B. Konsep dan Sistem Pendidikan Islam
Pendidikan Islam mempunyai sejarah yang panjang. Dalam
pengertian yang luas, pendidikan Islam berkembang seiring dengan munculnya
Islam itu sendiri. Proses dan perjalanan historis pendidikan Islam merupakan
cermin yang seyogyanya menimbulkan refleksi untuk menggerakkan upaya-upaya
kreatif dalam kerangka membangun pendidikan Islam yang kompetitif di tengah
arus globalisasi dan tantangan abad modern yang kian kompleks. Tantangan abad
modern ini, bagaimanapun menuntut respon yang tepat dari sistem pendidikan
Islam secara keseluruhan.
Pada sisi lain, pendidikan Islam memiliki karakteristik yang
membuatnya unik di tengah-tengah pendidikan yang lain, baik yang tradisional
maupun yang modern. Sebagian karakteristik tersebut berkaitan dengan filosofi
yang melandasinya, isi dan metode serta proses pelaksanaannya. Hal ini dapat
kita lacak berdasarkan nilai dan dasar yang menjadi konsep dalam pendidikan
Islam.
Secara garis besar, menurut Faisal Ismail, prinsip-prinsip
konseptual pendidikan Islam meliputi lima aspek berikut ini :
Pertama,
Islam menekankan bahwa pendidikan merupakan perintah kewajiban agama di mana
proses belajar-mengajar, proses pembelajaran dan proses pencarian ilmu menjadi
fokus yang sangat bermakna dan benilai kehidupan manusia.
Kedua,
seluruh pola rangkaian kegiatan pendidikan dalam konsep Islam adalah merupakan
ibadah kepada Allah. Ini berarti bahwa pendidikan merupakan kewajiban
individual dan kolektif.
Ketiga,
Islam memberikan posisi dan derajat yang sangat tinggi kepada orang-orang
terdidik, terpelajar, sarjana, dan ilmuwan.
Keempat,
seluruh proses kegiatan pembelajaran dan aktifitas pendidikan dalam konsep dan
struktur ajaran Islam berlangsung sepanjang hayat (long life education).
Kelima,
seluruh proses pembelajaran dan pola pendidikan dalam konstruk ajaran Islam
bersifat dialogis, inovatif, kreatif, terbuka, dan demokratis.18
Sementara itu, dalam Konferensi Dunia tentang pendidikan
Islam yang pertama di Mekkah, sebagaimana ditulis Muhammad Tholhah Hasan,
dirumuskan beberapa rekomendasi yang terkaita dengan konsep pendidikan Islam,
yaitu:
a. Konsep Islam tentang manusia mempunyai keluasan dan jarak
yang tidak dimiliki oleh konsep-konsep lain manapun tentang manusia. Karena
manusia dalam konsep Islam dapat menjadi khalifatullah, dengan
menanamkan dan mengaktualisasikan sifat-sifat Allah dalam dirinya.
b. Pengetahuan adalah sumber kemajuan dan pengembangan umat
manusia, oleh karenanya Islam tidak meletakkan hambatan apapun terhadap upaya
pencapaian pengetahuan itu.
c. Jangkauan penyampaian dan penguasaan pengetahuan ini harus
seutuhnya, dalam dimensi intelektual, spiritual, maupun fisikal, karena tanpa
demikian seseorang tidak dapat mempertahankan pertumbuhan yang seimbang.
d. Aspek-aspek
spiritual, intelektual, moral, imajinatif, emosional, dan fisikal harus tetap
diperhatikan dalam membentuk interrelasi di antara disiplin-disiplin keilmuan,
secara sistematis, programatis, dan hierarkis.
e. Pengembangan pribadi dilihat dalam
konteks hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan
alam.19
Dalam
pandangan Islam, pendidikan merupakan proses yang suci untuk mewujudkan tujuan
asasi hidup, yaitu beribadah kepada Allah dengan segala maknanya yang luas. Dengan demikian, pendidikan
merupakan bentuk tertinggi ibadah dalam Islam dengan alam sebagai lapangannya,
manusia sebagai pusatnya, dan hidup beriman dan berakhlak mulia sebagai
tujuannya. Selain itu, prinsip keseimbangan dalam Islam membias pada pendidikan
Islam. Dalam proses dan pelaksanaan pendidikan Islam didasarkan pada
keseimbangan antara teori dan implementasi, antara akal dan naql, antara
pengetahuan yang berguna bagi individu dan yang berguna bagi masyarakat,
keselarasan antara perkembangan individu dalam kerangka perkembangan masyarakat
dan dunia. Hal ini merupakan fungsi pendidikan sebagai proses yang membawa
individu dan masyarakat menuju perkembangan dan kemajuan.
Dilihat dari segi sumber dan tata nilai atau muatan
filosofis yang mendasarinya, pendidikan Islam secara khusus memiliki perangkat
sistem pendidikan yang di dalamnya tergambar visi, misi, tujuan dan
orientasinya. Sistem pendidikan Islam yang berasaskan agama berakar pada doktrin
ajaran Islam yang bersumberkan Al-Qur’an dan hadits Nabi SAW. Sistem pendidikan
Islam bersifat integral, utuh, dan meliputi keseluruhan dimensi kebutuhan
manusia sebagai subyek pendidikan. Hal ini berarti bahwa sistem pendidikan
Islam bersifat menyeluruh dan komprehensif, dalam arti bahwa nilai-nilai dasar
ajaran Islam terpadukan dan terintegrasikan ke dalam ruang dan aktifitas
pendidikan pada semua pola, level, dan tingkatan.
Sifat integralistik dan totalitas sistem pendidikan Islam
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.
Sistem pendidikan Islam tidak
memisahkan nilai-nilai moral dan Ketuhanan dari nilai-nilai hidup keduniawian.
b. Totalitas
bangunan sistem pendidikan Islam menyatupadukan dan menyelaraskan antara
kepentingan dunia dan akhirat.
c. Sistem pendidikan Islam
menyeimbangkan antara pendidikan akal (intelektual) dan pendidikan
moral-spiritual.
d.
Keseluruhan visi, orientasi dan misi sistem pendidikan Islam bertujuan
untuk menyeimbangkan antara prinsip kepentingan individu dan prinsip
kepentingan masyarakat agar pola-pola hubungan dan tatanan sosial Islami dalam
kehidupan masyarakat dapat terbina dan terjaga dengan baik.
e. Sistem
pendidikan Islam bertujuan untuk memperkuat dasar-dasar komitmen ajaran
hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah) dan hubungan sosial
antara manusia dengan sesamanya (hablum minannas) dalam keseimbangan
atas dasar paradigma idealitas Ilahiyah dan realitas insaniyah.
Dengan
demikian, sistem pendidikan Islam, sesuai dengan arah, visi, dan misinya yang
komprehensif, sinergis, dan terpadu, sangat menekankan pencapaian pola
keseimbangan pendidikan rohani dan jasmani. Keterpaduan antara akal dan kalbu,
fisik dan psikis, iman dan ilmu, nalar dan naql, hubungan vertikal dan
horisontal, serta perkembangan mental dan intelektual.
Pada
tataran praktis, pendidikan Islam sebagai sebuah sistem sebagaimana sistem
pendidikan pada umumnya, meliputi komponen-komponen yang berkaitan satu sama
lain dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Komponen-komponen tersebut antara
lain isi, metode, media, tujuan, dan evaluasi. Selain itu, komponen utama dalam
proses pembelajaran, yaitu: pendidik, peserta didik, dan kurikulum.
6Pemerintah
RI, UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta: PT. Kloang Klede Putra Timur, 2003, Cet.
ke-1, h. 3
8H. Faisal
Ismail, Masa Depan Pendidikan Islam di Tengah Kompleksitas Tantangan
Modernitas, Jakarta: Bakti Aksara Persada, 2003, Cet.
ke-1, h. 1
9M. Yusuf
Al-Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna,
terjemah: Prof. H. Busthami A. Ghani dan Drs. Zainal Abidin, Jakarta: Bulan
Bintang, 1980, Cet. ke-1, h. 157
10Hasan
Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung:
Al-Ma’arif, 1980, Cet. ke-1, h. 94
11Ahmad D.
Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung:
Al-Ma’arif, 1980, Cet. ke-3, h. 23
12Endang Saifuddin Anshari, Pokok-pokok Pikiran tentang
Islam, Jakarta: Usaha Enterprise, 1976, Cet. Ke-1, h. 85
13Banking Concept of Education adalah istilah yang dikemukakan oleh Paulo Freire. Konsep
ini merupakan suatu gejala di mana guru berlaku sebagai penyimpan yang
memperlakukan peserta didik sebagai tempat penyimpanan (bank) yang kosong
sehingga perlu diisi. Dalam proses semacam ini peserta didik tak lebih sebagai
gudang dan dianggap berada dalam kebodohan absolut (absolute ignorance).
(lihat Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru, Jakarta: Logos, 2002, Cet. ke-4, h. 7 dan Rumadi, Sekolah:
Surga atau Neraka, dalam Majalah Inovasi Kurikulum, Proyek Pengembangan
Kurikulum Tingkat Dasar Depag RI, Vol. 01, Tahun 2003, h. 5)
14Munzir
Suparta dan Hery Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
Jakarta: Amissco, 2003, Cet.ke-2, h. 79
15Ahmad
Tafsir, et. al., Peran Strategis Guru Pendidikan Agama Islam di Tengah
Arus Modernisme, Cirebon: CV. Pangger, 2007, Cet. ke-1, h. 8
16Azyumardi
Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
Jakarta: Logos, 2002, Cet. ke-4, h. 8
17Arief
Rachman, et. al., Implementasi Akhlaq Qur’ani, Kumpulan makalah
dalam Seminar Nasional Musabaqah Al-Qur’an PT. Telekomunikasi Tbk.,
Bandung: Panitia Musabaqah Al-Qur’anNasional V, 2002, Cet. ke-1, h. 3
18Faisal
Ismail, Masa Depan Pendidikan Islam di Tengah Kompleksitas Tantangan
Modernitas, Jakarta: Bakti Aksara Persada, 2003, Cet.
ke-1, h. 5-7
19Muhammad
Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, Jakarta:
Lantabora Press, 2004, cet. ke-3, h. 131
No comments:
Post a Comment