Thursday, June 9, 2016

KONSELING KELOMPOK



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Layanan konseling kelompok merupakan salah satu layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Layanan konseling kelompok secara terpadu dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling disekolah. Sebagai kegiatan, layanan konseling kelompok merupakan upaya bantuan untuk dapat memecahkan masalah siswa dengan memanfaatkan dinamika kelompok..
Setiap sekolah harus membuat perencanaan program yang merupakan acuan dasar untuk pelaksanaan kegiatan satuan layanan bimbingan dan konseling. Perencanaan tersebut berisi bidang-bidang layanan, jenis layanan yang dialokasikan menurut waktu, pembagian tugas para pelaksana dan sarana/prasarana untuk mendukung kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
Berbagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud penyelenggaraan pelayanan bimbingan terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik ada bermacam-macam jenis layanan, yaitu layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, bimbingan kelompok, konseling perorangan dan konseling kelompok.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang layanan konseling kelompok dan manfaatnya.

B.     MANFAAT   PENULISAN
Makalah ini memiliki manfaat antara lain :
1.      Untuk mengetahui defenisi dari konseling kelompok .
2.      Untuk mengetahui asas-asas dalam melakukan konseling kelompok.
3.      Untuk mengetahui komponen-komponen yang harus ada dalam konseling kelompok.
4.      Untuk mengetahui tujuan dari konseling kelompok.
5.      Untuk memahami secara keseluruhan apa yang dimaksud dengan konseling kelompok.

C.    SISTEMATIKA PENULISAN
Tugas ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
1.      Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, manfaat, dan sistematika penulisan.
2.      Bab II Tinjauan Pustaka berisi teori dasar yang mendukung penulisan  tugas ini.
3.      Bab III Penutup berisi simpulan dan saran yang disampaikan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari makalah ini.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN KONSELING KELOMPOK
Gazda (1984) dan Shertzer & Stone (1980) (dalam Mungin Edi Wibowo, 2005) mengemukakan pengertian konseling kelompok yaitu : “konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Proses itu mengandung ciri-ciri terapeutik seperti pengungkapan pikiran dan perasaan secara leluasa, orientasi pada kenyataan, pembukaan diri mengenai perasaan-perasaan mendalam yang dialami, saling percaya, saling perhatian, saling pengertian, dan saling mendukung”.
Sedangkan Hanzen, Warner &Smith (dalam Larrabe & Terres, 1984 dalam Mungin Edi Wibowo, 2005) menyatakan bahwa konseling kelompok adalah merupakan cara yang amat baik untuk menangani konflik-konflik antar pribadi dan membantu individu-individu dalam pengembangan kemampuan pribadi mereka.
Menurut Heru Mugiarso dalam Bimbingan dan Konseling (2009: 69), konseling kelompok adalah layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan konseling kelompok adalah fungsi pengentasan.
Dari uraian-uraian yang disampaikan beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok merupakan salah satu layanan konseling yang dipimpin oleh seorang konselor profesional dan beranggotakan beberapa konseli yang berkelompok dan diselenggarakan dalam suasana kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok, serta terdapat hubungan konseling yang hangat, terbuka, permisif dan penuh keakraban.hal ini merupakan upaya individu untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat preventif dan perbaikan. Sebab, pada konseling kelompok juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut. 

B.     TUJUAN KONSELING KELOMPOK
Menurut Mungin Eddy Wibowo, (2005:20). Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok, yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok, agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan anggota kelompok yang lain.
Menurut Dewa Ketut Sukardi, (2002:49).Tujuan konseling kelompok meliputi:
1.      Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak.
2.      Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya.
3.      Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok.
4.      Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok.
Menurut Prayitno (2004), tujuan umum konseling kelompok adalah mengembangkan kepribadian siswa untuk mengembangkan kemampuan sosial, komunikasi, kepercayaan diri, kepribadian, dan mampu memecahkan masalah yang berlandaskan ilmu dan agama. Sedangkan tujuan khusus konseling kelompok, yaitu:
1.      Membahas topik yang mengandung masalah aktual, hangat, dan menarik perhatian anggota kelompok.
2.      Terkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap terarah kepada tingkah laku dalam bersosialisasi/komunikasi.
3.      Terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah bagi individu peserta konseling kelompok yang lain.
4.      Individu dapat mengatasi masalahnya dengan cepat dan tidak menimbulkan emosi.

C.    ASAS KONSELING KELOMPOK
Dalam kegiatan konseling kelompok terdapat sejumlah aturan ataupun asas-asas yang harus diperhatikan oleh para anggota, asas-asas tersebut yaitu:
1.      Asas Kerahasiaan ini memegang peranan penting dalam konseling kelompok karena masalah yang dibahas dalam konseling kelompok bersifat pribadi, maka setiap anggota kelompok diharapkan bersedia menjaga semua (pembicaraan ataupun tindakan) yang ada dalam kegiatan konseling kelompok dan tidak layak diketahui oleh orang lain selain orang-orang yang mengikuti kegiatan konseling kelompok.
2.      Asas Kesukarelaan. Kehadiran, pendapat, usulan, ataupun tanggapan dari anggota kelompok harus bersifat sukarela, tanpa paksaan.
3.      Asas keterbukaan. Keterbukaan dari anggota kelompok sangat diperlukan sekali. Karena jika ketrbukaan ini tidak muncul maka akan terdapat keragu-raguan atau kekhawatiran dari anggota.
4.      Asas kegiatan. Hasil  layanan konseling kelompok tidak akan berarti bila klien yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan– tujuan bimbingan. Pemimpin kelompok hendaknya menimbulkan suasana agar klien yang dibimbing mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud dalam penyelesaian masalah.
5.      Asas kenormatifan. Dalam kegiatan konseling kelompok, setiap anggota harus dapat menghargai pendapat orang lain, jika ada yang ingin mengeluarkan pendapat maka anggota yang lain harus mempersilahkannya terlebih dahulu atau dengan kata lain tidak ada yang berebut.
6.      Asas kekinian. Masalah yag dibahas dalam kegiatan konseling kelompok harus bersifat sekarang. Maksudnya, masalah yang dibahas adalah masalah yang saat ini sedang dialami yang mendesak, yang mengganggu keefektifan kehidupan sehari-hari, yang membutuhkan penyelesaian segera, bukan masalah dua tahun yang lalu ataupun masalah waktu kecil.
D.    UNSUR KONSELING KELOMPOK
Dalam kegiatan konseling kelompok, terdapat beberapa unsur sehingga kegiatan tersebut disebut konseling kelompok. Adapun unsur-unsur yang ada dalam konseling kelompok yaitu:
1.      Anggota kelompok, adalah individu normal yang mempunyai masalah dalam rentangan penyesuaian yang masih dapat diatasi oleh pemimpin maupun anggota kelompok lainnya.
2.      Pemimpin kelompok, adalah seseorang ahli yang memimpin jalannya kegiatan konseling kelompok. Konseling kelompok dipimpin oleh seorang konselor atau psikolog yang profesional dengan latihan khusus bekerja dengan kelompok.
3.      Permasalahan yang dihadapi antar anggota konseling kelomppok adalah sama.
4.      Metode yang dilaksanakan dalam konseling kelompok berpusat pada proses kelompok dan perasaan kelompok.
5.      Interaksi antar anggota kelompok sangat penting dan tidak bisa dinomor duakan.
6.      Kegiatan konseling kelompok dilaksanakan berdasar pada alam kesadaran masing-masing anggota kelompok dan juga pemimpin kelompok.
7.      Menekankan pada perasaan dan kebutuhan anggota.
8.      Adanya dinamika kelompok antar anggota dalam kegiatan konseling kelompok.
9.      Ada unsur bantuan yang dilakukan oleh pemimpin kelompok.

E.     FAKTOR-FAKTOR KURATIF DALAM KONSELING KELOMPOK
Menurut Yalom (1975) ada 11 faktor kuratif dalam konseling/terapi kelompok, yakni :
1.      Pembinaan Harapan. Harapan klien untuk berubah akan membuatnya bertahan dalam konseling. Apalagi bila ada temannya yang berhasil sebagai saksi dalam konseling.
2.      Universalitas. Klien sering beranggapan bahwa dia sendiri yang memiliki masalah dan masalahnya itu unik yang orang lain tidak akan pernah memiliki. Namun ketika klien tahu berbagai masalah yang juga unik yang dihadapi oleh anggota kelompok, maka dia akan merasakan dirinya tidak sendiri, tidak terisolasi.
3.      Penerangan bersifat didaktis yang dapat dilakukan oleh profesional atau anggota. Misal, cara belajar yang baik, cara menumbuhkan kepercayaan diri, topik kesehatan mental.
4.      Altruisme. Konseling/terapi kelompok melatih anggota menerima dan memberi. Mungkin selama ini dia menganggap dirinya sebagai beban keluarga, namun dalam konseling kelompok dia bisa berperan penting bagi orang lain. Dia dapat menolong, memberikan dukungan, keyakinan, saran-saran pada anggota lain, sehingga dapat meningkatkan harga dirinya, merasa berharga.


5.      Pengulangan Korektif Keluarga Asal. Konselor, asisten konselor dan anggota kelompok dapat dipandang sebagai representasi dari keluarga asal klien. Klien seperti mengulang pengalaman masa kecilnya dalam keluarga asal. Dari sini klien akan belajar perilaku baru dalam berhubungan dengan orang lain.
6.      Pengembangan Teknik Sosialisasi. Umpan balik balik dari anggota akan menolong klien untuk merubah sikapnya dalam berhubungan dengan orang lain.
7.      Peniruan Perilaku. Seringkali klien memperoleh manfaat dari pengamatannya dalam proses konseling kelompok. Klien dapat mengamati dan meniru cara konselor maupun anggotalain dalam bersikap, memecahkan masalah.
8.      Belajar Berhubungan dengan Pribadi Lain. Kelompok merupakan mikrokosmik sosial. Jika klien dapat berhasil berinteraksi dengan baik dalam kelompok, maka pengalaman ini dapat diharapkan untuk dilakukan di luar kelompok.
9.      Rasa Kebersamaan. Rasa tertarik anggota pada kelompok dapat membuat rasa bersatu, satu anggota dengan yang lain bisa saling menerima, sehingga dapat membentuk hubungan yang berarti dalam kelompok.
10.  Katarsis merupakan faktor penyembuh dalam konseling kelompok. Klien datang dengan penuh gejolak emosi, dalam konseling klien dapat mengekspresikannya dengan bantuan konselor maupun anggota lainnya.
11.  Eksistensi. Kadang-kadang ada klien yang menganggap bahwa hidup ini tidak adil dan tidak seimbang. Klien kemudian mempertanyakan tentang hidup dan mati. Di dalamkonseling kelompok topik seperti ini dapat timbul dan didiskusikan. Tanggapan dan dukungan dari anggota lain akan sangat banyak menolong.

F.     KELEBIHAN KONSELING KELOMPOK
1.      Anggota belajar berlatih perilakunya yang baru
2.      Kelompok dapat dipakai untuk belajar mengekspresikan perasaan, perhatian dan pengalaman
3.      Anggota belajar ketrampilan sosial, belajar berhubungan pribadi lebih mendalam
4.      Kesempatan dan menerima di dalam kelompok
5.      Efisiensi dan ekonomis bagi konselor, karea dalam satu waktu tertentu dapat memberikan konseling bagi lebih dari seorang siswa.
6.      Kebanyakan masalah berkaitan dengan hubungan antar pribadi dalam lingkungan sosial. Konseling kelompok memberikan lingkungan sosial yang dapat dipakai sebagai sarana memecahkan masalah ini.


7.      Kebersamaan dalam kelompok lebih memberika kesempatan untuk mempraktekkan prilaku baru daripada keberduaan pada konseling individual. Dalam kelompok, klien-klien mendapatkan dukungan dan umpan balik yang jujur mengenai perilaku yang dicobanya dari teman-teman sebayanya bukan dari konselor.
8.      Konseling kelompok memungkinkan klien-klien memaparkan masalahnya kepada siswa-siswa lain, dan menjajaki penyelesaiannya dengan bantuan perasaan, perhatiaan dan pengalaman siswa-siswa lain.
9.      Dalam memecahkan masalah pribadi maupun atara pribadi dalam konsleing kelompok, klien tidak hanya meningkatkan kemampuan memecahkan masalah bersama, tetapi juga belajar keterampilan sosial dalam pemecahan ini.
10.  Dalam konseling kelompok klien-klien tidak hanya memecahkan masalah masing-masing tetapi juga masalah orang lain. Memberikan tanggapan terhadap masalah orang lain, dapat mengalihkan pusat perhatian dari masalahnya sendiri.
11.  Di dalam kelompok, anggota akan saling menolong, menerima, berempati dengan tulus. Keadaan ini, membutuhkan suasana yang positif antara anggota, sehingga mereka akan merasa diterima, dimengerti, dan menambah rasa positif dalam diri mereka. Semua itu dapat terwujud apabila dinamika kelompok tumbuh dengan baik, karena dinamika kelompok mencerminkan suasana kehidupan nyata yang terjadi dan di jumpai dan merupakan kekuatan yang mendorong kehidupan kelompok.

G.    KELEMAHAN KONSELING KELOMPOK
1.      Tidak semua orang cocok dalam kelompok
2.      Perhatian konselor lebih menyebar
3.      Sulit dibina kepercayaan
4.      Klien mengharapkan terlalu banyak dari kelompok
5.      Kelompok bukan dijadikan sarana berlatih melakukan perubahan, tetapi sebagai tujuan








BAB III
KESIMPULAN

Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Proses pelaksanaannya dilakukan melalui 4 tahap, yaitu tahap I pembentukan, tahap II peralihan, tahap III kegiatan dan tahap IV adalah pengakhiran. Adapun materinya adalah membahas masalah-masalah baik perseorangan maupun kelompok yang meliputi masalah pribadi, sosial, belajar dan karir. Manfaat dari layanan ini adalah membantu mengentaskan masalah yang dialami klien (siswa) melalui dinamika kelompok.


















DAFTAR PUSTAKA


Gazda, Geoege M. 1984. Group Counseling A Developmental Approach. Third Edition. Toronto: Allyn and Bacon. Inc

Hallen A, 2005, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Quantum Teaching.





Prayitno, 1995, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok, Jakarta: Ghalia Indonesia. 

        , 2001, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.

Sukardi, Dewa Ketut, 2000. Pengantar Pelaksanan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.

Winkel. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Gramedia Widia Sarana Indonesia

No comments:

Post a Comment