BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberadaan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia yang katanya mayoritas
Islam, masih dianggap sebelah mata. Bahkan banyak yang tidak mengerti bahwa
Madrasah Ibtidaiyah, Tsnawiyah, dan Aliyah termasuk Lembaga Pendidikan Formal.
Untuk memajukan Lembaga Pendidikan Islam, penting sekali bagi kita untuk
mempelajari bentuk-bentuk Lembaga Pendidikan Islam yang pernah ada.
Mempelajari perkembangan Lembaga Pendidikan Islam, tentulah dimulai dari
Lembaga Pendidikan Islam yang pertama kali ada, yaitu kuttab. Lembaga
Pendidikan Islam yang sudah ada sejak zaman Rasulullah.
Kuttab pertama kali ada di Arab. Bangsa Arab sendiri sebelum berkembangnya
Islam terkenal dengan budaya jahiliah. Mayoritas masyarakat Arab buta huruf dan
kurang tertarik mengembangkan pendidikan. Ketika Islam datang, hanya ada 17
orang Quraisy yang mengenal tulis baca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KUTTAB
Kuttab berasal dari akar
kata taktib yang artinya mengajar menulis. Sementara katib atau kuttab berarti penulis.
Institusi tersebut hanya berupa tempat belajar baca tulis bagi anak-anak. Kuttab merupakan tempat belajar yang mula-mula lahir di
dunia Islam. Pada awalnya kuttab berfungsi sebagai tempat memberikan pelajaran
menulis dan membaca bagi anak-anak. Kuttab sebenarnya telah ada di negeri Arab sebelum datangnya agama Islam.
Kuttab merupakan institusi pendidikan yang tertua dalam sejarah tarbiyah. Bisa
diibaratkan sebagai sebuah pesantren di Jawa. Kondisinya masih sangat
sederhana. Yang ada hanya seorang guru yang dikelilingi sejumlah murid.
Di antara penduduk Mekah
yang mula-mula belajar menulis huruf Arab di kuttab ini ialah Sufyan bin
Umayyah bin Abdul Syams dan Abu Qais Abdul Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Keduanya belajar dari Bisyr bin Abdul Malik yang
mempelajarinya dari hirah. Kuttab dalam bentuk awalnya hanya berupa ruangan di
rumah seorang guru. Keistimewaan lembaga tradisional pertama dalam Islam ini, meskipun masih
sangat sederhana, tetapi memberikan kontribusi bagi umat hingga berdirinya
sistem madrasah pada abad-abad berikutnya.
Pendidikan jenis kuttab
ini mulanya diadakan di rumah guru. Setelah Nabi Saw. Dan para sahabat
membangun masjid, barulah ada kuttab yang didirikan di samping masjid. Selain
itu ada juga kuttab yang didirikan terpisah dari masjid. Masa belajar di Kuttab
tidak ditentukan, bergantung kepada keadaan si anak. Anak yang cerdas dan
rajin, akan lebih cepat menamatkan pelajarannya. Sebaliknya anak yang malas
akan memakan waktu yang lama untuk menamatkan pelajarannya. Sistem pengajaran
di kuttab ketika itu tidak berkelas. Para murid biasanya duduk bersila dan
berkeliling menghadap guru.
Awal pemerintahan Islam di Madinah, pengajar baca tulis di kuttab kebanyakan
non muslim, karena sedikit kaum muslim yang bisa menulis. Rasulullah pernah
membebaskan para tawanan perang dengan syarat mengajari 10 orang muslim membaca
dan menulis. Pada awalnya pengajaran baca-tulis tidak dinukil langsung dari
Al-Qur’an tetapi dari puisi dan syair bijaksana orang Arab. Setelah banyak
muslimin yang pandai menulis dan membaca, maka pengajaran baca tulis di kuttab
sumbernya tidak lagi puisi dan syair tetapi Al-Qur’an.
B. JENIS-JENIS KUTTAB
Pada mulanya kuttab
(maktab) berfungsi sebagai tempat memberikan pelajaran menulis dan membaca bagi
anak-anak, namun ketika ajaran Islam mulai berkembang, pelajaran ditekankan
pada penghafalan Al-Qur’an. Menurut catatan sejarah, kuttab telah ada di negeri
Arab sejak masa pra-Islam, walau belum begitu dikenal dan baru berkembang pesat
setelah periode bani Ummayah, namun seiring dengan meluasnya wilayah kekuasaan
Islam, jumlah pemeluk Islam pun semakin bertambah. Hal ini menuntut
dikembangkannya kuttab yang ada untuk mengimbangi laju pendidikan yang begitu
pesat. Pada perkembangan selanjutnya, selain kuttab yang ada di masjid,
terdapat pula kuttab umum yang berbentuk madrasah, yakni telah mempergunakan
gedung sendiri dan mampu menampung ribuan murid.
Kuttab jenis ini mulai
berkembang karena adanya pengajaran khusus bagi anak-anak keluarga kerajaan,
para pembesar, dan pegawai Istana. Dan diantaranya yang mengembangkan
pengajaran secara khusus ini adalah Hajjaj bin Yusuf al-Saqafi (w.714) yang
pada mulanya menjadi muaddib bagi anak-anak Sulayman bin Na’im, Wazir Abd
al-malik bin Marwan.
Menurut Ahmad Syalabi
terdapat dua jenis Kuttab dalam sejarah pendidikan Islam. Perbedaannya dilihat dari isi
pengajaran (kurikulum), tenaga pengajar dan masa tumbuhnya.
- Kuttab yang berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar puisi-puisi Arab. Sebagian besar gurunya adalah non-muslim, yang berkembang pada masa Islam awal.
- Kuttab yang berfungsi sebagai tempat pengajaran Al-Qur’an dan dasar agama Islam.
Perbedaan Kuttab menurut daerah masing-masing antara lain
sebagai berikut :
1. Kuttab di Al-Maghrib
(Maroko)
Umat Islam di Maroko sangat menekankan pengajaran Al-Qur’an. Anak-anak
daerah ini tidak akan belajar sesuatu yang lain sebelum menguasai Al-Qur’an
secara baik. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ontografi (mengenali
satu bentuk kata dalam hubungannya dengan bunyi bacaan). Itulah sebabnya,
menurut Ibnu Khaldun, muslim Maroko dapat menghafal Al-Qur’an lebih baik dari
muslim daerah mana pun.
2. Kuttab di Spanyol
(Al-Andalus)
Kuttab daerah ini mengutamakan menulis dan membaca. Al-Qur’an tidak
diutamakan dibanding dengan puisi dan bahasa Arab. Penekanan pada pelajaran
menulis melahirkan ahli-ahli kaligrafi yang dapat membaca dan menyalin
Al-Qur’an tanpa harus manghafalnya (seperti muslim Maroko)
3. Kuttab di Ifriqiyah
(Afrika Utara=Tunisia, sebagian Algazy, dan sebagian Libya)
Kuttab di daerah ini menekankan pada variasi bacaan (qira’at) lalu diikuti
kaligrafi dan hadits.
4. Kuttab di daerah timur
(Al-Masyriq=Timur Tengah, Iran, Asia Tengah, dan Semenanjung India)
Secara umum, Kuttab di daerah ini menganut kurikulum campuran dengan
Al-Qur’an sebagai inti, tetapi tidak memadukannya dengan ketrampilan kaligrafi,
sehingga tulisan tangan anak-anak muslim dari daerah timur tidak begitu baik.
C. PERKEMBANGAN KUTTAB
1. Kuttab di Jaman Rasulullah
Di Kuttab ini diajarkan baca tulis dengan teks dasar puisi-puisi Arab.
Pengajaran Kuttab berlangsung di rumah para guru. Pasca muslimin hijrah ke
Madinah, pendidikan model kuttab ini diberlakukan oleh Rasulullah dengan
mengambil tempat di masjid dan rumah guru. Fungsi kuttab pun dibagi menjadi dua
macam, pertama mengajarkan baca tulis dan kedua mengajar Al-Qur’an dan
dasar-dasar agama Islam.
2. Kuttab di jaman Khulafaur
rasyidin
Seperti halnya pada zaman Rasulullah yang memusatkan pendidikan di kuttab,
maka begitu pula yang terjadi pada zaman Abu Bakar Sidiq. Kuttab tetap
dipertahankan sebagai lembaga tempat belajar membaca dan menulis. Keberadaan
kuttab seiring dengan pembangunan masjid, dan guru di Kuttab adalah para
shahabat Rasulullah.
3. Kuttab di Zaman Umayyah
Sistem Kuttab yang
mengajarkan membaca, menulis Al-Qur’an dan agama Islam lainnya tetap
dilanjutkan pada zaman Umayyah. Hanya saja tempatnya selain di masjid dan rumah
guru juga diselenggarakan di istana. Kuttab di istana bertujuan mengajarkan
anak-anak dari keluarga yang berada di istana Khalifah. Guru istana dinamakan muaddib.
Pendidikan istana mengajarkan Al-Qur’an, hadits, syair, riwayat hukama,
menulis, membaca, dan adab sopan santun.
D. INSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM PRA MADRASAH
Munculnya berbagai bentuk
pendidikan Islam yang tersebar dan menjamur saat ini, tidak terlepas peran
lembaga-lembaga pendidikan Islam pada masa kejayaan Islam (masa Rasulullah Saw,
Al-Khulafa’ Al-Rashidin, Bani Ummayah, Bani Abbasiyah). Saat itu telah dikenal
institusi pendidikan Islam, namun pelaksanaannya masih pada tempat sederhana.
Lebih jauh lagi George Makdisi mengklasifikasikan institusi-institusi ini pada dua periode, yakni
periode pra-madrasah dan periode pasca-madrasah. Periode pra-madrasah yaitu:
- Kuttab adalah lembaga pendidikan dasar tempat mengajarkan baca tulis untuk anak-anak
- Manazil al-‘Ulama’ (Rumah Kediaman para Ulama dan ahli ilmu pengetahuan) yang pernah digunakan sebagai forum kajian ilmiah, adalah rumah Ibn Sina, al-Ghazali, Ali Ibn Muhammad al-Fasihi, Ya’qub Ibn Kilis, Abu Sulayman al-Sijistani.
- Masjid dan Jami’. Ketika Rasulullah Saw, hijrah ke Madinah dengan semakin banyaknya pengikut Islam dan semakin kompleksnya masalah yang perlu dikaji, fungsi awal rumah sebagai wahana pendidikan dialihkan ke masjid Nabawi dan Quba, yang dijadikan pusat bagi segala aktifitas pendidikan, kemasyarakatan kenegaraan dan keagamaan. Hal ini karena masjid dianggap sebagai institusi pendidikan yang merupakan instrumen yang pertama dan efektif untuk membantu transisi masyarakat Arab pada waktu itu, dari masyarakat primitif menjadi masyarakat yang lebih maju.
- Qusur (Pendidikan Rendah di Istana). Pada tahap ini Pendidikan dikenalkan pada anak-anak di lingkungan Istana. Metode pendidikan dasar ini dirancang oleh orang tua murid agar selaras dengan tujuannya dan sesuai dengan minat dan kemampuan anaknya.
5.
Hawanit al-Waraqin. Pada masa ini bermunculan toko-toko buku sebagai agen komersil dan
sekaligus berfungsi sebagai center of learning. Ini berawal pada permulaan
Daulah ‘Abbasiyah, yang kemudian menyebar dengan cepat ke berbagai ibukota dan
Negara-negara berbeda di negeri Islam. Para pemilik toko-toko (warraqun) ada yang telah dapat menulis kitab-kitab
monumental dengan karya-karyanya, diantaranya Ibn al-Nadim (995 M) yang menulis
kitab Fihrisat (Indent of Nadim), Ali bin Isa yang menulis bermacam-macam
kitab, dan Yaqut al-Hammi yang menulis Mu’jam al-Udaba, dan Mu’jam al-Buldam.
6. Al-Salunat al-‘Adabiyyah
(Majelis Sastra). Lembaga ini merupakan pengembangan dari majelis-majelis
al-Khulafa’ al-Rashidin. Selain mengurus masalah-masalah pemerintahan, juga
memberikan fatwa-fatwa agama melalui forum masjid ataupun diluar masjid. Forum
ini mengalami kemajuan yang pesat, karena sering diadakan semacam perlombaan
syair dan perdebatan para fuqaha dan diskusi diantara para sarjana dari
berbagai disiplin ilmu. Sehingga muncullah tokoh yang aktif hadir dalam forum
tersebut :
a. Dari Kalangan Penyair: Abu
Nuwas, Abu al-Itahiyah Da’bal, Muslim Ibn al-Walid dan al-Abbas al-Ahnaf.
b. Dari kalangan musisi,
Ibrahim al-Mawali dan anaknya bernama Ishaq.
c. Dari kalangan ahli
Gramatika: Abu ‘Ubaidah, al-Ismail al-Kisa’I, Ibn-Siman, al-Wa’iz dan
al-Waraqid.
7. Maktabat (Perpustakaan). Perpustakaan ini bersifat
umum dan yang paling terkenal dimasanya diantaranya perpustakaan Iskandariyah
dan Bait al-Hikmah (House of wisdom) pada masa daulah ‘Abbasiyah. Pada perkembangan selanjutnya perputakaan telah menjadi
salah satu pusat pendidikan dan kebudayaan Islam. Perpustakaan dipakai juga
oleh ilmuan sebagai pusat researces akademik.
8. Al-Badiyah (Daerah
Pedalaman). Pada tahapan ini, banyak dari para pelajar yang sangat
peduli akan orisinalitas kebahasaan mereka, dan memutuskan unutk pergi belajar
bahasa ke ba’diyah (suku pedalaman/badui) bahkan banyak yang sampai menetap
disana beberapa waktu demi pendalaman bahasa mereka.
9. Bimaristan dan
Mustashfayat (lembaga rumah sakit), pertama kali dibangun oleh Abu Za’bal pada tahun 1825 M di Mesir. Dalam
institusi ini, selain digunakan sebagai tempat penyembuhan orang sakit, juga di
gunakan sebagai pusat pengajaran ilmu kesehatan. Institusi ini dikembangkan
lagi pada masa pemerintahan Al-Walid Ibn Abd Malik pada tahun 1888 M dimana
institusi ini telah memainkan peranannya yang sangat besar dalam sejarah
perkembangan pendidikan Islam.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kegiatan pendidikan pada masa pra-Islam berlangsung pada Kuttab-Kuttab dan
pasar tradisional. Setelah datangnya Islam, berkembanglah lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang sangat mempengaruhi pendidikan di Arab.
Dengan mempelajari Lembaga Pendidikan di masa lalu, diharapkan agar
bermanfaat bagi perkembangan Lembaga Pendidikan Islam pada masa yang akan
datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali al-Jumbulati, Dirasatun Muqaranatun fit Tarbiyyatil Islamiyyah,
terj. M. Arifin, dengan judul Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1994),
http://inniaku.blogspot.com/2011/05/kuttab-sebagai-lembaga-pendidikan-islam.html
No comments:
Post a Comment