June 9, 2016

Model Pendidikan Islam



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Keberhasilan sebuah pendidikan tentu tidak akan terlepas dari apa yang disebut model pendidikan. Begitu pentingnya sebuah model sehingga lebih penting dari materi atau bahan yang yang akan diajarkan. Pepatah mengatakan “cara atau metode itu lebih penting dari bahan”. Sebagus apapun materi yang akan kita ajarkan, kalau cara atau metodenya (model) kurang tepat maka semua itu tidak akan bisa dicerna oleh peserta didik, sehingga tujuan yang sudah kita tetapkan akan sia-sia dan percuma.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana model pendidikan Islam dengan pendekatan sistem ?
2.      Bagaimana model pendidikan Islam dengan pendekatan pedagogis dan psikologi ?
3.      Bagaimana model pendidikan Islam dengan pendekatan spiritual ?






BAB II
PEMBAHASAN

Menurut HM.Arifin dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, menuliskan tiga model pendekatan pendidikan islam. Ketiga model pendekatan itu adalah :

A.    MODEL PENDIDIKAN  ISLAM DENGAN PENDEKATAN SISTEM
Pendidikan Islam yang ruang lingkupnya sama sebangun dengan kebutuhan hidup umat manusia dalam seluruh bidang-bidangnya, secara sistemik, adalah proses mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan menuju titik optimal kemampuan manusia berlandaskan nilai-nilai Islami, berlangsung menurut sistem hukum tertentu yang menentukan corak dan watak hasil (produk) akhimya.
Watak ilmu pendidikan Islam adalah sistematis dan konsisten menuju ke arah tujuan yang hendak dicapai. Untuk itu maka pendidikan Islam memerlukan pemikiran sistematik dan mengarahkan prosesnya dalam sistem-sistem yang aspiratif terhadap kebutuhan umatnya. Bila tidak demikian, akan timbul gangguan dan hambatan-hambatan teknis operasional yang dapat menghilangkan orientasinya yang benar.Semakin banyak gangguan yang timbul dalam suatu sistem, maka semakin besar pula daya perusak yang mengancam mekanisme sistem itu dan makin menjauhkannya dari tujuan yang dicita-citakan.
Dalam berbagai ayat Al Quran dapat kita temukan makna suatu satem mekanisme alam semesta, sistem kehidupan sosial dan sistem kehidupan individual (dilihat dari segi biologis).
Ayatt yang menunjukkan sistem gerakan benda sa­mawi di ruang angkasa luar planet bumi: Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, se­hingga (setelah dia sampai pada di manzilah yang terakhir) kembalilah dia kebentuk tanda yang tua”.Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam­pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis peredarannya. (Qs.Yaasin : 38-40).
Kaitannya dengan sistem kehidupan sosial, Allah menun­jukkan suatu sistem harmonisasi hubungan antara manusia dengan Khalik-Nya dan hubungan dengan sesamanya secara seimbang, serasi dan selaras. Bila sistem hubungan itu tidak harmonis, maka timbullah kerusakan. Allah berfirman: Mereka diliputi kehinaan di mana-mana mereka berada, kecuuli jika mereka berpegang kepada tali hubungan dengan Allah dan tali hubungan dengan sesama manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi oleh kerendahan …. (Ali ­Imran, 112).
Sejalan dengan pendekatan sistem, orientasi pendidikan Islam itu memiliki karakteristik (ciri pokok) yang bersifat “goal-oriented” secara operasional pendidikan Islam yang dilaksanakan mendasarkan pende­katan sistem itu dapat dikembangkan ke dalam model berikut:
1.    Secara sistemik, manusia didik dipandang sebagai makhluk yang integralistik, total (berkebulatan) yang terbentuk dari unsur rohaniah dan jasmaniah yang tak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Masing-masing unsur tersebut memiliki organ-organ psikis dan fisikal yang bekerja secara fungsional saling mempengaruhi (in­teraktif) dan saling mendorong perkembangan ke arah pencapaian rujuan yang telah ditetapkan dalam pendidikan Islam.
2.    Secara pedagogis, pendidikan Islam diletakkan pada strategi pe­ngembangan seluruh kemampuan dasar secara integralistik, menuju ke arah pembentukan pribadi muslim serba-guna dalam dimensi rohani dan jasmaninya untuk menghayati dan mengamalkan ajaran Islam yang berorientasi kepada kesejahteraan hidup duniawi-ukhrawi secara bersamaan.
3.    Secara Institusionalisasi (pelembagaan) pendidikan Islam diwujudkan dalam struktur (bentuk) yang hierarkis berjenjang sejalan dengan tingkat perkembangan jiwa manusia-didik, menuju ke arah optimali­sasi kemampuan belajarnya yang semakin mendalam dan meluas. Institusi kependidikan Islam selain bertugas sebagai wahana, juga berfungsi mengarahkan proses kependidikan sesuai dengan programnya yang telah ditetapkan.
4.    Secara kurikuler, pendidikan Islam mengarahkan seluruh input in­strumental (Guru, metode, kurikulum dan fasilitas) dan input envi­ronmental (tradisi kebudayaan, lingkungan masyarakat, lingkungan alam) menjadi suatu bentuk program kegiatan kependidikan yang ditujukan kepada merealisasikan cita-cita Islami yaitu produk pendidikan Islam yang diharapkan. Proses pelaksanan kurikuler itu harus berdasarkan atas efisiensi dan efektivitas pengelolaan secara tahap demi tahap, sesuai dengan tingkat kemampuan manusia-didik.

B.     MODEL PENDIDIKAN ISLAM DENGAN PENDEKATAN PAEDAGOGIS DAN PSIKOLOGIS
Pendekatan ini menuntut kepada kita untuk berpandangan bahwa manusia-didik adalah makhluk Tuhan yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan rohaniah dan jasmaniah yang memer­lukan bimbingan dan pengarahan melalui proses kependidikan.
Membimbing dan mengarahkan perkembangan jiwa dan pertumbuhan jasmani dari pengertian pendidikan tidak dapat dipisahkan dari pengertian psikologis, karena pekerjaan mendidik yang bersasaran pada manusia yang sedang berkembang dan bertumbuh itu harus didasarkan pada tahap perkembangan/pertumbuhan psikologis di mana psikologi telah banyak melakukan studi secara khusus dari aspek-­aspek kemampuan belajar manusia.
Tanpa didasari dengan pandangan psikologis, bimbingan dan pengarahan yang bernilai paedagogis tidak akan menemukan sasarannya yang tepat, yang berakibat pada pencapaian produk pendidikan yang tidak tepat pula. Antara paedagogik (ilmu pendidikan) dengan psikologi (dalam hal ini psikologi pendidikan) saling mengembangkan dan memperkokoh dalam proses pengembangan akademiknya lebih lanjut, juga dalam proses pencapaian tujuan pembudayaan manusia melalui proses kependidikan.
Berbagai hambatan dan rintangan yang bersifat psikologss dalam din manusia-didik telah diidentifikasikan oleh ahli psikolagi (muslim) untuk dapat diperhatikan oleh para pemproses pendidikan (guru dan pendidik formal lainya) agar hambatan dan rintangan psikologis itu dapat diatasi dengan metode yang tepat dan berdaya guna. Hambatan dan gangguan itu diantaranya adlah penyakit hati, seperti firman Allah Surat Al-Baqarah ayat 10.” Dalam hati mereka ada penyaki, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”
Penyaki hati mula-mula timbul dari kelemahan keyakinan mereka kepada kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW. Kelemahan keya­kinan inilah yang menimbulkan kedengkian, iri hati dan dendam kesumat terhadap Nabi, agama Islam, dan orang-orang Islam. Inilah yang tergolong penyakit mental, yang menghambat dan merintangi ;pmses kependidikan Islam. Melalui ilmu jiwa, penyakit terse­but dapat diidentifikasikan untuk disembuhkan melalui upaya pen­didikan. Juga termasuk penyakit mental adalah sikap egoisme yang menggejala dalam bentuk perbuatan verbal mencela, mengejek, merendahkan orang lain, takabur, congkak, sombong, tinggi ‘hati, tidak menghargai martabat orang lain dan lain-lain, seperti didiskripsikan dalam A1 Quran sebagai ciri-ciri mental orang kafir dan munafik. Misalnya disebutkan dalam Qs. A1 Baqarah, 13 – 15. Nabi Muhammad SAW dalam berbagai peristiwa paedagogis, sering pula menunjukkan beberapa penyakit mental orang munafik orang musyrik dan kafir yang menggejala dalam prilaku lahiriah dalam pergaulan antara manusia. Seperti penyakit mental munafik diberitahukan oleh beliau dengan sabdanya sebagai berikut: “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu ketika ia berbicara, ia berdusta. Ketika ia berjanji, ia memungkirinya, dan ketika ia diberi amanat, ia mengkhianatinya.” (H.R. Buchari).
Jadi, ingkar janji dan berkhianat terhadap amanat, adalah tergolong penyakit mental yang menjadi ciri orang munafik. Pendidikan Islam bertugas menghilangkan kecenderungan manusia-didik terhadap penyakit mental tersebut dengan mempergunakan berbagai metoda.
Sikap mental berkeluh kesah, mengumpat-umpat, menyalahkan pihak lain dan sebagainya, pada waktu tertimpa kesusahan, dan sikap melupakan Tuhan atau lalai,berwatak kikir dan sebagainya; juga tergolong penyakit mental seperti dalam Qs. Al-Ma’arij ayat 20 – 22.
Kekuatan iman inilah yang menjadi sumber pendorong (moti­vasi) manusia ke arah ketaqwaan kepada Allah yang menyatakan diri alam berbagai bentuk amal-amal perbuatan saleh dan sikap ubu­diyyahnya kepada Khalik melalui shalat, beribadah saum dan sebagainya.
Sebaliknya Allah juga menjelaskan ciri-ciri tingkah laku orang­-orang yang beriman dan bertaqwa seperti antara lain disebutkan dalam; Surat Al-Mukninun ayat 1-6 : “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman; (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya; dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiadaberguna; dan orang-orang yang menunaikan zakat; dan orang-orang yang menjaga kemaduannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya dalam hal ini rnereka tiada tercela. (Al Mukmirnm, 1 – 6)
Cin-ciri mentalitas Islami seperti tersebut di atas merupakan beberapa aspek mental positif yang hendak dikembang-tumbuhkan oleh pendidikan Islam melalui proses-proses yang direncanakan: Ciri-ciri keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, yang telah tertanam niat dalam jiwa manusia-didik akan menjadi sumber rujukan semua perbuatannya di masa dewasanya.
Kaitannya dengan upaya menghilangkan penyakit-penyakit mental tersebut, Pendidikan Islam mengembang-tumbuhkan sumber utama kekuatan mental-spiritual yang mampu menangkal segala bcntuk penyakit mental, yaitu kekuatan IMAN yang benar, ialah iman yang berdasarkan tauhid kepada Allah SWT.
1.      Proses Perkembangan dan Pertumbuhan manusia-didik, dalam Kaitannya dengan Kemajuan Hidupnya Melalui Proses Belajar.
Manusia adalah makhluk yang mempunyai kecendenmg­an belajar (perubahan tingkah laku akibat pengalaman), menurut Edward Walker, 1967. Dapat diartikan sebagai suatu proses yang membawa perubahan dalam cara seseorang menanggapi: dan memberikan respon sebagai hasil dari hubungannya dengan alam sekitar, menurut Floyd, L. Ruch, 1963.
Ciri-ciri perubahan yang terjadi dalam diri sesearang melalui belajar itu bersifat disengaja, bukan terjadi perubahan secara automatis, seperti perubahan tingkah laku akibat mabuk, kelelahan, kematangan usia dan sebagainya.
Manusia mengalami perkembangan adalah berkat dari kegiatan belajarnya, dan kegiatan belajar itu berlangsung melalui proses sejak lahir sampai meninggal dunia Proses belajar yang berhasil-guna adalah jika tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara tepat-guna. Jadi proses belajar adalah kegiatan yang berarah dan bertujuan.

2.      Sasaran-sasaran analisis
Ilmu Pendidikan Islam dilihat dari segi psikologis dan paedagogis mencakup 5 faktor sebagai berikut:
a.    Pendidik
Sebagai pengendali dan pengarah proses serta pembimbing arah perkembangan dan pertumbuhan manusia-didik, ia adalah manusia hamba Allah yang bercita-cita Islami yang telah matang rohaniah dan jasmaniahnya, dan memahami kebutuhan perkembangan dan per­tumbuhan manusia-didik bagi kehidupan masa depannya. la tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan yang diperlukan manusia­didik, melainkan juga mentransformasikan tata-nilai Islami ke dalam pribadi mereka sehingga mapan dan menyatu serta mewarnai prilaku mereka sebagai pribadi yang bernafaskan Islam.
b.    Manusia-didik.
Sebagai objek (sasaran) pekerjaan mendidik, manusia-didik adalah mahluk yang sedang berada dalam proses perkembangan/pertum­buhan menurut fitrah masing-masing, sangat memerlukan bimbing­an dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya. Selain sebagai objek didik, ia juga harus diberi peran. sebagai subjek-didik melalui berbagai kesempatan yang tepat, karena proses kependidikan untuk mengembangkan ciri-ciri individual mereka berdasar atas kemampuan dari komponen-komponen fitrahnya harus didorong ke arah perkembangan positif dan konstruktif bagi kepentingan dirinya. Dorongan atau motivasi, persuasi atau rangsangan yang positif dan koastruktif itu diberikan kepada mereka berdasar­kan hukum-hukum mekanisme perkembangan atau pertumbuhan yang bersifat kesatuan organis, konvergensis dan temporer (menurut tempo).
c.    Alat-alat pendidikan.
Alat-alat ini berupa fisik atau non-fisik yang dalam proses kependidikkan perlu didayagunakan secara bervariasi sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Tujuan utama mempergunakan alat-alat terse­but ialah untuk mencapai hasil yang optimal dalam proses kependidikan itu, oleh karena itu alat-alat tersebut perlu diseleksi terlebih dahulu sebelum dipergunakan dalam proses, mana yang tepat-guna dan mana yang kurang tepat-guna diukur dari tujuan pendidikan yang hendak dicapai dalam proses. Dalam pengertian Ilmu Pendidikan Islam terdapat persyaratan lain­nya yaitu walaupun alat-alat itu bemilai efektif dan efisien namun bila bemilai tidak halal/tak dapat dibenarkan menurut norma Islalmi, maka alat tersebut tidak halal untuk diterapkan dalarn proses kependidikan.
d.    Lingkungan sekitar.
Lingkungan sekitar dapat dibagi menjadi lingkungan yang disengaja seperti lingkungan kependidikan, kebudayaan, masyarakat dan lain-­lain, dan lingkungan tak-disengaja seperti lingkungan alam, lingkungan hidup (ekosistem) dan sebagainya, namun semua lingkung­an tersebut mengandung pengaruh yang bersifat mendidik atau tak­mendidik terhadap manusia-didik baik di dalam lembaga pendidikan formal, nonformal, maupun dalam kehidupan bebas dalam masya­rakat terbuka.
e.    Cita-cita atau Tujuan.
Pendidikan Islam adalah suatu sistem di dalam mana terjadi proses kependidikan yang berusaha mencapai suatu tujuan yang telah di­tetapkan. Tujuan pendidikan adalah suatu nilai ideal yang hendak diwujudkan melalui proses kependidikan itu. Pendidikan apapun senantiasa kontekstual dengan nilai-nilai atau bahkan komitmen dengan tata nilai.
Pendidikan Islam yang membawakan dan menanamkan nilai-nilai Islami, lebih banyak berorientasi kepada nilai-nilai ajaran Islam. Menurut konsepsi Ilmu Pendidikan Islam, manusia dengan aspek-­aspek kepribadiannya yang berkembang sejak dini dapat di­pengaruhi oleh para pendidik (formal atau non-formal dan informal) dengan corak dan bentuk idealitas yang diinginkan mereka dalam batas-batas fitrahnya masing-masing.

C.    MODEL PENDIDIKAN ISLAM DENGAN PENDEKATAN SPIRITUAL
Pendekatan ini memandang bahwa ajaran Islam yang bersum­berkan kitab suci A1 Quran dan sunnah Nabi menjadi sumber impirasi dan motivasi pendidikan Islam.
Secara prinsipil, Allah SWT telah memberi petunjuk bagaimana agar manusia yang diciptakan sebagai rnakhluk yang memiliki struktur dan kontur psychis dan fisik yang paling sempuma dibandingkan dengan makhluk lainnya, dapat berkembang ke arah pola kehidupan yang bertaqwa kepada khalik-Nya, tidak menyimpang ke jalan yang ingkar kepada-Nya.
Allah hanya memberikan dua altematif pilihan yaitu jalan hidup yang benar atau jalan hidup yang sesat untuk dipilih oleh manusia melalui pertimbangan akal pikirannya yang dibantu oleh fungsi-fungsi psikologis lainnya.
Bila ia memilih jalan kebenaran, maka dijamin oleh Allah akan memperoleh kebahagiaan hidup dunia-akhirat dan bila memilih jalan sesat, maka ia diancam oleh Allah dengan sisksaan-Nya yang me­nyengsarakan hidupnya di dunia dan akhirat.
Abul A’la Al-Maududi mendeskripsikan perkembangan moralitas Islam itu ke da1am riga ciri kehidupan sebagai berikut:
1.      Keridhoan Allah menjadi tujuan hidup muslim dan keridhoan Allah menjadi sumber pembakuan moral yang tinggi serta menjadi jalan evolusi moral kemanusiaannya dengan sikap yang berorientasi kepada keridhaan Allah, memberikan sangsi moral untuk mencintai Allah dan takut kepada-Nya, yang pada giliranr.ya mendorong manusia mentaati hukum moral tanpa paksaan dari luar.
2.      Seluruh lingkungan kehidupan manusia senantiasa ditegakkan di atas moral Islam sehingga moral itu berkuasa penuh atas semua masalah kehidupannya, sedang hawa nafsu dan vested interest (kecenderungan yang tetap) yang picik tidak diberi kesempatan menguasai kehidupannya.
3.      Islam menuntut manusia agar melaksanakan sistem kehidupan yang didasari dengan norma-norma kebajikan yang jauh dari kejahatan. Islam memerintahkan perbuatan yang makruf dan menjauhi per­buatan mungkar, bahkan manusia dituntut untuk menegakkan keadil­an dalam menumpas segala bentuk kejahatan.
Model yang ideal bagi proses pendidikan Islam sejalan dengan nilai-nilai riligius yang Islami tersebut di atas dapat didiskripsikan secara prinsipal sebagai berikut:           -
1.      Pandangan religious, Tiap manusia adalah makhluk berketuha­nan yang mampu mengembangkan dirinya menjadi manusia yang beitakwa dan taat kepada Allah, Khalik-Nya. Manusia dapat terjerumus ke dalam perbuatan dosa yang mempergelap jiwanya sehingga mengalami derita hidup yang berkepanjangan, namun sesuai dengan fitrahnya pula manusia mampu menjadi hamba Allah yang me­ngabdi dan berserah diri kepada-Nya. Ia mampu membersihkan jiwanya dengan mengamalkan agama Islam. Mendapatkan kendhoan Allah adalah menjadi cita-cita hidup seorang muslim. Oleh karena itu seluruh tingkah lakunya mengandung niat yang ihlas untuk beribadah kepada-Nya.
2.      Proses kependidikan, diarahkan kepada terbentuknya uaanusia muslim yang dedikatif kepada Allah dan yang bersikap menye­rahkan diri secara total kepada-Nya. Iahirnya dan keseluruhan hidupnya adalah milik Allah semata. Materi pendidikan Islam harus bersifat mendorong manusia-didik untuk menyadari tentang asat-usul kejadiannya; dari mana, di mana dan ke mana ia harus kembali.
3.       Strategi Operasianalisasinya, adalah meletakkan manusia-didik berada dalam proses pendidikan sepanjang hayat dari sejak lahir sampai meninggal dunia. Belajar tidak dibatasi dalam bentuk institusi atau fonnal melainkan berada dalam kebebasan sepan­jang hayat. Sekolah hanya merupakan bentuk institusional kepen­didikan yang formalistik yang mempersiapkan manusia-didik untuk menerjuni semudera kehidupan yang lebih luas.



BAB  III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Model pendidikan Islam ada tiga, yaitu :
1.         Model Pendidikan Islam dengan pendekatan Sistem
·         Secara sistemik manusia dipandang sebagai makhluk integralistik.
·         Secara pedagogis pendidikan Islam sebagai pengembang potensi dasar secara integral antara rohani dan jasmani untuk membentuk manusia muslim.
·         Secara institusional pendidikan Islam adalah bentuk pendidikan yang bejenjang.
·         Secara kurikuler pendidikan Islam mengarahkan seluruh komponen dan faktor-faktor pendukung pendidikan untuk mewujudkan cita-cita Islami.

2.         Model Pendidikan Islam dengan pendekatan pedagogis dan psikologis.
Dengan pendekatan ini pendidikan menganggap manusia sebagai makhluk yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan baik secara jasmani dan rohani. Pendekatan sistem ini menganalisis lima unsur pendidikan yaitu:
·         Pendidik, harus memenuhi sebagai seorang  pendidik yang ideal
·         Anak didik diposisikan sebagai objek pendidikan
·         Alat pendidikan 
·         Lingkungan
·         Tujuan pendidikan Islam

3.         Model Pendidikan Islam dengan pendekatan Spiritual
Dalam pandangan agama manusia diberi dua pilihan yaitu jalan sesat yang mejerumuskan ke jurang nista dan jalan kebenaran yang menuntun manusia menuju keridhaan Alloh. Sehingga merasakan bahagia dunia-akhirat.
·      Proses pendidikan harus mengarahkan peserta didik menjadi manusia yang dedikatif dan berserah diri kepada Alloh. Materi pendidikan harus mengarahkannya dari asal-usul manusia sehingga dia akan mengerti arti hidup.
·      Kurikulum materi pendidikan harus mengandung nilai-nilai Islami.
·      Strategi operasional pendidikan adalah meletakkan anak didik dalam posisi pendidikan seumur hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, HMIlmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991)

Hj. Nur uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : CV Pustaka Setia, 1998), Jilid I, hal. 2





No comments:

Post a Comment