Monday, June 6, 2016

visi pendidikan islam



BAB II
PEMBAHASAN

A.      VISI PENDIDIKAN ISLAM
Kata visi berasal dari bahasa inggris, vision yang berarti penglihatan, daya lihat, pandangan, impian atau bayangan. Dengan demikian, secara sederhana kata visi mengacu pada sebuah cita-cita, khayalan, keinginan, angan-angan, khayalan, dan impian ideal yang ingin dicapai dan dirumuskan secara sederhana, singkat, padat, dan jelas namun mengandung penuh makna.
Visi pendidikan islam sesungguhnya melekat pada visi ajaran islam itu sendiri yang terkait dengan visi kerasulan Nabi Muhammad Saw, yaitu membangun sebuah kehidupan manusia yang patuh dan tunduk kepada Allah serta membawa rahmat bagi seluruh alam, seperti dalam firman-Nya Q.S Al-Ankabut ayat 16 yang artinya : Dan (Ingatlah) Ibrahim, ketika ia Berkata kepada kaumnya: “Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepada-Nya. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui. Kata patuh dan tunduk dan patuh kepada Allah sebagai disebutkan di dalam ayat tersebut memiliki arti yang amat luas, yaitu melaksanakan segala perintah Allah dalam segala aspek kehidupan seperti ekonomi, social, politik, budaya, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya yang didasarkan pada nilai-nilai kepatuhan dan ketundukan kepada Allah, yaitu nilai keimanan, ketakwaan, kejujuran, keadilan, kemanusiaan, kesastraan, kebersamaan, toleransi, tolong-menolong, kerja keras, dan lain-lain. Sedangkan kata rahmat dapat berarti kedamaian, kesejahteraan, keberuntungan, kasih sayang, kemakmuran dan lain sebagainya. Pendidikan islam yang dilaksanakan harus diarahkan untuk mewujudkan sebuah tata kehidupan yang mencerminkan nilai-nilai tersebut.
Dengan demikian visi pendidikan islam yang sejalan dengan visi ajaran islam yang bertumpu pada terwujudnya kasih sayang pada semua makhluk ciptaan Tuhan, ternyata memiliki jangkauan pengertian yang amat luas. Yaitu sebuah kasih sayang yang tulus dan menjangkau pada seluruh asperk kehidupan manusia dan digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan. Hampir tidak ada sebuah aktivitas yang dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya rahmat Tuhan. Visi pendidikan islam yang bertumpu pada mewujudkan rahmat bagi seluruh alam itu, memperlihatkan bahwa pendidikan islam memiliki sebuah tanggung jawab yang amat berat, kompleks, multi dimensil, dan berjangka panjang. Visi pendidikan islam terkait erat dengan upaya mewujudkan sebuah tata kehidupan yang harmoni, aman, damai, sejahtera lahir dan bathin.
Berdasarkan pada visi yang demikian itu, maka setiap penyimpangan dalam penyelenggaraan pendidikan islam dapat dengan mudah diketahui. Sebuah kegiatan pendidikan yang memperlakuakan anak didik secara tidak manusiawi, tidak adil, merusak jasmani, rohani dan akalnya, merusak masa depannya serta mengajarkan cara hidup yang keras, tidak bersahabat, atau mengajarkan memusuhi orang lain dan seterusnya dapat diduga bahwa pendidikan tersebut telah menyimpang dari visi pendidiakan islam. Demikian pula sebuah kegiatan pendidikan yang hanya menyuruh manusia memperhatikan aspek kehidupan saja, atau aspek ke akhiratan saja, atau membuatnya tidak berdaya dalam menghadapi kehidupan, maka pendidikan tersebut tidak lagi dapat dikatakan sebagai pendidikan islam.

B.       KONSEP PENDIDIKAN ISLAM
Secara garis besar, konsepsi pendidikan dalam Islam adalah mempertemukan pengaruh dasar dengan pengaruh ajar. Pengaruh pembawaan dan pengaruh pendidikan diharapkan akan menjadi satu kekuatan yang terpadu yang berproses ke arah pembentukan kepribadian yang sempurna. Oleh karena itu, pendidikan dalam Islam tidak hanya menekankan kepada pengajaran yang berorientasi kepada intelektualitas penalaran, melainkan lebih menekankan kepada pendidikan yang mengarah kepada pembentukan keribadian yang utuh dan bulat. Konsep pendidikan islam yang mengacu kepada ajaran Al-Qur’an, sangat jelas terurai dalam kisah Luqman. Dr. M. Sayyid Ahmad Al-Musayyar menukil beberapa ayat Al-Qur’an dalam Surat Luqman. Beliau mengatakan, ada tiga kaedah asasi pendidikan dalam Islam menurut Al-Qur’an yang dijalankan oleh Luqman kepada anaknya. Seperti diketahui, Luqman diberikan keutamaan Allah berupa Hikmah, yaitu ketepatan bicara, ketajaman nalar dan kemurnian fitrah. Dengan keistimewaannya tersebut, Luqman ingin mengajari anaknya hikmah dan membesarkannya dengan metode hikmah itu pula. Kaidah pendidikan tersebut yakni :
1.      Peletakan pondasi dasar, yaitu penanaman keesaan Allah, kelurusan aqidah, beserta keagungan dan kesempurnaan-Nya. Kalimat tauhid adalah focus utama pendidikannya. Tidak ada pendidikan tanpa iman. Tak ada pula akhlak, interaksi social, dan etika tanpa iman. Apabila iman lurus, maka lurus pulalah aspek kehidupannya. Sebab iman selalu diikuti oleh perasaan introspeksi diri dan takut terhadap Allah. Ini terdapat dalam QS. Luqman ayat 16. Seorang mukmin mesti berkeyakinan bahwa tak ada satu pun yang bisa disembunyikan dari Allah swt Yang Maha Mengetahui. Dari sinilah ia akan melakukan seluruh amal dan aktivitasnya semata untuk mencari ridha Allah tanpa sikap riya atau munafik, dan tanpa menyebut-nyebutnya ataupun menyakiti orang lain.
2.      Pilar-pilar pendidikan. Ia memerintahkan anaknya untuk shalat, memikul tanggung jawab amar ma’ruf nahi munkar, serta menanamkan sifat sabar. Shalat adalah cahaya yang menerangi kehidupan seorang muslim. Ini adalah kewajiban harian seorang muslim yang tidak boleh ditinggalkan selama masih berakal baik. Amar ma’ruf nahi munkar merupakan istilah untuk kritik konstruktif, rasa cinta dan perasaan bersaudara yang besar kepada sesame, bukan ditujukan untuk mencari-cari kesalahan dan ghibah, seperti pada QS. Luqman ayat 10. Sabar itu bermacam-macam. Ada sabar atas ketaatan hingga ketaatan itu ditunaikan, ada sabar atas kemaksiatan hingga kemaksiatan itu dihindari, dan ada pula sabar atas kesulitan hidup hingga diterima dengan perasaan ridha dan tenang. Seorang beriman berada di posisi antara syukur dan sabar. Dalam kemudahan yang diterimanya, ia pandai bersyukur dan dalam setiap kesulitan yag dihadapinya, ia mesti bersabar dan introspeksi diri.
3.      Etika social. Metode pendidikan Luqman menumbuhkan buah adab yang luhur. Luqman menggambarkan hal itu untuk putranya dengan larangan melakukan kemungkaran dan tak tahu terima kasih, serta perintah untuk tidak terlalu cepat  dan tidak pula terlalu lambat dalam berjalan, dan merendahkan suara. Sebab, semua manusia berasal dari nutfah yang hina dan akan berakhir menjadi bangkai busuk. Dan ketika hidup pun, ia kesakitan jika tertusuk duri dan berkeringat jika kepanasan. Sebenarnya, pendidikan dapat diartikan secara sederhana sebagai upaya menjaga anak keturunan agar memiliki kualitas iman prima, amal sempurna dan akhlak paripurna.   Karena itu, tanpa banyak diketahui, di dalam islam, langkah awal pendidikan untuk mendapatkan kualitas keturunan yang demikian sudah ditanamkan sejak anak bahkan belum terlahir. Apa buktinya? Manhaj islam menggariskan bahwa sebaik-baik kriteria dalam memilih pasangan hidup adalah factor agama, bukan karena paras muka dan kekayaannya.  Sebab, diyakini, calon orang tua yang memiliki keyakinan beragama yang baik tentu akan melahirkan anak-anak yang juga baik. Di dalam ajaran islam, orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Keduanya berkewajiban mendidik anak-anaknya untuk mempertemukan potensi dasar dengan pendidikan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw yang menyatakan bahwa : “Setiap anak dilahirkan di atas fitrahnya, maka kedua orangtuanya yang menjadikan dirinya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR Bukhari). Kewajiban ini juga ditegaskan dalam firman-Nya: Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”. (QS. 20:132).
Dalam Islam, pentingnya pendidikan tidak semata-mata mementingkan individu, melainkan erat kaitannya dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Konsep belajar/pendidikan dalam Islam berkaitan erat dengan lingkungan dan kepentingan umat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan senantiasa dikorelasikan dengan kebutuhan lingkungan, dan lingkungan dijadikan sebagai sumber belajar. Seorang peserta didik yang diberi kesempatan untuk belajar yang berwawasan lingkungan akan menumbuhkembangkan potensi manusia sebagai pemimpin. Konsep pendidikan dalam Islam menawarkan suatu sistem pendidikan yang holistik dan memposisikan agama dan sains sebagai suatu hal yang seharusnya saling menguatkan satu sama lain. Pemisahan dan pengotakan antara agama dan sains jelas akan menimbulkan kepincangan dalam proses pendidikan, agama jika tanpa dukungan sains akan menjadi tidak mengakar pada realitas dan penalaran, sedangkan sains yang tidak dilandasi oleh asas-asas agama dan akhlaq atau etika yang baik akan berkembang menjadi liar dan menimbulkan dampak yang merusak. Murtadha Mutahhari seorang ulama, filosof dan ilmuwan Islam menjelaskan bahwa iman dan sains merupakan karakteristik khas insani, di mana manusia mempunyai kecenderungan untuk menuju ke arah kebenaran dan wujud-wujud suci dan tidak dapat hidup tanpa menyucikan dan memuja sesuatu. Ini adalah kecenderungan iman yang merupakan fitrah manusia. Tetapi di lain pihak manusia pun memiliki kecenderungan untuk selalu ingin mengetahui dan memahami semesta alam, serta memiliki kemampuan untuk memandang masa lalu, sekarang dan masa mendatang (yang merupakan ciri khas sains).
Al-Qur’an berkali-kali meminta manusia membaca tanda-tanda alam, menantang akal manusia untuk melihat ke-MahaKuasa-an Allah pada makhluk lain, rahasia penciptaan tumbuhan, hewan, serangga, pertumbuhan manusia, kejadian alam dan penciptaan langit bumi. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang berisikan tentang kejadian-kejadian di sekitar kita yang menuntut pemahaman dengan sains/akal manusia. Karena itu, seorang muslim juga diwajibkan untuk mempelajari sains, karena sains hanyalah salah satu pembuktian kekuasaan Allah, di samping ayat-ayat qauliyah. Karenanya, konsep pendidikan dalam islam menurut Al-Qur’an pun tidak hanya berisi materi-materi pendidikan keagamaan saja. Pendidikan merupakan jalan utama untuk mendekatkan diri kepada Allah. Secara sepintas bila melihat tujuan pendidikan diatas, terkesan bahwa pendidikan yang diharapkan Al-Ghozali hanya bersifat ukhrowi. Akan tetapi jika dikaji lebih mendalam, pendidikan menurutnya tidak hanya bersifat ukhrowi, bahkan ia mengatakan dunia merupakan manifestasi menuju ke masa depan.
Berangkat dari pemahaman tersebut dapat disimpulkan juga konsep peserta didik. Menurutnya, peserta didik sebaiknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Belajar merupakan proses jiwa.
b. Belajar menuntut konsentrasi
c. Belajar harus didasari sikap tawadhu’
d. Belajar bertukar pendapat hendaklah telah mantap pengetahuan dasarnya.
e. Belajar harus mengetahui nilai dan tujuan ilmu pengetahuan yang di pelajari
f. Belajar secara bertahap
g. Tujuan belajar untuk berakhlakul karimah.

Dilihat dari segi sumber dan tata nilai atau muatan filosofis yang mendasarinya, pendidikan Islam secara khusus memiliki perangkat sistem pendidikan yang di dalamnya tergambar visi, misi, tujuan dan orientasinya. Sistem pendidikan Islam yang berasaskan agama berakar pada doktrin ajaran Islam yang bersumberkan Al-Qur’an dan hadits Nabi SAW. Sistem pendidikan Islam bersifat integral, utuh, dan meliputi keseluruhan dimensi kebutuhan manusia sebagai subyek pendidikan. Hal ini berarti bahwa sistem pendidikan Islam bersifat menyeluruh dan komprehensif, dalam arti bahwa nilai-nilai dasar ajaran Islam terpadukan dan terintegrasikan ke dalam ruang dan aktifitas pendidikan pada semua pola, level, dan tingkatan.
Sifat integralistik dan totalitas sistem pendidikan Islam meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.       Sistem pendidikan Islam tidak memisahkan nilai-nilai moral dan Ketuhanan dari nilai-nilai hidup keduniawian.
b.      Totalitas bangunan sistem pendidikan Islam menyatupadukan dan menyelaraskan antara kepentingan dunia dan akhirat.
c.       Sistem pendidikan Islam menyeimbangkan antara pendidikan akal (intelektual) dan pendidikan moral-spiritual.
d.      Keseluruhan visi, orientasi dan misi sistem pendidikan Islam bertujuan untuk menyeimbangkan antara prinsip kepentingan individu dan prinsip kepentingan masyarakat agar pola-pola hubungan dan tatanan sosial Islami dalam kehidupan masyarakat dapat terbina dan terjaga dengan baik.
e.       Sistem pendidikan Islam bertujuan untuk memperkuat dasar-dasar komitmen ajaran hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah) dan hubungan sosial antara manusia dengan sesamanya (hablum minannas) dalam keseimbangan atas dasar paradigma idealitas Ilahiyah dan realitas insaniyah.
Pada tataran praktis, pendidikan Islam sebagai sebuah sistem sebagaimana sistem pendidikan pada umumnya, meliputi komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Komponen-komponen tersebut antara lain isi, metode, media, tujuan, dan evaluasi. Selain itu, komponen utama dalam proses pembelajaran, yaitu: pendidik, peserta didik, dan kurikulum.

2. Orientasi
Orientasi adalah suatu penetapan atau perasan tentang posisi seseorang dalam kaitannya dengan lingkungan atau dengan orang tertentu atau sesuatu yang khusus atau lapangan pengetahuan.
Ada pun orientasi pendidikan islam itu sendiri bahwa islam lebih mementingkan hidup masa depan yang bernilai duniawi-ukhrawi. Sebagaimana dalam firman Allah SWT berikut ini:
Artinya: hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri manusia memperhatikan hal-hal yang diperbuatnya untuk hari esok akhirat) bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Hasyr: 18).
Ayat di atas memberikan indikasi kepada kita bahwa pendidikan islam itu adalah adanya keseimbangan antara ilmu dunia dan akhirat. Sehingga ketika seseorang melakukan perbuatan yang dilarang maka ia mempertimbangkannya kembali. Sebab jika melakukan perbuatan itu, berarti ia telah merusak kehidupan masa depannya.
Ada tiga sumber pokok orientasi pendidikan islam, antara lain:
a. Orientasi pengembangan kepada Allah Yanga Maha Mengetahui, yang menjadi sumbernya segala sumber ilmu pengetahuan.
b. Orientasi pengembangan ke arah kehidupan sosial manusia, di mana hubungan antar manusia semakin kompleks dan luas ruang lingkupnya akibat pengaruh kemajuan ilmu dan teknologi modern yang maju pesat.
c. Orientasi pengembangan ke arah alam sekitar yang diciptakan Allh untuk kepentingan hidup umat manusia, mengandung macam kekayaan alam yang harus digali, dikelola dan dimanfaatkan oleh manusia bagi kesejahteraan hidupnya di dunia untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat.

Pengertian Metodelogi Pendidikan Agama Islam
Secara singkat Metodelogi pendidikan agama adalah segala usaha yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan agama, dengan melalui berbagai aktifitas, baik di dalam maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah. 
Metode Mengajar itu adalah suatu teknik bahan penyampaian bahan pelajaran kepada murid. Ia dimaksudkan agar murid dapat menangkap menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik. Atau dengan kata lain metode pngajaran adalah penyusunan pengajaran yang sesuai dengan daya serap murid.
Gambaran Al-Qur’an Tentang Metodologi Pengajaran Agama Islam
Marilah kita lihat beberapa ayat al-qur’an yang dapat dijadikan petunjuk dalam membicarakan metode mengajar ini ;
“Semua makna al-Qur’an itu ditanamkan kedalam hati nabi Muhammad saw, dan dengan ucapan nabi muhammad-lah al-Qur’an itu dilafalkan.Apabila makna al-Qur’am itu dibacakan (oleh nabi Muhammmad) maka ikutilah bacaan itu (diujukan kepada sahabat nabi yang hadir sewaktu wahyu turun kepada nabi).
Ayat al-Qur’an ini memberikan gambaran kepada kita tentang metode mengajar dalam suatu proses belajar. Semua bahan  pelajaran yang hendak diajarkan haruslah dikuasai oleh guru sebaik-baiknya. Metode resitas atau metode pengulangan dapat digunakan.
Ayat Al-qur’an lain menggambarkan.
”Hai Muhammmad ! Bacalah ! dengan menyebut nama Allah Yang menciptakan alam semesta. Ialah yang menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah muhammad, bahwa tuhanmu itu amat mulia, yang mengajar dengan perantara kalam. (Q.S. Al-Alaq).
Secara Lahiriyah ayat tersebut memberi suatau petunjuk tentang metode mengajar, bahwa pelajaran yang utama adalah membaca. Di dalam membaca terkandung makna hendak memberikan pengetahuan. Pengetahuan yang mula-mula diketahui oleh manusia ialah nama. Nama adalah simbol pengetahuan permulaan dan dari nama orang dapat membuat pengertian atau konsep ilmu pengetahuan.
Faktor Penyebab banyaknya metode pengajaran
Apabila dijabarkan secara terperinci, faktor-faktor penyebab bermacam-macamnya metode mengajar antara lain :
  1. 1. Tujuan yang berbeda dari masing-masing mata pelajaran yang berbeda sesuai dengan jenis, sifat, maupun isi mata pelajaran masing-masing.
  2. 2. Perbedaan latar belakang individuil anak, baik latar belakang kehidupan, tingkat usianya maupun tingkat kemampuan berfikirnya.
  3. 3. Perbedaan situasi dan kondisi dimana pendidikan berlangsung; dengan pengertian bahwa disamping perbedaan jenis lembaga pendidikan (sekolah) masing-masing, juga letak geografis dan perbedaan sosial dan kultural ikut menentukan metode yang digunakan  oleh guru.
  4. 4. Perbedaan pribadi dan kemampuan dari pada pendidik masing-masing.
  5. 5. Karena adanya fasilitas / Sarana yang berbeda baik dari segi kualitas maupun dalam segi kuantitas.[5]
Beberapa Metode pendidikan agama
Pada prinsipnya, metode pengajaran agama sama dengan metode pengajaran ilmu umum, disamping diakui adanya beberapa ciri khusus tersendiri. Menurut Dr. Winarto Surachmad Dalam Bukunya “Interaksi Mengajar Dan belajar” Mengemukakan Metode mengajar didalam kelas, yaitu :
  1. Metode Ceramah
  2. Metode Tanya Jawab
  3. Metode Diskusi
  4. Metode Pemberian tugas belajar / resitasi
  5. Metode  Demonstrasi dan Eksperimen
  6. Metode Bekerja kelompok
  7. Metode Sosiodrama dan bermain perminan
  8. Metode Karya wisata
  9. Metode Drill (Latihan Siap)
10.  Metode Sistem regu (Team Teaching)


DAFTAR PUSTAKA
Dra.H.Zuhairini, Dkk; Metodik Khusus Pendidikan Agama. Usaha Nasional, Surabaya. 1981.
Dr.Zakiaah Daradjat, Dkk;Metodologi Pengajaran Agama Islam.Bumi Aksara, Jakarta. 2001.



No comments:

Post a Comment