Monday, June 6, 2016

KONSEP DAN SISTEM PENDIDIKAN ISLAM




B.     Konsep dan Sistem Pendidikan Islam
Pendidikan Islam mempunyai sejarah yang panjang. Dalam pengertian yang luas, pendidikan Islam berkembang seiring dengan munculnya Islam itu sendiri. Proses dan perjalanan historis pendidikan Islam merupakan cermin yang seyogyanya menimbulkan refleksi untuk menggerakkan upaya-upaya kreatif dalam kerangka membangun pendidikan Islam yang kompetitif di tengah arus globalisasi dan tantangan abad modern yang kian kompleks. Tantangan abad modern ini, bagaimanapun menuntut respon yang tepat dari sistem pendidikan Islam secara keseluruhan.
Pada sisi lain, pendidikan Islam memiliki karakteristik yang membuatnya unik di tengah-tengah pendidikan yang lain, baik yang tradisional maupun yang modern. Sebagian karakteristik tersebut berkaitan dengan filosofi yang melandasinya, isi dan metode serta proses pelaksanaannya. Hal ini dapat kita lacak berdasarkan nilai dan dasar yang menjadi konsep dalam pendidikan Islam.
Secara garis besar, menurut Faisal Ismail, prinsip-prinsip konseptual pendidikan Islam meliputi lima aspek berikut ini :
Pertama, Islam menekankan bahwa pendidikan merupakan perintah kewajiban agama di mana proses belajar-mengajar, proses pembelajaran dan proses pencarian ilmu menjadi fokus yang sangat bermakna dan benilai kehidupan manusia.
Kedua, seluruh pola rangkaian kegiatan pendidikan dalam konsep Islam adalah merupakan ibadah kepada Allah. Ini berarti bahwa pendidikan merupakan kewajiban individual dan kolektif.
Ketiga, Islam memberikan posisi dan derajat yang sangat tinggi kepada orang-orang terdidik, terpelajar, sarjana, dan ilmuwan.
Keempat, seluruh proses kegiatan pembelajaran dan aktifitas pendidikan dalam konsep dan struktur ajaran Islam berlangsung sepanjang hayat (long life education).
Kelima, seluruh proses pembelajaran dan pola pendidikan dalam konstruk ajaran Islam bersifat dialogis, inovatif, kreatif, terbuka, dan demokratis.18
Sementara itu, dalam Konferensi Dunia tentang pendidikan Islam yang pertama di Mekkah, sebagaimana ditulis Muhammad Tholhah Hasan, dirumuskan beberapa rekomendasi yang terkaita dengan konsep pendidikan Islam, yaitu:
a.       Konsep Islam tentang manusia mempunyai keluasan dan jarak yang tidak dimiliki oleh konsep-konsep lain manapun tentang manusia. Karena manusia dalam konsep Islam dapat menjadi khalifatullah, dengan menanamkan dan mengaktualisasikan sifat-sifat Allah dalam dirinya.
b.      Pengetahuan adalah sumber kemajuan dan pengembangan umat manusia, oleh karenanya Islam tidak meletakkan hambatan apapun terhadap upaya pencapaian pengetahuan itu.
c.       Jangkauan penyampaian dan penguasaan pengetahuan ini harus seutuhnya, dalam dimensi intelektual, spiritual, maupun fisikal, karena tanpa demikian seseorang tidak dapat mempertahankan pertumbuhan yang seimbang.
d.      Aspek-aspek spiritual, intelektual, moral, imajinatif, emosional, dan fisikal harus tetap diperhatikan dalam membentuk interrelasi di antara disiplin-disiplin keilmuan, secara sistematis, programatis, dan hierarkis.
e.       Pengembangan pribadi dilihat dalam konteks hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan alam.19

Dalam pandangan Islam, pendidikan merupakan proses yang suci untuk mewujudkan tujuan asasi hidup, yaitu beribadah kepada Allah dengan segala maknanya yang luas. Dengan demikian, pendidikan merupakan bentuk tertinggi ibadah dalam Islam dengan alam sebagai lapangannya, manusia sebagai pusatnya, dan hidup beriman dan berakhlak mulia sebagai tujuannya. Selain itu, prinsip keseimbangan dalam Islam membias pada pendidikan Islam. Dalam proses dan pelaksanaan pendidikan Islam didasarkan pada keseimbangan antara teori dan implementasi, antara akal dan naql, antara pengetahuan yang berguna bagi individu dan yang berguna bagi masyarakat, keselarasan antara perkembangan individu dalam kerangka perkembangan masyarakat dan dunia. Hal ini merupakan fungsi pendidikan sebagai proses yang membawa individu dan masyarakat menuju perkembangan dan kemajuan.
Dilihat dari segi sumber dan tata nilai atau muatan filosofis yang mendasarinya, pendidikan Islam secara khusus memiliki perangkat sistem pendidikan yang di dalamnya tergambar visi, misi, tujuan dan orientasinya. Sistem pendidikan Islam yang berasaskan agama berakar pada doktrin ajaran Islam yang bersumberkan Al-Qur’an dan hadits Nabi SAW. Sistem pendidikan Islam bersifat integral, utuh, dan meliputi keseluruhan dimensi kebutuhan manusia sebagai subyek pendidikan. Hal ini berarti bahwa sistem pendidikan Islam bersifat menyeluruh dan komprehensif, dalam arti bahwa nilai-nilai dasar ajaran Islam terpadukan dan terintegrasikan ke dalam ruang dan aktifitas pendidikan pada semua pola, level, dan tingkatan.
Sifat integralistik dan totalitas sistem pendidikan Islam meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.       Sistem pendidikan Islam tidak memisahkan nilai-nilai moral dan Ketuhanan dari nilai-nilai hidup keduniawian.
b.      Totalitas bangunan sistem pendidikan Islam menyatupadukan dan menyelaraskan antara kepentingan dunia dan akhirat.
c.       Sistem pendidikan Islam menyeimbangkan antara pendidikan akal (intelektual) dan pendidikan moral-spiritual.
d.      Keseluruhan visi, orientasi dan misi sistem pendidikan Islam bertujuan untuk menyeimbangkan antara prinsip kepentingan individu dan prinsip kepentingan masyarakat agar pola-pola hubungan dan tatanan sosial Islami dalam kehidupan masyarakat dapat terbina dan terjaga dengan baik.
e.       Sistem pendidikan Islam bertujuan untuk memperkuat dasar-dasar komitmen ajaran hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah) dan hubungan sosial antara manusia dengan sesamanya (hablum minannas) dalam keseimbangan atas dasar paradigma idealitas Ilahiyah dan realitas insaniyah.
Dengan demikian, sistem pendidikan Islam, sesuai dengan arah, visi, dan misinya yang komprehensif, sinergis, dan terpadu, sangat menekankan pencapaian pola keseimbangan pendidikan rohani dan jasmani. Keterpaduan antara akal dan kalbu, fisik dan psikis, iman dan ilmu, nalar dan naql, hubungan vertikal dan horisontal, serta perkembangan mental dan intelektual.
Pada tataran praktis, pendidikan Islam sebagai sebuah sistem sebagaimana sistem pendidikan pada umumnya, meliputi komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Komponen-komponen tersebut antara lain isi, metode, media, tujuan, dan evaluasi. Selain itu, komponen utama dalam proses pembelajaran, yaitu: pendidik, peserta didik, dan kurikulum.
6Pemerintah RI, UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: PT. Kloang Klede Putra Timur, 2003, Cet. ke-1, h. 3
7M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987, Cet. ke-1, h. 1
8H. Faisal Ismail, Masa Depan Pendidikan Islam di Tengah Kompleksitas Tantangan Modernitas, Jakarta: Bakti Aksara Persada, 2003, Cet. ke-1, h. 1
9M. Yusuf Al-Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, terjemah: Prof. H. Busthami A. Ghani dan Drs. Zainal Abidin, Jakarta: Bulan Bintang, 1980, Cet. ke-1, h. 157
10Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1980, Cet. ke-1, h. 94
11Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1980, Cet. ke-3, h. 23
12Endang Saifuddin Anshari, Pokok-pokok Pikiran tentang Islam, Jakarta: Usaha Enterprise, 1976, Cet. Ke-1, h. 85
13Banking Concept of Education adalah istilah yang dikemukakan oleh Paulo Freire. Konsep ini merupakan suatu gejala di mana guru berlaku sebagai penyimpan yang memperlakukan peserta didik sebagai tempat penyimpanan (bank) yang kosong sehingga perlu diisi. Dalam proses semacam ini peserta didik tak lebih sebagai gudang dan dianggap berada dalam kebodohan absolut (absolute ignorance). (lihat Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos, 2002, Cet. ke-4, h. 7 dan  Rumadi, Sekolah: Surga atau Neraka, dalam Majalah Inovasi Kurikulum, Proyek Pengembangan Kurikulum Tingkat Dasar Depag RI, Vol. 01, Tahun 2003, h. 5)
14Munzir Suparta dan Hery Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Amissco, 2003, Cet.ke-2, h. 79
15Ahmad Tafsir, et. al., Peran Strategis Guru Pendidikan Agama Islam di Tengah Arus Modernisme, Cirebon: CV. Pangger, 2007, Cet. ke-1, h. 8
16Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos, 2002, Cet. ke-4, h. 8
17Arief Rachman, et. al., Implementasi Akhlaq Qur’ani, Kumpulan makalah dalam Seminar Nasional Musabaqah Al-Qur’an  PT. Telekomunikasi Tbk., Bandung: Panitia Musabaqah Al-Qur’anNasional V, 2002, Cet. ke-1, h. 3
18Faisal Ismail, Masa Depan Pendidikan Islam di Tengah Kompleksitas Tantangan Modernitas, Jakarta: Bakti Aksara Persada, 2003, Cet. ke-1, h. 5-7
19Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, Jakarta: Lantabora Press, 2004, cet. ke-3, h. 131 

No comments:

Post a Comment