Tuesday, June 7, 2016

Ilmu Pendidikan



ILMU  PENDIDIKAN  TEORETIS  DAN  PRAKTIS
oleh:

Drs.  BAKHRUDDIN, M.Pd 
 

APAKAH  PENDIDIKAN  ITU  ?
Arti  Istilah
v  Paedagogie         : Pendidikan
v  Paedagogiek       : Ilmu Pendidikan
v  Paedagogiek       : kata Yunani Paedagogia berarti Pergaulan dengan anak-anak.
Arti  istilah
Ø  Paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang  pada zaman Yunani kono yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak dari dan sekolah, dan dirumahnya selalu dalam pengawasan para paedagogos  tersebut.
Ø  Jadi pendidikan anak-anak zaman Yunani kono sebagian besar diserahkan pada paedagogos.
Ø  Paedagogos  berasal dari  kata PAEDOS (anak) dan  AGOGE (saya membimbing, memimpin).
Ø  Perkataan Paedagogos semula berarti “rendah “(Pelayan, bujang) sekarang di pakai untuk pekerjaan yang mulia.
Ø  Paedagogik atau Ilmu Pendidikan ialah Ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.
Ø  Paedagoog = Pendidik atau ahli didik ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri.
Menurut  M. Ngalim Purwanto
      Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.
      Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (Jasmani dan Rohani) agar berguna bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat.
Apa yang dimaksud dengan mendidik itu ?
Pendapat  para ahli
      Mendidik  ialah memimpin anak.
      Mendidik  itu sama halnya pekerjaan tukang kebun.
      Kebanyakan orang tua mendidik anak-anaknya hanya berdasarkan pengalaman praktis saja.
      Kepandaian mendidik itu sudah ada dengan sendirinya berdasarkan intuisi (naluri).
      Mendidik berdasarkan hasil-hasil penyelidikan (teori) dan berdasarkan pengalaman (praktik) lebih banyak dan baik hasilnya daripada hanya berdasarkan pengalaman dan intuisi belaka.


Mengapa  anak harus dididik ?
      Bagaimana  menurut  pengamatan anda model  binatang (insting dan nafsu).
      Samakah pendidikan yang dilakukan binatang-binatang itu dengan pendidikan  yang dilakukan manusia? tindakan-tindakan menjinakan (mendresur) dan melatih binatang?
      Model pendidikan manusia lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama agar ia dapat menyesuaikan diri di dalam lingkungan masyarakat.
Mengapa mendidik itu dikatakan memimpin perkembangan anak bukan membentuk anak ?
      Pendidikan disebut memimpin karena dengan perkataan itu ada tersimpul arti bahwa si anak aktif  sendiri memperkembangkan diri, tumbuh sendiri, tetapi dalam keaktifan itu ia harus dibantu, dipimpin atau dibimbing.
      Membentuk berarti anak seumpama segumpal tanah liat yang dapat di remas-remas  dan di bentuk, dijadikan sesuatu menurut kehendak si pendidik, sehingga diharapkan semua anak akan baik, nyatanya tidak demikian, sebab hampir semua  manusia diusahakan di didik baik oleh orang tuanya maupun oleh masyarakat atau negara.
Mengapa Pendidik harus orang yang sudah dewasa ?
      Mendidik ialah memimpin anak ke arah kedewasaan. Jadi yang kita tuju dengan pendidikan adalah kedewasaan si anak. Tidak mungkin pendidik membawa anak-anak kepada kedewasaan jika pendidik sendiri tidak dewasa (pola pikirnya). 
      Membawa anak kepada kedewasaan bukan hanya dengan nasehat, perintah, anjuran dan larangan saja, melainkan dengan gambaran kedewasaan (keteladanan) yang senantiasa dapat dibayangkan oleh anak dalam diri pendidiknya di dalam pergaulan mereka.
Apakah yang dimaksud dengan kedewasaan ?
      Kedewasaan  Jasamani dan rohani.
      Kedewasaan manusia sebagai individu tampaklah cirinya yaitu sifat tetap, teratur  jika dibandingkan dengan dinamika pada anak-anak yang selalu menghendaki dan mengalami perubahan.
      Pada orang dewasa telah ada penetapan sendiri atas tanggung jawab sendiri. Kedewasaan itu mempunyai bentuk dan wujud. Orang dewasa benar-benar mengetahui siapa dirinya dan apa yang diperbuatnya baik atau buruk.
      Jadi menjadi dewasa dan kedewasaan itu mempunyai arti kesusilaan. Ia mau mempertanggung jawabkan keadaan dan segala perbuatannya. Ia secara moral  telah menyesuaikan diri dengan norma-norma kesusilaan.
      Dalam perkembangan anak menjadi dewasa melalui masa peralihan yang disebut Pubertas. Padanya telah terdapat keselarasan antara jasmani dan rohani, kepribadiannya baik psikisnya maupun morilnya telah menjadi stabil, sehingga memungkinkan orang mengadakan hubungan-hubungan kemasyarakatan seperti  memilih jabatan, pasangan hidup berumah tangga, dan lain-lain.
Perbandingan gejala  kedewasaan dg keanakan
Anak-anak
§  Mencari bentuk
§  Tak mempunyai ketetapan
§  Tidak ada kemerdekaan
§  Kelihatan mudah berubah
§  Lemah
§  Memerlukan bantuan
§  Sangat mudah terpengaruh
§  Belum punya keyakinan yg tetap.
Dewasa
Ø  Menampakkan diri sebagai bentuk
Ø  Mempunyai ketetapan
Ø  Merdeka
Ø  Tepat Stabil
Ø  Kuat
Ø  Membantu
Ø  Tahu mengambil dan menentukan jalan
Ø  Tidak tergantung pada org lain
Teori Tabularasa (John Lock dan Francis Bacon)
v  Anak yang baru dilahirkan itu dapat diumpamakan sebagai kertas putih bersih yang belum ditulis. Jadi sejak lahir anak itu tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa.
v  Anak dapat dibentuk sekehendak pendidiknya, pendidikan lingkungan yang berkuasa atas pembentukan anak.
v  Empiresme yaitu suatu aliran yang berpendapat bahwa segala kecakapan dan pengetahuan manusia itu timbul dari pengalaman (empire) yang masuk melalui alat indera.
Aliran Behavioris.
      Mereka berpendapat senada dengan Tabularasa (Optimisme)
      Behaviorime tidak mengakui adanya pembawaan dan keturunan atau sifat-sifat turun temurun.
      Semua pendidikan adalah pembentukan menurut kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di dalam lingkungan anak.
Teori  Nativisme  (Schopenhauer)
      Nativus (latin)  Kelahiran.
      Aliran Nativisme (pesimisme) berpendapat bahwa tiap-tiap anak sejak dilahirkan sudah mempunyai berbagai pembawaan yang akan berkembang sendiri menurut arahnya masing-masing.
      Pembawaan anak ada yang baik dan buruk. Pendidikan tidak perlu dan tidak berkuasa merubah karakter anak.
Teori  Konvergensi (Wiliam Stern)
      Teori Konvergensi adalah penggabungan dari teori Tabularasa (Empiris) dan Teori  Nativisme (pembawaan sejak lahir)
      Menurut Konvergensi hasil pendidikan anak-anak itu ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor  pembawaan dan  lingkungan.
Teori Fitrah (Pendidikan Islam)
      Manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling baik di antara makhluk lainnya.
      Allah memberikan seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan secara otomatis untuk berkembang ( Dalam psikologi  potensialitas )
      Dalam Islam kemampuan dasar atau pembawaan itu disebut Fitrah; ( etimologis  kejadian )
Fitrah   Etimologis ( Kejadian )
      Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya (sesuai dengan kecenderungan aslinya); Itulah Fitrah Allah, yang Allah menciptakan manusia di atas fitrah itu. Itulah Agama yang lurus. Namun kebanyakan orang tidak mengetahuinya. ( Q.S. Ar-Rum: 30 )
      Setiap orang dilahirkan ibunya atas dasar Fitrah (potensi dasar untuk beragama) maka setelah itu orang tuanya mendidik menjadi beragama Yahudi, dan Nasrani dan Majusi, kedua orang tuanya beragam Islam, maka anaknya menjadi  Muslim (pula);  ( H.R.Muslim )
Fitrah ( terminologis )
      Fitrah mengandung implikasi kependidikan yang berkonotasi kepada faham Nativisme; (kejadian)
      Kata fitrah mengandung makna “kejadian” yang di dalamnya berisi potensi dasar beragama yang benar dan lurus yaitu Islam.
       Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidaklah kamu mengetahui  sesuatu apapun dan ia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati (Q.S.An Nahl : 78 )
      Menurut Dr. Moh.Fadhil Al Djamaly Firman Allah Q.S. An Nahl:78; menjadi petunjuk bahwa kita harus melakukan usaha pendidikan aspek eksternal (mempengaruhi dari luar diri anak didik) untuk menumbuhkan kembangkan  keterbukaan diri terhadap pengaruh eksternal yang bersumber dari fitrah itulah  maka pendidikan  secara operasional adalah bersifat hidayah (menunjukkan)


Bacalah, dan Tuhan-Mu yang Maha Mulia yang mengajar kamu dengan kalam (pena); Dia mengajar manusia tentang sesuatu yang tidak ia ketahui (Q.S.Al-Alaq: 3 – 4)
      Manusia tanpa melalu belajar, niscaya tidak akan dapat mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan bagi kelangsungan hidupnya di dunia dan akhirat.
      Fitrah sebagai faktor pembawaan sejak lahir manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan luar dirinya; bahkan ia tidak akan dapat berkembang sama sekali bila tanpa adanya pengaruh lingkungan.
      Meskipun fitrah dapat dipengaruhi oleh lingkungan, namun kondisi fitrah tersebut tidaklah netral terhadap pengaruh dari luar.
      Potensi yang terkandung di dalamnya secara dinamis mengadakan reaksi atau responsi terhadap pengaruh tersebut.
      Dalam proses perkembangannya terjadilah interaksi antara fitrah dan lingkungan sekitar sampai akhir hayat manusia.

PERGAULAN DAN  PENDIDIKAN
Apa Pergaulan dan pendidikan ?
  Pergaulan :
Ø  Kontak langsung antara satu individu dengan individu lain atau pendidik dengan anak didik.
Ø  Salah satu sarana untuk mencapai hasil pendidikan yang baik.
Bagaimana Pergaulan dan pendidikan ?
  Pergaulan antara sesama orang dewasa tidak disebut pergaulan pendidikan, karena di dalam pergaulan itu orang dewasa menerima dan bertanggung jawab  sendiri terhadap pengaruh yang terdapat dalam pergaulan itu.
  Pergaulan antara sesama anak tidak dapat pula dikatakan pergaulan pendidikan sebab kekuasaan yang ada pada anak terhadap teman-temannya tidak bersifat kekuasaan pendidikan, karena kekuasaan itu tidak tertuju pada suatu tujuan pendidikan secara disadarinya dan tidak dilakukan dengan sengaja.
Pergaulan  Pedagogis
  Pergaulan pedagogis hanya terdapat antara orang dewasa dan anak (orang yang belum dewasa).
  Akan tetapi tidak setiap pergaulan orang dewasa dengan anak itu bersifat pergaulan pendidikan, melainkan pergaulan netral saja. Misalnya orang tua menyuruh anaknya mengambilkan kacamata bukan maksud mendidik, melainkan karena ia sendiri enggan mengambilnya.


Pergaulan pendidikan
  Ada pula pengaruh jahat dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak misalnya seorang penjahat mengajar anak-anaknya supaya menjadi pencopet.
  Satu-satunya pengaruh yang dapat dinamakan pergaulan pendidikan ialah pengaruh yang menuju kedewasaan anak untuk menolong anak menjadi orang yang kelak dapat dan sanggup memenuhi tugas hidupannya atas tanggung jawab sendiri.
Apa  Perbedaan  antara Pergaulan Pedagogis dengan pergaulan biasa ?
Pergaulan pedagogis itu  bersifat :
Ø  Ada pengaruh yang sedang dilaksanakan
Ø  Ada maksud bahwa pengaruh itu dilaksanakan dari orang dewasa kepada orang yang belum dewasa.
Ø  Pengaruh itu diberikan secara sadar dan diarahkan pada tujuan yang berupa nilai, norma yang baik yang akan ditanamkan dalam diri anak didik atau orang belum dewasa.
Ø  Dalam Pergaulan dengan anak-anak, orang belum dewasa menyadari bahwa tindakannya yang dilakukan terhadap anak itu mengandung maksud, ada tujuan untuk menolong anak yang masih perlu ditolong untuk membentuk dirinya sendiri.
Pergaulan dan pendidikan
  Memungkinkan pengertian mendalam antara tugas pendidik (wajib mendidik) dan tugas anak didik (meminta pertolongan atau pendidikan) sehingga menimbulkan sikap yang wajar dan objektif pada keduanya.
Makna Pergaulan dan pendidikan
Ø  Pendidik mengobservasi anak didik secara langsung untuk menemukan potensi yang ada pada anak didik, sedangkan anak didik lewat pergaulan itu dapat   pengetahuan secara langsung apa yang ada pada pendidik, kecintaannya, rasa sosialnya, kepribadiannya, dedikasinya, sehingga dengan saling mengetahui   karena pergaulan ini memudahkan usaha bimbingan dan pertolongan  dilaksanakan  dengan sebaik-baiknya.
Perkembangan Pergaulan  dan  pendidikan
v  Zaman dulu Pendidik sangat berkuasa, menentukan segala sesuatu, otoriter, anak harus turut dan mentaati segala perintah atau larangan dari pendidik, bila anak didik tidak mentaati, maka kekerasan atau hukuman digunakan oleh pendidik untuk memaksakan kehendaknya, sehingga anak didik mau melaksanakan, kemudiaan taat atau patuh karena rasa takut yang disertai rasa benci dan dendam.
v  Dengan pelaksanaan pendidikan yang demikian, hubungan cinta-mencintai  antara pendidik dengan anak didik tidak ada, sehingga terjadi pergaulan yang tidak wajar, anak didik tertekan tidak berani mengeluarkan isi hati, minder  kurang percaya diri, penakut, dan lain-lain.


v  Pada akhir abad 19 tokoh pendidikan lunak (M. Montessori), anak didiklah seakan-akan menentukan arah. Pendidik tinggal menuruti kehendak atau pembawaan anak, pendidikan lunak, pendidik hanya memberikan anak didik berkembang sendiri, anak dimanjakan, segala kesulitan yang dihadapi anak diatasi oleh pengasuhnya. Semboyannya Alles von kunde aus atau semua keluar dari diri anak).
v  Kedua model tersebut kurang tepat dalam pendidikan.
v  Perlu adanya perpaduan atau konvergensi dari keduanya.
v  Pendidikan wajib mempunyai kekuasaan, yang timbul karena keunggulannya dalam segala hal.
v  Kekuasaan pendidik akan menimbulkan apa yang kita kenal kewibawaan.
Macam-Macam pergaulan
  Menurut siapa yang terlibat :
a.       Pergaulan anak dengan anak
b.      Pergaulan anak dengan orang dewasa
c.       Pergaulan orang dewasa dengan orang dewasa.
·         Menurut Bidangnya :
a.       Pergaulan yang bersifat ekonomis
b.      Pergaulan yang bersifat seni
c.       Pergaulan yang bersifat paedagogis.
·         Dari pergaulan itu sendiri
a.       Pergaulan ekonomis dan tidak ekonomis
b.      Pergaulan seni dan bukan seni
c.       Pergaulan Paedagogis dan tidak paedagogis.
  Pergaulan Biasa dapat diubah menjadi pergaulan paedagogis dengan cara perubahan pergaulan tersebut secara perlahan agar jangan sampai memberi kesan pada anak didik sebagai suatu yang sekaligus berubah.
  Hal ini dianggap anak sebagai suatu paksaan terhadap pribadinya dan ini menimbulkan anak protes sehingga kemungkinan anak bersikap menjauhi dari pendidik.
Kapankah pergaulan biasa dapat berubah menjadi pergaulan pendidikan ?
  Bilamana dalam situasi pergaulan itu berlangsung suatu pengaruh yang positif  yang berasal dari orang tua yang ditujukan kepada anak.
Pentingnya pergaulan dalam pendidikan
  Menurut Dr.M.J. Langeveld; Pergaulan itu merupakan lapangan atau ladang yang memungkinkan terjadinya pendidikan.
  Dalam pergaulan yg manakah, atau pergaulan di antara siapakah pendidikan itu muncul ?


  Pergaulan antara sesama anak belum bisa dikatan pendidikan karena sesama anak masih belum bertanggung jawab terhadap anak yang lain, sesama anak masih saling tergantung, dan yang satu tidak mempunyai wibawa terhadap yang lain.
  Pendidikan hanya akan terjadi di dalam pergaulan antara orang dewasa dengan belum dewasa, karena org dewasa ada wibawa yang diharapkan adanya bimbingan.
Faedah  Pergaulan
  Pergaulan mempunyai peranan sangat penting dalam pembentukan pribadi anak didik, maka faedah pergaulan antara lain sebagai berikut :
Ø  Pergaulan  memungkinkan terjadinya pendidikan.
Ø  Pergaulan merupakan sarana untuk mewas diri.
Ø  Pergaulan itu dapat menimbulkan cita-cita. Freud, Ahli ilmu jiwa mengatakan tiap individu terdapat Ego-Idea: (keinginan untuk menjadi dokter, polisi, ahli pidato, dan lain-lain) ini karena adanya kekaguman terhadap orang dewasa yang ada disekitarnya dalam pergaulan.
Ø  Pergaulan itu memberi pengaruh secara diam-diam, karena anak mempunyai sifat suka dan gampang meniru apa yang dia temukan, lihat, dengar dalam pergaulan.

TUJUAN  PENDIDIKAN
Apakah sebenarnya tujuan pendidikan Itu ?
Akan dibawa kemana sebenarnya anak didik itu ?
Tujuan dan Kepribadian  Pendidik
¨  Tujuan Umum dari pendidikan ialah membawa anak kepada kedewasaan, yang berarti bahwa ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri.
¨  Anak harus didik menjadi orang yang sanggup mengenal dan berbuat menurut kesusilaan atau norma.
¨  Orang dewasa adalah orang yang sudah mengetahui dan memiliki nilai-nilai hidup, norma-norma kesusilaan, keindahan, keagamaan, kebenaran, dan sebagainya, dan hidup sesuai dengan nilai dan norma norma itu.
Tujuan pendidikan berhubungan erat dengan tujuan dan pandangan hidup si pendidik
¨  Si pendidik (guru) harus memiliki kepribadian, dan menentukan tujuan hidupnya sendiri
¨  Pendidik tidak dapat memberikan sesuatu kepada anak didiknya, kecuali hanya apa yang ada padanya.


Macam-macam tujuan Pendidikan
Langeveld  mengutarakan ada  5 tujuan pendidikan :
1.      Tujuan Umum
¨  Tujuan umum disebut juga tujuan sempurna atau akhir
¨  Tujuan umum adalah tujuan pendidikan yang seharusnya menjadi tujuan orang tua atau pendidik yang telah ditetapkan oleh pendidik dan selalu dihubungkan dengan kenyataan yang terdapat pada anak didik itu sendiri, dengan syarat-syarat dan alat-alat utk mencapai tujuan umum tersebut.
¨  Tujuan umum selalu dilaksanakan dalam bentuk khusus mengingat keadaan dan faktor-foktor yang terdapat pada anak didik dan lingkungannya seperti :
Ø  Sifat pembawaan anak, jenis kelamin, watak dan kecerdasannya.
Ø  Latar belakang pendidikan org tua, ekonomi, sosial budaya, adat istiadat.
Ø  Tempat dalam masyarakat yang menjadi tujuan anak didik itu. (fungsi yang diperlukan, jabatan, pekerjaan)
¨  Tugas badan-badan atau lembaga dan tempat pendidikan seperti Lembaga keagamaan, sosial.
¨  Tugas negara dan masyarakat pada saat dulu, sekarang dan akan datang.
¨  Kemampuan-kemampuan yang ada pada pendidik itu sendiri.
2.      Tujuan tak sempurna (tak lengkap)
§  Tujuan tak sempurna, tidak dapat terlepas dari tujuan umum.
§  Tujuan tak sempurna ialah tujuan-tujuan mengenai segi-segi kepribadian manusia tertentu yang hendak dicapai dengan pendidikan yang berhubungan dengan nilai-nilai hidup tertentu, seperti : keindahan, kesusilaan, keagamaan, kemsyarakatan, dan lain-lain.
3.      Tujuan  Sementara
¨  Tujuan sementara merupakan tingkatan-tingkatan untuk mencapai tujuan umum.
¨  Tujuan sementara merupakan tempat-tempat perhentian sementara pada jalan menuju ke tujuan umum, seperti anak di latih belajar kebersihan, belajar berbicara, membaca dan munulis belajar bermain bola, dan lain-lain.
4.      Tujuan  perantara.
¨  Tujuan perantara berhubungan dengan tujuan sementara misalnya anak belajar membaca dan menulis, setelah ditentukan untuk apa anak membaca dan menulis, maka pendidik menentukan metode dan strategi yang digunakan agar anak dapat membaca dan menulis dengan baik dan benar.
5.      Tujuan  Insedintal
¨  Tujuan sesaat untuk menuju ke tujuan umum.
¨  Contoh ; Ayah memanggil anaknya supaya masuk ke dalam rumah agar mereka tidak menjadi terlalu lelah, atau untuk makan bersama-sama; ayah menuntut  supaya perintahnya di taati, tetapi dalam situasi yang lain mungkin si ayah mengurangi tuntutan ketaatan tersebut, dan hanya bersikap netral saja.
¨  Dalam sikap ayah tersebut ialah agar anaknya mempunyai kebiasaan tetap untuk makan bersama-sama keluarga, sehingga dengan demikian bermaksud pula untuk memperkuat rasa sama-sama terikat dalam ikatan keluarga.
Pendapat para ahli
¨  Tujuan pendidikan ditentukan oleh zaman, kebudayaan, dan tempat tinggal kita hidup, serta pandangan hidup manusia yang berbeda – beda  seperti  keagamaan, (berbakti kepada Tuhan), Keduniaan (kemakmuran hidup)
J.J. Rousseau ( Pendidikan menurut Alam )
¨  Ia berpendapat bahwa Pendidikan individual lebih penting daripada pendidikan kemasyarakatan.
¨  Manusia itu ketika dilahirkan adalah baik, suci dan kebanyakan anak itu menjadi rusak karena manusia itu sendiri atau karena masyarakat. Oleh karena itulah ia menganjurkan dalam pendidikan agar anak-anak dididik sesuai dengan alamnya.
¨  Alam anak-anak baik, semua pembawaan anak baik, maka kembangkanlah pembawaan-pembawaan anak itu menurut alamnya.
John Dewey (Pragmatisme atau Faedah)
¨  Pendidikan kemasyarakatanlah yang lebih penting daripada pendidikan individual.
¨  Tujuan Pendidikan ialah membentuk manusia untuk menjadi warga negara yang baik. Untuk itu di sekolah diajarkan segala sesuatu kepada anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara.
¨  Pendidikan hendaklah mempersiapkan anak untuk hidup di dalam masyarakat.
Ki Hajar Dewantara (Taman Siswa) pada Asas-asas Taman siswa :
¨  Hak seseorang akan mengatur dirinya sendiri.
¨  Tertib dan damai.
¨  Bertumbuh menurut kodrat
¨  Pengajaran harus memeberikan pengetahuan yang perlu dan berguna untuk kemerdekaan hidup Lahir dan batin di dalam masyarakat, dan membiasakan murid untuk dapat mencari sendiri segala ilmu dan mempergunakannya untuk amal keperluan umum.
Tujuan pendidikan Islam
¨  Tujuan dalam proses pendidikan Islam ialah idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islami yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran islam secara bertahap.
¨  Tujuan pendidikan islam adalah perwujudan nilai-nilai islami dalam pribadi manusia didik yang diikhtiarkan oleh pendidik muslim melalui proses yang terminal pada hasil yang berkepribadian islam yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan  yg sanggup mengembangkan dirinya  menjadi hamba Allah yang taat.


Seminar  Pendidikan Islam se Indonesia  1960.
¨  Tujuan Pendidikan Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam.
¨  Tujuan tersebut ditetapkan atas dasar bahwa  Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. 
Tujuan pendidikan Islam Menurut Kongres Pendidikan Islam sedunia (Islamabad 1980)
¨  Pendidikan islam harus merealisasikan cita-cita (idealitas) islam yang mencakup pengembangan kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis berdasarkan potensi psikologis dan fisiologis manusia yang mengacu kepada keimanan dan sekaligus berilmu pengetahuan secara berkeseimbangan sehingga terbentuklah manusia muslim yang paripurna yang berjiwa tawakal secara total kepada Allah SWT; sebagimana firman Allah Q.S. Al-An’am : 162 (Artinya Katakanlah, sesungguhnya sholatku, ibadahku, dan hidup dan matiku hanya bagi Allah Tuhan semesta Alam )
Dalil Q.S Al-Mujadallah : 11
¨  Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
¨  Dengan demikian tujuan pendidikan islam berjangkauan sama luasnya dengan kebutuhan hidup manusia modern masa kini dan masa yang akan datang, dimana manusia tidak hanya memerlukan iman atau agama melainkan juga ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai alat untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia sebagai sarana untuk mencapai kehidupan spiritual yang bahagia di akhirat terhindar dari siksa neraka.
Tujuan Pendidikan menurut  tugas dan fungsi manusia secara filosofis :
¨  Tujuan Individual yang menyangkut individu, melalui proses belajar dalam rangka  mempersiapkan dirinya dalam kehidupan dunia akhirat.
¨  Tujuan Sosial yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan.
¨  Tujuan profesional yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu, seni dan profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam masyarakat.


Rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan masyarakat, dan negara yang bersangkutan. Tujuan Pendidikan dan Pengajaran di Indonesia sesuai dengan Undng-Undang 12 tahun 1954 yakni :
¨  Membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air (pasal :3)
¨  Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asa-asas yang termaktub dalam “Pancasila” UUD Negara RI dan atas kebudayaan kebangsaan Indonesia (pasal : 4)
GBHN 1983 – 1988
¨  Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas  pembangunan bangsa.
UU No. 2 Th. 1989 Sisdiknas
¨  Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UU.2. 1989 Bab II pasal : 4)
Hirarki Tujuan Pendidikan atau Pengajaran
Dalam sistem  operasional  kelembagaan pendidikan berbagai tingkat, tujuan ditetapkan secara berjenjang dalam struktur program instruksional, sehingga tergambarlah klasifikasi yang semakin meningkat :
1.      Tujuan Instruksional khusus (TIK) Indikator, diarahkan pada setiap bidang studi yang harus dikuasai dan diamalkan oleh anak didik.
2.      Tujuan Instruksional Umum (TIU) Kompetensi dasar, diarahkan pada penguasaan atau pengamalan suatu bidang studi secara garis besar sebagai  suatu kebulatan.
3.      Tujuan Kurikuler (TK) Standar Kompetensi, yang ditetapkan untuk dicapai melalui garis-garis besar program pengajaran di setiap lembaga pendidikan.
4.      Tujuan Institusional (TI) Lembaga atau Instansi, adalah yang harus dicapai  menurut program pendidikan di tiap sekolah secara bulat  atau terminal.
5.      Tujuan Umum atau Nasional, cita-cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai melalui proses kependidikan dengan berbagai cara atau sistem baik formal (sekolah) atau nonformal (non klasik atau non kurikuler).


Merumuskan  Tujuan Instruksional Khusus
Kriteria merumuskan  TIK menurut Robert F. Mager yaitu :
1.      Performance : TIK selalu menyatakan apa yang diharapkan dilakukan oleh siswa, harus berbentuk tingkah laku siswa yang dapat diamati dan diukur.
2.      Conditions : TIK menyatakan dalam kondisi yang bagaimana tingkah laku tersebut diharapkan akan terjadi.
3.      Criterion : TIK tergambar suatu kriteria, sampai seberapa jauh penampilan tingkah laku siswa yang diharapkan, harus jelas batas atau tingkat kemampuan tingkah laku siswa itu dikatakan dapat diterima atau tercapai.
Syarat-Syarat  Perumusan TIK (R.F.Mager ;1975 )
1.      Harus menggunakan kata kerja operasional seperti ; Siswa dapat menyebutkan, menuliskan, membedakan, membandingkan dan sebagainya (Memahami, menghargai mempercayai  kurang operasional).
2.      Harus dalam bentuk hasil belajar; apa yang siswa peroleh setelah dia mempelajari sesuatu.
3.      Harus mencerminkan perubahan tingkah laku siswa.
4.      Hanya meliputi satu jenis tingkah laku.
5.      Harus jelas batas /tingkat kemampuan tingkah laku yang dituntut terhadap siswa.
Tingkat Kemampuan Siswa ( Bloom )
  1. Ranah Cognitif : mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan Ingatan, pengetahuan, dan kemampuan intelektual.
  2. Ranah Afektif : mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, perasaan, dan minat.
  3. Ranah Psikomotorik : mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan keterampilan fisik atau gerak yang ditunjang oleh kemampuan psikis.
Enam Ranah Tingkat  Kemampuan cognitif  menurut  Bloom
  1. Kemampuan  ingatan ( Knowledge)
  2. Kemampuan pemahaman ( Comprehention )
  3. Kemampuan penerapan ( Aplication )
  4. Kemampuan penguraian ( Analysis)
  5. Kemampuan penyatuan ( Synthesis)
  6. Kemampuan penilaian ( Evaluation )

MACAM-MACAM  LINGKUNGAN  PENDIDIKAN
Macam-macam lingkungan pendidikan yaitu :
Ø  Lingkungan Keluarga
Ø  Lingkungan sekolah
Ø  Lingkungan kampung/desa
Ø  Lingkungan perkumpulan pemuda
Ø  Lingkungan negara.
Beda lingkungan keluarga dengan lingkungan sekolah dalam Pendidikan
Ø  Lingkungan
1.      Pada lingkungan keluarga pendidikan yang sewajarnya, pendidikan secara alami.
2.      Pada lingkungan sekolah, guru mendidik karena tugas jabatannya.
Ø  Perbedaan suasananya
1.      Rumah :  kekeluargaan
2.      Sekolah : ada prosedur , tata tertib.
Ø  Perbedaan tanggung jawab.
1.      Keluarga tanggung jawab sebagai kodrtanya kepada Tuhan.
2.      Sekolah, tanggung jawab intelektual, skil dan etika.
Mengapa Kerja sama antara keluarga dan Sekolah  penting  bagi pendidikan ?
      Keluarga dan sekolah sama-sama  melakukan pendidikan secara keseluruhan baik jasmani maupun rohani.
      Adanya kerja sama keluarga dengan sekolah akan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal mendidik anaknya, sebaliknya sekolah memperoleh informasi tentang sifat- sifat dan ekonomi, sosial kehidupan anak.
Bagaimana cara untuk mempererat hubungan sekolah dengan keluarga ?
  1. Mengadakan pertemuan dengan orang tua pada hari penerimaan murid baru.
  2. Mengadakan surat menyurat antara sekolah dan keluarga.
  3. Adanya daftar nilai atau raport.
Cara – cara untuk mempererat hubungan sekolah dengan keluarga ?
  1. Kunjungan guru kerumah orang tua murid atau sebaliknya.
  2. Mengadakan perayaan hari besar agama atau pameran hasil karya murid.
  3. Mendirikan perkumpulan orang tua murid dan guru.
Peranan Anggota Keluarga terhadap anak-anak
1.      Peranan Ibu :
q  Sumber dan pemberi kasih sayang.
q  Pengasuh dan pemelihara.
q  Tempat mencurahkan isi hati
q  Pengatur kehidupan dalam rumah tangga
q  Pembimbing hubungan pribadi
q  Pendidik dalam segi emosional.
2.      Peranan  Ayah
Ø  Pelindung terhadap ancaman dr luar
Ø  Yang mengadili jika  terjadi perselisihan.
Ø  Pendidik dalam segi rasional.
Peranan ayah  yang dominan terhadap anaknya :
Ø  Sumber kekuasaan di dlm keluarga
Ø  Penghubung  intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar


3.      Peranan Nenek dan Pembantu Rumah tangga
      Umumnya nenek merupakan sumber dan mencurahkan kasih sayangnya, memanjakan berlebih-lebihan, mereka tak mengharapkan sesuatu dari cucunya.
      Keluarga yang serumah dengan nenek, sering terjadi perselisihan atau pertengkaran antara orang tua anak dengan nenek mengenai cara mendidik anak-anaknya.
      Pembantu  berperan juga dalam pendidikan anak, terutama bagi orang tua yang sibuk dengan pekerjaan.
Kesalahan yang  mungkin dilakukan oleh anggota keluarga dalam mendidik anak
      Melemahkan semangat anak dalam usahanya hendak berdiri sendiri.
      Memalukan atau mengejek anak-anak di muka orang  lain.
      Membeda-bedakan dan berlaku pilih kasih.
      Memanjakan anak atau tidak mempedulikan.
Petunjuk bagi pendidikan dalam Lingkungan Keluarga
ü  Usahakan suasana yang baik dalam lingkungan keluarga.
ü  Tiap anggota keluarga belajar berpegang pada hak dan tugas kwewajiban masing-masing.
ü  Org tua atau dewasa lainnya dalam keluarga itu hendaknya mengetahui tabiat dan watak anak-anaknya.
ü  Hindarkan segala sesuatu yang dapat merusak  pertumbuhan jiwa  anak.
ü  Suatu saat biarkan anak bergaul dengan teman-temannya di luar lingkungan  keluarga.
                                    
BEBERAPA PROBLEM DALAM PENDIDIKAN
Pendahuluan
Hasil pekerjaan mendidik tidak hanya ditentukan oleh di pendidik, tetapi dipengaruhi faktor lingkungan dan pembawaan anak itu sendiri.
Hambatan dalam pendidikan
Keras  hati dan keras  kepala (sifat yang  ada persamaan dan perbedaan) 
1.      Keras hati adalah bantahan terhadap suruhan orang lain karena ia ada tujuan dan maksud sendiri  yang berlainan dengan  apa yang disuruhkan kepadanya.
2.      Keras kepala adalah bantahan terhadap suruhan org lain, tetapi ia tidak ada alasan lain yang bertujuan.
Sebab timbul keras hati pada anak.
1.      Karena pembawaan anak (Pendidik hendaknya bertindak bijaksana, jangan memerintah dan melarangnya jika tidak benar-benar  perlu, berikan perintah atau larangan dengan lemah lembut.
2.      Karena keadaan fisik yang terganggu. Manusia pada umumnya mempunyai hasrat berbuat sebaliknya dari yang diminta orang lain (keras hati) jika keadaan sakit, kurang tidur.
3.      Karena perkembangan rohani anak. Dalam Ilmu Jiwa Anak, anak sejak bayi hingga dewasa mengalami dua masa kritis yang di dalam batinnya  terdapat ketidakkeseimbangan. Krisis pertama usia 3 – 5 th. Krisis kedua pada masa remaja dimana anak mengalami guncangan dan ketidakseimbangan dalam pertumbuhan  jasmani dan rohani.
4.      Karena kesalahan-kesalahan dalam pendidikan oleh orang tua seperti  memanjakan.
5.      Pendidikan yang tidak konsekuen dari org tua maupun pendidik. Seperti tidak tegas, pada suatu saat melarang pada saat yang lain membolehkan apa yang dilakukan anak.  Hal ini akan menimbulkan kebimbangan pada anak, ragu-ragu  yang mana harus diturutinya, yang pada akhirnya anak akan berbuat sekehendak  hatinya saja tidak menurut perintah orang tua atau pendidik.
Upaya pendidik mengatasi keras hati
  1. Mempermudah anak-anak berlaku patuh dengan jalan membiasakan anak-anak hidup secara teratur dan tertib.
  2. Perintah dan larangan hendaklah diberikan dengan lemah lembut dan dapat membesarkan hati mereka  jangan sekali-kali keras dan kasar.
  3. Hendaklah pendidik ingat akan keadaan jasmani dan rohani anak pada saat itu.
  4. Janganlah memanjakan anak. Bertindaklah dengan tegas, yang konsekuen agar anak-anak tahu apa yang harus menjadi pegangannya.
  5. Dalam menghadapi anak yang keras hati, pendidik harus bersikap tenang, dan tegas, jangan kehilangan ketenangan atau tergoyang keseimbangan batin, harus tetap sabar.
  6. Pada anak kecil dengan membelokkan perhatiannya kearah yang lain, akan mampu mengatasi  kekerasan hatinya.
  7. Jangan memberi hukuman pada anak, bagi anak yang remaja dapat memberikan  kata-kata nasehat dengan singkat.
Keras  Kepala dan faktor penyebabnya
  1. Karena terlalu dimanjakan, selalu terpenuhi apa yang dikehendakinya, menyebabkan anak keras kepala.
  2. Iri hati terhadap adiknya yang baru lahir, karena kasih sayang orang tuanya terbagi, ia sering kesal, membantah perintah orang tuanya.
  3. Karena pendidik itu sendiri, seperti anak sering dicela, atau ditertawakan, di ejek atau dihina.
  4. Tindakan yang keras dan kasar atau tidak menaruh rasa kasih sayang. Hal ini mudah melukai perasaan anak-anak.
  5. Perasaan takut dan harga diri kurang. Misalnya anak takut mendapat nilai buruk atau ditertawakan, tidak mau melakukan perintah gurunya. Anak yang harga diri kurang mudah tersinggung perasaannya, mudah merajuk, dan jadi keras kepala.
  6. Tidak dapat memecahkan masalah yang sulit dalam pelajaran di sekolah atau dalam permainan.
  7. Ada kalanya keras kepala yang semu (pura-pura) ia melihat temannya dengan keras kepala dapat dipenuhi keinginannya, maka ia mencoba juga dengan berpura-pura namun pada akhirnya dapat menjadi keras kepala yang sebenarnya.
Bagaimana menghilangkan sifat keras Kepala Itu ?
  Dulu orang mengira keras kepala itu adalah penjelmaan kemauan keras dan jahat dari anak-anak, sehingga untuk memberantasnya tidak ada jalan lain kecuali mematahkannya dengan pukulan atau deraan.
  Penyelidikan Ilmu Jiwa bahwa keras kepala bertujuan untuk menyembunyikan suatu kelemahan batin.
Usaha pendidik menghilangkan sifat keras Kepala ialah mencari tahu sebabnya dengan teliti, agar dpt bertindak dg tepat dan bijaksana.
  1. Jangan memanjakan anak, atau terlalu banyak memberikan pertolongan. Didiklah ke arah yang dapat berdiri sendiri dengan kemampuan sendiri.
  2. Jika keras kepala karena putus asa, gembirakanlah hati anak itu, jangan dicela atau dihina, tetapi berilah kepercayaan, dan besarkanlah hatinya.
  3. Pendidik hendaknya ingat tabiat anak dan keadaannya pada waktu itu, lahir maupun batinnya. Mungkin anak itu sedang tidak sehat badannya atau  mengalami keruwetan dalam jiwanya.
  4. Janganlah memberi tugas atau pekerjaan terlalu berat atau sukar sehingga tidak dapat terpecahkan oleh anak, tetapi jangan juga terlalu mudah sehingga anak bosan atau enggan mengerjakannya.
Anak  yang manja
Ø  Anak yang dimanjakan akan mengalami bermacam-macam cacat dalam jiwanya.
Ø  Umumnya 3 cara orang tua memanjakan anaknya.
1.         Meliputi si anak dengan seribu satu macam pemeliharaan dan menyingkirkan  segala kesulitan baginya.
2.         Memenuhi segala keinginan si anak. Apa saja yang menjadi kehendak dan keinginan si anak biar pun akan merugikan atau mengganggu kesehatan dan pertumbuhan – dituruti saja.
3.         Membiarkan dan membolehkan  si anak berbuat  sekehendak hatinya. Dan tidak membiasakan dia dalam  ketertiban, kepatuhan, peraturan  dan kebiasaan-baik lainnya.
Anak yang biasa dimanjakan umumnya :
v  Anak tunggal, anak sulung adiknya blm lahir
v  Anak bungsu, anak yang termanis, terpandai di antara saudaranya.
v  Anak yang cacat, sering sakit,
v  Anak laki-laki yang saudaranya perempuan semua, atau anak perempuan yang saudaranya laki-laki semua.
v  Anak yang diasuh oleh neneknya, anak angkat.


Hal yang menyebabkan  pemanjaan
  1. Karena ketakutan yang berlebihan akan bahaya yang mungkin mengancam si anak.
  2. Keinginan yang tidak disadari untuk selalu menolong dan memudahkan kehidupan si anak.
  3. Karena orang tua sendiri takut akan kesukaran, segan bersusah-susah, ingin mudah dan enaknya saja. Seorang pengasuh sering memanjakan anak majikannya, karena takut akan kesukaran, kesukaran yang akan timbul dari si anak dan kemarahan majikannya.
  4. Karena kebodohan orang tua, atau pembantunya.
Dampak negatif anak yang dimanjakan
  1. Anak akan mempunyai sifat mementingkan dirinya sendiri atau perasaan sosialnya kurang.
  2. Kurang mempunyai rasa tanggung jawab tidak sanggup berikhtiar, dan berinisiatif sendiri.
  3. Mempunyai perasaan harga diri yang kurang (Kurang Pede)
  4. Di sekolah selalu berusaha menarik perhatian guru atau temannya.
  5. Karena tidak ada kemauan dan inisiatif, anak manja biasanya pemalas, enggan bersusah-susah mengerjakan soal pelajaran.
Upaya mendidik anak manja
  1. Perlakukan bahwa semua anak adalah sama. Pendidik harus berusaha agar anak manja menginsafi bahwa ia tidak berbeda dengan anak lainnya.
  2. Didiklah mereka itu ke arah percaya pada kemampuan diri sendiri.
  3. Besarkan hatinya terhadap hasil-hasil usahanya sendiri atau pujilah mereka.
  4. Kembangkan perasaan sosialnya, biasakan ia bekerja sama dengan rekannya
  5. Menginsafkan para orang tua bahwa memanjakan anak adalah perbuatan yang keliru dan harus diubahnya. Dengan mempererat hubungan keluarga dengan sekolah.

AGRESI  DAN  FRUSTRASI
APA,  MENGAPA, DAN  BAGAIMANA ?
Agresi dan Frustrasi
v  Agresi adalah suatu keinginan menyerang orang lain yang menghalangi tercapainya suatu tujuan.
v  Pada anak-anak selalu ada agresi seperti perkelahian atau percekcokan dalam kelas.
v  Dlm kehidupan sehari-hari banyak terdapat contoh agresi  seperti kita mendengar seseorg dianiaya, disakiti, di bunuh disiksa, oleh orang lain.


Agresi langsung dan Tidak langsung
      Agresi langsung adalah penyerangan yang ditujukan langsung kepada orang yang bersangkutan yakni orang yang menghalangi tercapainya tujuan atau kepuasan si penyerang.
      Agresi tidak langsung adalah agresi yang tidak ditujukan kepada penghalang yang sebenarnya, tetapi kepada sesuatu atau seseorang yang dapat berlaku sebagai pengganti. Misalnya guru marah marah tanpa sebab pada siswanya di kelas, dikarenakan ada perasaan kesal atau jengkel  di rumah.
Sebab – sebab agresi
v  Sebab agresi bersifat rohaniah. Dalam batin kita tersembunyi kekuatan yang mendorong kita kearah tertentu, sedang kita sendiri tidak sadar akan kekuatan tersebut. Bila hasrat batin itu sedemikian kuat, tetapi terhalang oleh keadaan dari dunia luar maka timbullah agresi.
v  Sebab agresi karena iri hati, kebebasan dibatasi, perintah dari seseorang yang menjengkelkan, tersinggung perasaan kehormatannya, dihina org lain, dan sebagainya.
Frustrasi
      Frustration : kekecewaan (Frustrasi) adalah keadaan batin seseorang, ketidakseimbangan dalam jiwa, suatu perasaan tidak puas karena hasrat atau dorongan yang tidak dapat terpenuhi.
      Frustrasi  adalah Jika hasrat dalam batin kita tidak dapat diberi kepuasan, tidak dapat terpenuhi karena sesuatu rintangan, dan kita merasa sangat kecewa karenanya.
Beda Agresi dengan Frustrasi
      Agresi timbul karena adanya frustrasi, tetapi tidak semuanya frustrasi akan menimbulkan agresi pada seseorang.
      Agresi tidak selalu tertuju pada yang menyebabkan frustrasi. Agresi dapat juga ditujukan kepada pihak lain  yang tidak bersalah sedikit pun.
Woodworth ( dlm Psychology ) ada 4 rintangan yang menyebabkan Frustrasi.
1.      Rintangan yang bukan dari manusia. Misalnya  ingin cepat-cepat sampai, maka menjalankan motornya kencang, namun ada halangan misalnya bannya kempis, jalan macet.
2.      Rintangan yang disebabkan orang lain. Misalnya seseorang yang cintanya ditolak.
3.      Pertentangan antara motif positif yang terdapat dalam diri orang itu. Misalnya  seorang gadis yang ingin ke pesta dansa, namun ibunya melarangnya. Ia sendiri sangat ingin menyenangkan hati ibunya yang sangat dicintainya. Ibu dan anak sama-sama ada perasaan yang tidak enak, antara keingianan ke pesta dengan cintanya pada ibu.
4.      Pertentangan antara motif positif dan motif negatif yang terdapat dalam diri orang itu. Misal ingin nonton malam hari, tetapi besok di sekolah ada ulangan.


Reaksi yang mungkin timbul karena frustrasi
Frustrasi dapat menimbulkan reaksi yang bermacam-macam, tergantung pada tabiat, temperamen dan keadaan orang tersebut. Seperti  berikut ini :
Ø  Agresi adalah reaksi menantang atau suatu serangan yang bersifat langsung dan tidak langsung.
Ø  Mengundurkan diri. Reaksi ini timbul karena tidak berani memaksakan kehendaknya, ia tidak berdaya mencapai keinginannya atau maksudnya.
Ø  Regresi = kemunduran. Reaksi ini timbul karena keinginan yang tidak terkabul. Dimana rekasi yang dilakukannya dilihat dari segi perkembangan jiwanya menurut usianya tidak pantas di lakukannya.
Ø  Fikrasi yaitu usaha yang dilakukan seseorang dalam menghadapi kegagalan kadang-kadang tergelincir ke dalam ulangan tingkah laku yang begitu-begitu saja ( tetap ) tidak sampai pada pemecahan masalah yang dihadapinya.
Ø  Represi berarti pendesakan. Menurut para ahli psiko-analisis keinginan dan dorongan yang telah menimbulkan frustrasi itu telah didesak masuk ke dalam ketidaksadaran.
Ø  Gangguang psikosomatis yakni keinginan-keinginan dan pengalaman yang telah terdesak secara kompleks ke dalam ketidaksadaran itu masih tetap hidup dan sewaktu-waktu dapat keluar berupa mimpi atau berubah menjadi suatu penyakit  jasmani yang disebabkan gangguan jiwa ( disebut Psikosomatis ) seperti pingsan atau histeri.
Ø  Rasionalisasi. Seseorg telah gagal dalam mencapai maksudnya. Karena kegagalan itu, timbullah dalam pikirannya (rasionya) suatu pertanyaan, mengapa dirinya mengalami kegagalan. Biasanya dalam hal ini orang lebih suka mencari sebab-sebab kegagalannya dengan meletakan kesalahan pada orang lain atau pada sesuatu yang di anggap ada hubungannya, daripada mencari kesalahan atau sebab dalam dirinya sendiri.
Ø  Sublimasi. Karena frustrasi terdapat suatu usaha untuk melepaskan diri dari kegagalan dan ketidakpuasan dengan jalan mencari kemungkinan yang lebih baik dan dapat mencapai tujuannya. Misalkan mengalihkan pada pembuatan puisi atau membuat karangan pengalaman hidupnya.
Ø  Kompensasi yakni penyaluran jiwa dengan jalan mengalihkan usaha ke arah tujuan atau perbuatan lain utk mencapai kepuasan yang dilakukan oleh orang yang menderita perasaan kurang percaya diri yang disebabkan oleh cacat tubuh, kebodohan, kemiskinan, ketidaksanggupan mencapai sesuatu. Misalnya seorang murid yang tidak pandai pada satu mata pelajaran, maka ia akan berusaha untuk  mencari prestasi  pada bidang lain ? Olahraga atau musik.
Pendidikan dan Frustrasi
      Masyarakat dan Frustrasi. Bagaimana usaha kita mendidik anak agar dapat menyesuaiakan diri dalam masyarakat? Tujuan pendidikan ialah memimpin perkembangan anak menjadi manusia yang dapat hidup dalam masyarakat, mengetahui dan dapat menjalankan kewajibannya sebagai anggota masyarakat. Hal ini berarti anak-anak harus kita didik supaya mematuhi dan menjalankan peraturan, norma dan dapat menempatkan diri sesuai dengan perannya masing-masing dalam masyarakat. Penyesuaian diri itu bukanlah hal yang mudah, sebab  menyesuaikan diri itu berarti menjumpai dan mengalami macam-macam situasi  yang penuh ketegangan atau frustrasi. Tiap orang ingin hidup bebas, hidup sesuai dengan kehendak masing-masing, akan tetapi peraturan dan adat istiadat di masyarakat sering bertentangan dengan kehendak orang, sehingga tidaklah mengherankan jika sekarang  ini mengapa di dalam kehidupan manusia  itu selalu terdapat agresi dan frustrasi.
Sekolah dan Frustrasi
      Kira-kira usia 5-7 anak mulai mamasuki  masyarakat  baru (sekolah). Di sekolah anak-anak tidak sedikit mengalami situasi yang mengandung frustrasi. Sekolah mempunyai peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh murid, mereka datang dan pulang pada waktunya, belajar dan bermain pada waktu dan tempatnya. Peralihan dari kehidupan rumah tangga ke kehidupan sekolah, akan dirasakan sangat berat, terutama oleh anak-anak baru saja masuk sekolah
Bagaimana seharusnya Sikap Pendidik dengan adanya Frustrasi ? Haruskah menghindarkan hal-hal dan situasi yang menimbulkan frustrasi itu ?
      Ada pendapat bahwa mendidik anak hendaklah dengan membiarkan pertumbuhan anak itu menurut alamnya. Pendidik harus memberi kesempatan  kepada anak untuk menuruti semua kehendaknya, dengan demikian si anak tidak mengalami frustrasi dan dapat berkembang dengan semestinya.
      Pendapat tersebut tidak dapat dibiarkan, karena anak adalah makhluk yang sedang mengalami perkembangan, ia belum mengetahui norma-norma kesusilaan yang baik dan yang buruk. Hidupnya masih dikuasai oleh perasaan dan keinginannya daripada pikirannya. Persaan sosial belum begitu kuat, pengalamannya belum cukup utk mengetahui bahwa segala sesuatu itu membahayakan atau tidak, semua itu harus mengalami pertumbuhan yang tidak dapat dibiarkan begitu saja, tetapi memerlukan bimbingan atau pendidikan.
      Meskipun demikian, tidak baik pula dalam proses pertumbuhan anak selalu menerima rintangan yang berarti mengalami frustrasi. Mendidik anak tidak akan berhasil dengan selalu menghalangi keinginan dan kemauannya, selalu menekan dan membatasi kebebasannya, anak mempunyai kata hati sendiri yang harus dikembangkan.
      Demikianlah, anak didik itu tidak dapat dibiarkan begitu saja berkembang dengan sendirinya, tetapi sebaliknya tidak mungkin pula selalu ditekan dan dirintangi kehendaknya. Anak hendaknya diajarkan menyesuaikan diri, yang berarti dapat menerima dan mematuhi peraturan, norma mana yang harus dituruti dan mana yang harus di tentang.


Jadi bagaimana seharusnya sikap pendidik yang baik ?
  1. Pendidik tidak boleh bersikap terlalu keras terhadap anak didiknya. Dengan kekerasan dan paksaan anak tidak akan mematuhi peraturan karena banyak mengalami frustrasi, dan keras kepala, bahkan bisa menimbulkan sikap menentang. Anak menurut aturan karena terpaksa, takut, bukan karena keinsafan dalam diri sendiri.
  2. Sikap terlalu lunak dan lemah lembut dari pendidik pada anak tidak dapat dibenarkan juga, karena menyebabkan anak berbuat sekehendak hatinya, tidak mematuhi peraturan.
  3. Sikap yang baik bagi pendidik adalah sikap yang tenang, tegas, dan konsekuen.  Pendidik haruslah menentukan peraturan mana yang patut ditentang. Janganlah  suka menjanjikan sesuatu yang sekiranya tidak dapat dipenuhinya, dan jangan pula suka melanggar sesuatu yang telah dijanjikan kepada anak didik.

PERASAAN  TAKUT  DAN DUSTA
Perasaan Takut
      Perasaan takut adalah sejenis insting yang terdapat pada semua orang.
      Dari penyelidikan ilmu jiwa anak pada bayi telah terdapat perasaan takut seperti takut akan jatuh (kehilangan keseimbangan badan) dan takut kepada bunyi yang keras (takut krna pembawaan)
      Perasaan takut karena pengalaman (takut pada ular, petir, setan dan lain-lain)
Yang menimbulkan perasaan takut pada anak- anak.
  1. Sesuatu yang aneh-aneh yang belum pernah dikenalnya (suara anjing, tikus  diloteng rumah)
  2. Sesuatu yang telah dikenalnya, bercampur dengan hal yang masih asing sekali dan tak masuk akal mereka (takut bayang-bayang seakan mencaplok kepalanya)
  3. Jika terpisah dengan orang yg disayanginya atau dikenalnya.
  4. Karena ditimbulkan oleh pengaruh orang dewasa (ditakut-takuti, orang tua yang penggugup)
  5. Kesulitan yang dihadapi anak dalam kehidupan sehari-hari di sekolah atau di lingkungannya.
Bagaimana mengatasi rasa takut pada anak ?
Ø  Takut dapat melemahkan semangat, tidak tenang, tidak berdaya, kalau terlalu lama takutnya akan berpengaruh buruk pada badan dan pikiran, lekas marah, gugup, bahkan menimbulkan penyakit saraf seperti gila.
Ø  Pendidik hendaknya berusaha mendidik anak agar kelak menjadi manusia yang berkemauan keras, tidak mudah putus asa, percaya diri dan sanggup mengatasi kesukaran.


Yang perlu diperhatikan dalam mengatasi rasa takut.
  1. Kenalkan anak itu pada hal-hal yang ditakutinya, dengan mengajar anak untuk mengenal lingkungannya.
  2. Bangkitkan kepercayaan pada diri anak itu, besarkan hatinya agar lebih tabah  menghadapi kesukaran yang dialaminya.
  3. Usahakan agar hubungan pendidik dengan anak didik selalu erat.
  4. Pendidik hendaklah bersikap tenang.
  5. Janganlah pendidik menakut-nakuti anak didik dengan berbagai cerita, atau kata-kata tentang hantu, macam-macam tahayul.
Dusta  Anak
      Dusta termasuk salah satu kesalahan yang sering terdapat pada anak maupun orang dewasa.
      Dusta merupakan suatu sifat yang tidak baik, tidak susila dan harus diberantas, namun merupakan kesukaran-kesukaran bagi orang tua yang umumnya disebabkan mereka kurang mengetahui bagaimana cara mendidik agar anak tidak suka berdusta.
Macam-macam dusta pada  anak
1.      Dusta semu. Mereka tidak mengetahui baik buruk dalam arti susila, mereka tidak mempunyai tujuan menipu atau berdusta pada orang  lain.
2.      Suatu perbuatan dapat kita katakan dusta yang sebenarnya jika yang melakukan itu
¨  Menginsafi benar bahwa ia berdusta.
¨  Mempunyai tujuan  utk menipu org lain.
¨  Dg dustanya ia mengharapkan mencapai suatu maksud.
Sebab anak  kecil melakukan dusta semu
1.      Pengamatannya yang belum sempurna. Pengamatan pada anak-anak mula-mula bersifat global, keseluruhan dan kabur pada bagian benda belum dapat diamati dengan teliti dan teratur  menurut strukturnya.
2.      Karena daya ingatan anak belum sempurna. Fungsi  jiwa  dan daya ingat pada anak mengalami perkembangan yang makin lama makin sempurna
3.      Karena fantasi yang sangat kuat. Dalam Ilmu jiwa anak, umur 4-8 tahun  kehidupan jiwanya masih dikuasai oleh fantasi  yang kuat.  Oswald Kroh (Psikolog Jerman) masa sintesis atau realisme fantasi, anak belum dapat membedakan atau memisahkan fantasinya sendiri dengan kenyataan yang dialaminya.
Bagaimana sikap orang tua terhadap dusta semu itu ?
      Pendidik tidak boleh bersikap keras, yaitu memarahi, memaki-maki, atau menghukum anak itu. Ia melakukan dusta itu tidak dengan sadar, ia merasa tidak bersalah.
      Oleh karena itu tidak adil  jika anak dibalas dengan hukuman.


      Cara yang dapat diperbuat pendidik adalah :
1.      Tunjukkan pada anak itu bahwa ia khilaf atau berangan-angan saja.
2.      Bagi guru penting sekali memimpin anak agar dalam pelajaran, mereka dibiasakan mengamati Sendiri dengan seksama, teratur dan  objektif.
3.      Pendidik atau org tua tidak boleh mengatakan “Ah bohong Kamu!, saya tidak percaya kepadamu kepada anak-anak yang dusta semu, sebab dengan kata-kata tersebut anak akan menjadi kurang kepercayaannya kepada pendidikan, sehingga akhirnya dalam jiwa anak akan tertanam suatu pendapat” biarpun saya berkata benar, ayah atau ibu, guru akan mengatakan saya berbohong, jadi lebih baik saya katakan yang lain.
Dusta  Sebenarnya
      Dusta sebenarnya adalah jika perbuatannya dilakukan dengan sadar dan sengaja, ia menginsyafi bahwa perbuatannya tidak baik itu, disengaja atau terpaksa dilakukan untuk menipu orang lain karena ada suatu maksud yang hendak dicapainya untuk kepentingan diri sendiri.
Macam-macam dusta sebenarnya dan sebabnya
1.      Dusta karena takut. Anak takut dimarahi org tua atau gurunya, yang selalu bersikap keras dan suka menghukum anaknya menyebabkan ia berbuat dusta.
2.      Dusta sosial atau dusta Altruitis. Dusta macam ini dilakukan karena ingin melindungi orang lain. Seorang anak berdusta pada guru atau orang tuanya dengan maksud melindungi temannya dari hukuman. Pendidik harus dapat menginsafkan anak, bahwa  hasrat menolong orang lain tidak boleh dengan jalan berdusta. Setiap tujuan yang baik hendaklah dicapai dengan jalan yang baik dan suci pula.
Dusta untuk kepentingan diri sendiri ( dusta Egoistis )
Tiap orang atau anak mempunyai bermacam-macam kebutuhan yang harus dipenuhi. Jika keperluannya tidak terpenuhi karena kesalahan, atau tekanan dari pendidik, maka jalan termudah bagi mereka adalah berdusta.
Dusta macam inilah yang umumnya banyak terdapat, baik pada anak-anak maupun dewasa, sebab ada nafsu tamak, nafsu mendapat kesenangan, sifat malas enggan bersusah-susah, dusta karena iri dan dengki pada orang lain
Dusta Kompensasi
Dusta yang dilakukan anak, disebabkan perasaan kurang percaya diri. Anak menganggap orang disekitarnya memandang rendah pada dirinya. Karena sangkaan itu ia menjadi anak yang selalu merasa dirinya lemah, bodoh, dari orang lain, tidak sanggup berbuat  sesuatu.
Untuk mengimbangi perasaan itu ia mencari jalan lain agar menjadi pusat perhatian orang lain, dipuji, dan sebagainya dengan jalan berdusta. Dusta macam ini disebabkan kesalahan dalam pendidikan dengan memanjakan anak.


Upaya pendidik memberantas dusta dengan menyelidiki sebab-sebabnya.
  1. Si pendidik harus memberi contoh yang baik.
  2. Antara  pendidik dengan anak hendaklah ada suasana saling mempercayai
  3. Pendidik tidak boleh bertindak terlalu keras terhadap anak didiknya.
  4. Si pendidik hendaklah selalu berikhtiar untuk menambah dan memperkokoh keberanian anak dalam menghadapi kesulitan.
  5. Pendidik hendaklah berusaha menginsafkan anak-anak, bahwa dusta itu adalah perbuatan yang tidak baik, merugikan diri sendiri, tidak susila, dilarang agama .

ALAT –ALAT PENDIDIKAN
      Alat pendidikan : Usaha-usaha atau perbuatan si pendidik yang ditujukan untuk melaksanakan tugas mendidik.
      Alat pendidikan bukan hanya soal teknis, tetapi erat sekali dengan pribadi yang menggunakan alat tersebut, karena si pendidik dalam menggunakan alat pendidikan tersebut, hendaknya mampu menyesuaikan diri dengan tujuan yang terkandung  dalam alat tersebut.
Dalam memilih alat pendidikan yang baik dan sesuai, empat syarat yang harus diperhatikan
  1. Tujuan apakah yang hendak dicapai dengan alat itu ?
  2. Siapa  ( Pendidik ) yang menggunakan alat itu ?
  3. Anak (si pendidik) yang  mana yang dikenai alat itu?
  4. Bagaimana penggunaan alat itu ?
Alat  pendidikan yang sangat penting
1.      Pembiasaan  dan  Pengawasan.
Pembiasaan : alat pendidikan yang sangat penting sekali terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Anak-anak dapat menurut dan taat pada peraturan dengan jalan membiasakannya dengan perbuatan yang baik di rumah, keluarga, sekolah, masayarakat. Pembiasaan yang baik penting bagi pembentukan watak, atau karakter anak.
Syarat-syarat Pembiasaan
¨  Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat.
¨  Pembiasaan itu hendaklah terus menerus dijalankan secara teratur, sehingga menjadi kebiasaan yang otomatis, untuk itu dibutuhkan pengawasan.
¨  Pendidikan hendaklah bersikap konsekuen, tegas, tetap teguh terhadap pendirian yang telah diambilnya.
¨  Pembiasaan yang awalnya mekanistes itu harus menjadi pembiasaan yang disertai  kata hati  anak itu sendiri.


Sedangkan pengawasan itu penting sekali dalam mendidik anak, tanpa pengawasan berarti membiarkan anak berbuat sekehendaknya. Anak tidak dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk, tidak tahu mana yang harus dilaksanakan dan mana yang harus dihindari.
      Anak yang dibiarkan tumbuh sendiri menurut alamnya, akan menjadi manusia yang hidup menurut napsunya.
2.      Perintah dan larangan
      Perintah bukan hanya apa yang keluar dari mulut, seseorang untuk dikerjakan oleh orang lain, tetapi  peraturan umum yang harus ditaati oleh anak-anak.
      Perintah akan mudah ditaati oleh anak didik, jika  pendidik sendiri mentaati dan hidup menurut  peraturan itu.
      Contoh dan teladan dari si pendidik merupakan alat pendidik yang sangat penting.
      Syarat-syarat memberi perintah
¨  Perintah hendaklah terang, jelas dan singkat sehingga mudah di mengerti oleh anak.
¨  Perintah hendaklah disesuaikan dengan keadaan, kesanggupan dan umur anak.
¨  Perintah hendaklah yang bersifat permintaan (tolong) sehingga tidak terlalu keras kedengarannya.
¨  Jangan terlalu banyak dan berlebihan memberi perintah, sebab mengakibatkan anak itu tidak patuh atau menentang.
¨  Pendidik hendaklan konsekuen terhadap apa yang telah diperintahkannya.
¨  Perintah yang sifatnya mengajak, maka si pemberi perintah harus turut melakukannya.
      Syarat  dalam memberikan larangan:
Ø  Larangan diberikan dengan singkat dan jelas.
Ø  Jangan terlalu sering melarang.
Ø  Bagi anak kecil larangan dapat dicegah dengan membelokkan perhatian pada sesuatu yang  menarik, bermanfaat.
      Akibat sering memberikan larangan:
¨  Keras kepala atau melawan
¨  Pemalu dan penakut
¨  Perasaan kurang percaya diri
¨  Kurang mempunyai rasa tanggung jawab
¨  Pemurung dan pesimis
¨  Apatis ( acuh tak acuh terhadap sesuatu )
3.      Ganjaran  dan  hukuman.         
      Ganjaran : alat mendidik anak, supaya anak dapat merasa senang karena  perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.
      Ganjaran dimaksudkan supaya anak lebih giat lagi untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasinya.
      Ganjaran bisa juga berupa upah.
      Macam-macam ganjaran
Ø  Guru mengangguk-angguk tanda senang atau membenarkan
Ø  Memberi kata-kata pujian
Ø  Memberikan pekerjaan  tambahan.
Ø  Pemberian  berupa  benda-benda yang menyenangkan dan berguna.
Ø  Bercerita atau wisata.
      Syarat-syarat ganjaran
Ø  Guru dalam memberi Ganjaran yang pedagogis, sehingga guru harus benar-benar mengenal muridnya dan tahu menghargai dengan  tepat.
Ø  Ganjaran jangan sampai menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi yang lain.
Ø  Hemat atau Jangan terlalu sering memberikan ganjaran.
Ø  Jangan memberikan ganjaran dengan menjanjikan terlebih dahulu, sebelum  anak menunjukkan prestasinya.
Ø  Ganjaran jangan sampai diartikan sebagai upah bagi anak didik atas jerih payah yang telah dilakukan.
      Hukuman dalam pendidikan adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru) sesudah terjadi  suatu pelanggaran, kesalahan atau kejahatan.
      Hukuman sebagai alat pendidikan, hendaklah :
a.       Senantiasa jawaban atas  suatu pelanggaran
b.      Selalu bersifat tdk menyenangkan.
c.       Selalu bertujuan  kearah perbaikan untuk kepentingan anak itu sendiri.










No comments:

Post a Comment