ILMU PENDIDIKAN
TEORETIS DAN PRAKTIS
oleh:
Drs. BAKHRUDDIN, M.Pd
APAKAH PENDIDIKAN
ITU ?
Arti Istilah
v Paedagogie : Pendidikan
v Paedagogiek : Ilmu Pendidikan
v Paedagogiek : kata Yunani Paedagogia berarti
Pergaulan dengan anak-anak.
Arti istilah
Ø Paedagogos ialah
seorang pelayan atau bujang pada zaman
Yunani kono yang
pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak dari dan sekolah, dan dirumahnya
selalu dalam pengawasan para paedagogos
tersebut.
Ø Jadi
pendidikan anak-anak zaman Yunani kono sebagian besar diserahkan pada
paedagogos.
Ø Paedagogos berasal dari
kata PAEDOS (anak) dan AGOGE (saya
membimbing, memimpin).
Ø Perkataan
Paedagogos semula berarti “rendah “(Pelayan, bujang) sekarang di pakai untuk pekerjaan
yang mulia.
Ø Paedagogik atau
Ilmu Pendidikan ialah Ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang
gejala-gejala perbuatan mendidik.
Ø Paedagoog =
Pendidik
atau ahli didik ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya agar
dapat berdiri sendiri.
Menurut M. Ngalim Purwanto
•
Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam
pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan
rohaninya ke arah kedewasaan.
• Pendidikan ialah
pimpinan yang
diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam
pertumbuhannya (Jasmani dan Rohani) agar berguna bagi dirinya sendiri dan bagi
masyarakat.
Apa yang dimaksud dengan mendidik itu ?
Pendapat para ahli
•
Mendidik ialah
memimpin anak.
•
Mendidik itu sama
halnya pekerjaan tukang kebun.
•
Kebanyakan orang tua mendidik anak-anaknya hanya berdasarkan pengalaman praktis saja.
•
Kepandaian mendidik itu sudah ada dengan sendirinya berdasarkan intuisi (naluri).
• Mendidik berdasarkan hasil-hasil penyelidikan
(teori) dan berdasarkan pengalaman (praktik) lebih banyak dan baik hasilnya
daripada hanya berdasarkan pengalaman dan intuisi belaka.
Mengapa anak harus dididik ?
•
Bagaimana menurut
pengamatan anda model binatang
(insting dan
nafsu).
•
Samakah pendidikan yang dilakukan binatang-binatang itu dengan pendidikan yang dilakukan manusia? tindakan-tindakan menjinakan
(mendresur) dan melatih binatang?
• Model pendidikan
manusia lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama agar ia dapat menyesuaikan diri di dalam lingkungan masyarakat.
Mengapa mendidik itu dikatakan memimpin
perkembangan anak bukan membentuk
anak ?
•
Pendidikan disebut memimpin karena dengan perkataan itu ada tersimpul arti bahwa si anak aktif sendiri memperkembangkan diri, tumbuh
sendiri, tetapi dalam keaktifan itu ia harus dibantu, dipimpin
atau dibimbing.
• Membentuk berarti
anak seumpama segumpal tanah liat yang dapat di remas-remas dan di
bentuk, dijadikan sesuatu menurut kehendak si pendidik, sehingga
diharapkan semua anak akan baik, nyatanya tidak demikian, sebab hampir semua
manusia diusahakan di didik baik oleh orang tuanya maupun oleh masyarakat
atau negara.
Mengapa Pendidik harus orang
yang
sudah dewasa ?
•
Mendidik ialah memimpin anak ke arah kedewasaan.
Jadi yang kita tuju dengan pendidikan adalah kedewasaan si anak. Tidak mungkin pendidik membawa
anak-anak kepada kedewasaan jika pendidik sendiri tidak dewasa (pola pikirnya).
• Membawa anak kepada
kedewasaan bukan hanya dengan nasehat, perintah, anjuran dan larangan saja, melainkan
dengan gambaran kedewasaan (keteladanan) yang senantiasa dapat dibayangkan oleh anak dalam diri pendidiknya di dalam pergaulan mereka.
Apakah yang
dimaksud dengan kedewasaan ?
•
Kedewasaan
Jasamani dan rohani.
•
Kedewasaan manusia sebagai individu tampaklah cirinya yaitu sifat tetap,
teratur jika dibandingkan dengan dinamika pada anak-anak yang selalu menghendaki dan mengalami perubahan.
•
Pada orang dewasa telah ada penetapan sendiri atas tanggung jawab sendiri.
Kedewasaan itu mempunyai bentuk dan wujud. Orang dewasa benar-benar mengetahui siapa dirinya dan apa yang diperbuatnya baik atau buruk.
•
Jadi menjadi dewasa dan kedewasaan itu mempunyai arti kesusilaan.
Ia mau mempertanggung jawabkan keadaan dan segala perbuatannya. Ia secara
moral telah menyesuaikan diri dengan norma-norma kesusilaan.
• Dalam perkembangan anak menjadi dewasa melalui masa peralihan
yang disebut Pubertas.
Padanya telah terdapat keselarasan antara jasmani dan rohani, kepribadiannya
baik psikisnya maupun morilnya telah menjadi stabil, sehingga memungkinkan orang
mengadakan hubungan-hubungan kemasyarakatan seperti memilih jabatan, pasangan hidup berumah
tangga, dan lain-lain.
Perbandingan gejala kedewasaan dg
keanakan
Anak-anak
§ Mencari bentuk
§ Tak mempunyai
ketetapan
§ Tidak ada kemerdekaan
§ Kelihatan mudah
berubah
§ Lemah
§ Memerlukan bantuan
§ Sangat mudah
terpengaruh
§ Belum punya
keyakinan yg tetap.
Dewasa
Ø Menampakkan diri sebagai bentuk
Ø Mempunyai ketetapan
Ø Merdeka
Ø Tepat Stabil
Ø Kuat
Ø Membantu
Ø Tahu mengambil dan
menentukan jalan
Ø Tidak tergantung pada org lain
Teori Tabularasa (John Lock dan Francis Bacon)
v Anak yang baru dilahirkan itu dapat diumpamakan sebagai kertas
putih bersih yang
belum ditulis. Jadi sejak lahir anak itu tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa.
v Anak dapat dibentuk
sekehendak pendidiknya, pendidikan lingkungan yang berkuasa atas pembentukan anak.
v Empiresme yaitu
suatu aliran yang
berpendapat bahwa segala kecakapan dan pengetahuan manusia itu timbul dari
pengalaman (empire) yang
masuk melalui alat indera.
Aliran Behavioris.
• Mereka berpendapat
senada dengan Tabularasa (Optimisme)
• Behaviorime tidak mengakui adanya pembawaan dan keturunan atau sifat-sifat turun temurun.
•
Semua pendidikan adalah pembentukan menurut
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di dalam lingkungan anak.
Teori Nativisme (Schopenhauer)
• Nativus (latin) Kelahiran.
• Aliran Nativisme
(pesimisme) berpendapat bahwa tiap-tiap anak sejak dilahirkan sudah mempunyai
berbagai pembawaan yang akan berkembang sendiri menurut arahnya masing-masing.
•
Pembawaan anak ada yang baik dan buruk. Pendidikan tidak perlu dan tidak berkuasa merubah karakter anak.
Teori Konvergensi (Wiliam Stern)
• Teori Konvergensi
adalah penggabungan dari teori Tabularasa (Empiris) dan Teori Nativisme (pembawaan sejak lahir)
•
Menurut Konvergensi hasil pendidikan anak-anak itu ditentukan
atau dipengaruhi oleh faktor pembawaan
dan lingkungan.
Teori Fitrah (Pendidikan Islam)
•
Manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling baik di antara makhluk lainnya.
•
Allah memberikan seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan secara otomatis untuk berkembang ( Dalam psikologi potensialitas
)
• Dalam Islam
kemampuan dasar atau pembawaan itu disebut Fitrah; ( etimologis kejadian )
Fitrah Etimologis ( Kejadian )
• Maka hadapkanlah
wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya
(sesuai dengan kecenderungan aslinya); Itulah Fitrah Allah, yang Allah menciptakan manusia di
atas fitrah itu.
Itulah Agama yang lurus. Namun kebanyakan orang tidak mengetahuinya. ( Q.S. Ar-Rum: 30 )
•
Setiap orang dilahirkan ibunya atas dasar Fitrah (potensi dasar untuk beragama) maka setelah itu orang tuanya mendidik
menjadi beragama Yahudi, dan Nasrani dan Majusi,
kedua orang tuanya beragam Islam, maka anaknya menjadi Muslim (pula); ( H.R.Muslim )
Fitrah ( terminologis )
• Fitrah mengandung
implikasi kependidikan yang berkonotasi kepada faham Nativisme; (kejadian)
• Kata fitrah
mengandung makna “kejadian” yang di dalamnya berisi potensi dasar beragama yang benar dan lurus yaitu Islam.
• Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidaklah
kamu mengetahui sesuatu apapun dan ia
menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati (Q.S.An Nahl : 78 )
• Menurut Dr.
Moh.Fadhil Al Djamaly Firman
Allah Q.S. An Nahl:78; menjadi petunjuk bahwa kita harus melakukan usaha
pendidikan aspek eksternal (mempengaruhi dari luar diri anak didik) untuk
menumbuhkan kembangkan keterbukaan diri
terhadap pengaruh eksternal yang bersumber dari fitrah itulah maka pendidikan secara operasional adalah bersifat hidayah
(menunjukkan)
Bacalah, dan Tuhan-Mu yang
Maha Mulia yang
mengajar kamu dengan kalam (pena);
Dia mengajar manusia tentang sesuatu yang
tidak ia ketahui (Q.S.Al-Alaq: 3 –
4)
• Manusia tanpa
melalu belajar, niscaya tidak akan dapat mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan bagi kelangsungan hidupnya di dunia dan akhirat.
• Fitrah sebagai
faktor pembawaan sejak lahir manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan luar dirinya; bahkan ia tidak akan dapat berkembang sama sekali bila tanpa adanya pengaruh lingkungan.
• Meskipun fitrah dapat dipengaruhi oleh lingkungan, namun kondisi fitrah tersebut tidaklah netral terhadap pengaruh dari luar.
• Potensi yang terkandung di dalamnya secara dinamis mengadakan reaksi atau responsi terhadap pengaruh tersebut.
• Dalam proses perkembangannya terjadilah interaksi antara fitrah dan lingkungan
sekitar sampai akhir hayat manusia.
PERGAULAN DAN
PENDIDIKAN
Apa Pergaulan dan
pendidikan ?
Pergaulan :
Ø Kontak langsung antara satu individu dengan individu lain atau pendidik dengan anak didik.
Ø Salah satu sarana untuk mencapai hasil pendidikan yang baik.
Bagaimana Pergaulan dan
pendidikan ?
Pergaulan antara
sesama orang dewasa tidak disebut pergaulan pendidikan, karena di dalam pergaulan itu orang dewasa menerima dan bertanggung jawab
sendiri terhadap pengaruh yang terdapat dalam pergaulan itu.
Pergaulan antara
sesama anak tidak dapat pula dikatakan pergaulan pendidikan sebab kekuasaan yang ada pada anak terhadap teman-temannya tidak bersifat kekuasaan pendidikan, karena kekuasaan itu tidak tertuju pada suatu tujuan pendidikan secara disadarinya dan tidak dilakukan dengan sengaja.
Pergaulan Pedagogis
Pergaulan pedagogis hanya
terdapat antara orang dewasa dan anak (orang yang belum dewasa).
Akan tetapi tidak setiap pergaulan orang dewasa dengan anak itu bersifat pergaulan pendidikan, melainkan pergaulan
netral saja. Misalnya orang tua menyuruh anaknya mengambilkan kacamata bukan maksud mendidik, melainkan karena ia
sendiri enggan mengambilnya.
Pergaulan pendidikan
Ada pula pengaruh
jahat dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak misalnya seorang penjahat mengajar anak-anaknya supaya menjadi
pencopet.
Satu-satunya
pengaruh yang
dapat dinamakan pergaulan pendidikan ialah pengaruh yang menuju kedewasaan anak untuk menolong anak menjadi orang yang kelak dapat dan sanggup memenuhi tugas hidupannya atas tanggung jawab
sendiri.
Apa Perbedaan antara Pergaulan Pedagogis dengan pergaulan biasa ?
Pergaulan pedagogis itu bersifat :
Ø Ada pengaruh yang sedang dilaksanakan
Ø Ada maksud bahwa
pengaruh itu dilaksanakan dari orang dewasa kepada orang yang belum dewasa.
Ø Pengaruh itu
diberikan secara sadar dan diarahkan pada tujuan yang berupa nilai, norma yang baik yang akan ditanamkan dalam diri anak didik atau orang belum dewasa.
Ø Dalam Pergaulan dengan anak-anak, orang belum dewasa menyadari bahwa
tindakannya yang dilakukan terhadap anak itu
mengandung maksud, ada tujuan untuk menolong anak yang masih perlu ditolong untuk membentuk dirinya sendiri.
Pergaulan dan
pendidikan
Memungkinkan
pengertian mendalam antara tugas pendidik (wajib mendidik) dan tugas anak didik
(meminta pertolongan atau pendidikan) sehingga menimbulkan sikap yang wajar dan objektif pada keduanya.
Makna Pergaulan dan
pendidikan
Ø Pendidik
mengobservasi anak didik secara langsung untuk menemukan potensi yang ada pada anak didik, sedangkan anak didik lewat pergaulan itu
dapat pengetahuan secara langsung apa yang ada pada pendidik, kecintaannya, rasa sosialnya, kepribadiannya, dedikasinya,
sehingga dengan saling mengetahui
karena pergaulan ini memudahkan usaha bimbingan dan pertolongan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya.
Perkembangan
Pergaulan dan pendidikan
v Zaman dulu Pendidik
sangat berkuasa, menentukan segala sesuatu, otoriter, anak harus turut dan mentaati segala perintah atau larangan dari pendidik,
bila anak didik tidak mentaati, maka kekerasan atau hukuman digunakan oleh pendidik untuk memaksakan kehendaknya, sehingga anak didik mau melaksanakan, kemudiaan
taat
atau patuh karena rasa takut yang disertai rasa benci dan dendam.
v Dengan pelaksanaan
pendidikan yang
demikian, hubungan cinta-mencintai antara pendidik dengan anak didik tidak ada, sehingga terjadi pergaulan yang tidak wajar, anak didik tertekan tidak berani mengeluarkan isi hati, minder
kurang percaya diri, penakut, dan lain-lain.
v Pada akhir abad 19
tokoh pendidikan lunak (M. Montessori), anak didiklah seakan-akan menentukan arah. Pendidik
tinggal menuruti kehendak atau pembawaan anak, pendidikan lunak, pendidik hanya
memberikan anak didik berkembang sendiri, anak dimanjakan, segala kesulitan yang
dihadapi anak diatasi oleh pengasuhnya. Semboyannya Alles von kunde aus atau semua keluar dari diri anak).
v Kedua model
tersebut kurang tepat dalam pendidikan.
v Perlu adanya
perpaduan atau
konvergensi dari keduanya.
v Pendidikan wajib
mempunyai kekuasaan, yang timbul karena keunggulannya dalam segala hal.
v Kekuasaan pendidik
akan menimbulkan apa yang kita kenal kewibawaan.
Macam-Macam pergaulan
Menurut siapa yang terlibat :
a.
Pergaulan anak dengan anak
b.
Pergaulan anak dengan orang dewasa
c. Pergaulan orang dewasa dengan orang dewasa.
·
Menurut Bidangnya :
a.
Pergaulan yang bersifat ekonomis
b.
Pergaulan yang bersifat seni
c. Pergaulan yang bersifat paedagogis.
·
Dari pergaulan itu sendiri
a.
Pergaulan ekonomis dan tidak ekonomis
b.
Pergaulan seni dan bukan seni
c. Pergaulan
Paedagogis dan tidak paedagogis.
Pergaulan Biasa dapat diubah menjadi pergaulan paedagogis dengan cara perubahan pergaulan tersebut secara perlahan agar jangan sampai memberi kesan pada anak didik sebagai suatu yang sekaligus berubah.
Hal ini dianggap
anak sebagai suatu paksaan terhadap pribadinya dan ini menimbulkan anak protes
sehingga kemungkinan anak bersikap menjauhi dari pendidik.
Kapankah pergaulan biasa dapat berubah menjadi pergaulan pendidikan ?
Bilamana dalam situasi
pergaulan itu berlangsung suatu pengaruh yang positif yang berasal dari orang tua yang ditujukan kepada anak.
Pentingnya pergaulan dalam pendidikan
Menurut Dr.M.J.
Langeveld; Pergaulan itu merupakan lapangan atau ladang yang memungkinkan terjadinya pendidikan.
Dalam pergaulan yg
manakah, atau pergaulan di antara siapakah pendidikan itu muncul ?
Pergaulan antara
sesama anak belum bisa dikatan pendidikan karena sesama anak masih belum
bertanggung jawab terhadap anak yang lain, sesama anak masih saling tergantung,
dan yang satu tidak mempunyai wibawa terhadap yang lain.
Pendidikan hanya
akan terjadi di dalam pergaulan antara orang dewasa dengan belum dewasa, karena org dewasa ada wibawa yang diharapkan adanya bimbingan.
Faedah Pergaulan
Pergaulan mempunyai
peranan sangat penting dalam pembentukan pribadi anak didik, maka faedah
pergaulan antara lain sebagai
berikut :
Ø Pergaulan memungkinkan terjadinya pendidikan.
Ø Pergaulan merupakan
sarana untuk mewas diri.
Ø Pergaulan itu dapat
menimbulkan cita-cita. Freud, Ahli ilmu jiwa mengatakan tiap individu terdapat Ego-Idea: (keinginan untuk menjadi dokter, polisi, ahli pidato, dan lain-lain) ini karena adanya kekaguman terhadap orang dewasa yang ada disekitarnya dalam pergaulan.
Ø Pergaulan itu
memberi pengaruh secara diam-diam, karena anak mempunyai sifat suka dan gampang
meniru apa yang
dia temukan, lihat, dengar dalam pergaulan.
TUJUAN PENDIDIKAN
Apakah
sebenarnya tujuan pendidikan Itu ?
Akan
dibawa kemana sebenarnya anak didik itu ?
Tujuan
dan Kepribadian Pendidik
¨ Tujuan Umum dari
pendidikan ialah membawa anak kepada kedewasaan, yang berarti bahwa ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung
jawab sendiri.
¨ Anak harus didik
menjadi orang
yang sanggup mengenal dan berbuat menurut kesusilaan
atau norma.
¨ Orang dewasa adalah
orang yang sudah mengetahui dan memiliki nilai-nilai hidup, norma-norma kesusilaan,
keindahan, keagamaan, kebenaran, dan sebagainya, dan hidup sesuai dengan nilai dan norma norma itu.
Tujuan pendidikan berhubungan erat dengan tujuan dan pandangan hidup si
pendidik
¨ Si
pendidik (guru) harus memiliki kepribadian, dan
menentukan tujuan hidupnya sendiri
¨ Pendidik tidak dapat memberikan sesuatu kepada anak didiknya, kecuali hanya apa yang ada padanya.
Macam-macam tujuan Pendidikan
Langeveld mengutarakan
ada 5 tujuan pendidikan :
1. Tujuan Umum
¨ Tujuan umum disebut
juga tujuan sempurna atau akhir
¨ Tujuan umum adalah
tujuan pendidikan yang seharusnya menjadi tujuan orang tua atau pendidik yang telah ditetapkan oleh pendidik dan selalu dihubungkan dengan kenyataan yang terdapat pada anak didik itu sendiri, dengan syarat-syarat dan alat-alat utk mencapai tujuan umum tersebut.
¨ Tujuan umum selalu
dilaksanakan dalam bentuk khusus mengingat keadaan dan faktor-foktor yang terdapat pada anak didik dan lingkungannya seperti :
Ø Sifat pembawaan
anak, jenis kelamin, watak dan kecerdasannya.
Ø Latar belakang pendidikan
org tua, ekonomi, sosial budaya, adat istiadat.
Ø Tempat dalam masyarakat yang menjadi tujuan anak didik itu. (fungsi yang diperlukan, jabatan, pekerjaan)
¨ Tugas badan-badan atau lembaga dan tempat pendidikan seperti Lembaga keagamaan,
sosial.
¨ Tugas negara dan masyarakat pada saat dulu, sekarang dan akan datang.
¨ Kemampuan-kemampuan
yang ada pada pendidik itu sendiri.
2.
Tujuan tak sempurna (tak lengkap)
§ Tujuan tak sempurna, tidak dapat terlepas dari tujuan umum.
§ Tujuan tak sempurna
ialah tujuan-tujuan mengenai segi-segi kepribadian manusia tertentu yang hendak dicapai dengan pendidikan yang berhubungan dengan nilai-nilai hidup tertentu, seperti : keindahan,
kesusilaan, keagamaan, kemsyarakatan, dan lain-lain.
3.
Tujuan Sementara
¨ Tujuan sementara
merupakan tingkatan-tingkatan untuk mencapai tujuan umum.
¨ Tujuan sementara
merupakan tempat-tempat perhentian sementara pada jalan menuju ke tujuan umum, seperti anak di
latih belajar kebersihan, belajar berbicara, membaca dan
munulis belajar bermain bola, dan lain-lain.
4.
Tujuan perantara.
¨ Tujuan perantara
berhubungan dengan tujuan sementara misalnya anak belajar membaca dan
menulis, setelah ditentukan untuk apa anak membaca dan menulis, maka pendidik
menentukan
metode dan strategi yang digunakan agar anak dapat membaca dan menulis dengan baik dan benar.
5.
Tujuan Insedintal
¨ Tujuan sesaat untuk
menuju ke tujuan umum.
¨ Contoh ; Ayah
memanggil anaknya supaya masuk ke dalam rumah agar mereka tidak menjadi terlalu lelah, atau untuk makan bersama-sama; ayah menuntut
supaya perintahnya di taati, tetapi dalam situasi yang lain mungkin si ayah mengurangi tuntutan ketaatan tersebut, dan hanya bersikap netral saja.
¨ Dalam sikap ayah
tersebut ialah agar anaknya mempunyai kebiasaan tetap untuk makan bersama-sama keluarga, sehingga dengan demikian bermaksud pula untuk memperkuat rasa sama-sama terikat dalam ikatan keluarga.
Pendapat para
ahli
¨ Tujuan pendidikan
ditentukan oleh zaman, kebudayaan, dan tempat tinggal kita hidup, serta
pandangan hidup manusia yang berbeda – beda seperti keagamaan, (berbakti kepada Tuhan), Keduniaan
(kemakmuran hidup)
J.J. Rousseau ( Pendidikan menurut Alam )
¨ Ia berpendapat bahwa Pendidikan individual lebih penting daripada pendidikan
kemasyarakatan.
¨ Manusia itu ketika
dilahirkan adalah baik, suci dan kebanyakan anak itu menjadi rusak karena
manusia itu sendiri atau karena masyarakat. Oleh karena itulah ia menganjurkan dalam pendidikan agar anak-anak dididik sesuai dengan alamnya.
¨ Alam anak-anak
baik, semua pembawaan anak baik, maka kembangkanlah pembawaan-pembawaan anak
itu menurut alamnya.
John Dewey (Pragmatisme
atau Faedah)
¨ Pendidikan
kemasyarakatanlah yang lebih penting daripada pendidikan individual.
¨ Tujuan Pendidikan ialah membentuk manusia untuk menjadi warga negara yang baik. Untuk itu di sekolah diajarkan segala sesuatu kepada anak yang perlu
bagi kehidupannya dalam masyarakat, sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara.
¨ Pendidikan hendaklah
mempersiapkan anak untuk hidup di dalam masyarakat.
Ki Hajar Dewantara (Taman Siswa)
pada Asas-asas Taman siswa :
¨ Hak seseorang akan mengatur
dirinya sendiri.
¨ Tertib dan damai.
¨ Bertumbuh menurut
kodrat
¨ Pengajaran harus
memeberikan pengetahuan yang perlu dan berguna untuk kemerdekaan hidup Lahir dan batin di dalam masyarakat,
dan membiasakan murid untuk dapat mencari sendiri segala ilmu dan mempergunakannya untuk amal keperluan umum.
Tujuan pendidikan Islam
¨ Tujuan dalam proses
pendidikan Islam ialah idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islami yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran islam secara bertahap.
¨ Tujuan pendidikan
islam adalah perwujudan nilai-nilai islami dalam pribadi manusia didik yang diikhtiarkan oleh pendidik muslim melalui proses yang terminal pada hasil yang
berkepribadian islam yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan
yg sanggup mengembangkan dirinya
menjadi hamba Allah yang taat.
Seminar Pendidikan Islam se
Indonesia 1960.
¨ Tujuan Pendidikan Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak
serta menegakkan
kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam.
¨ Tujuan tersebut ditetapkan atas dasar bahwa Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap
pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi
berlakunya semua ajaran Islam.
Tujuan pendidikan Islam Menurut Kongres Pendidikan Islam sedunia (Islamabad
1980)
¨ Pendidikan islam
harus merealisasikan cita-cita (idealitas) islam yang mencakup pengembangan kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis berdasarkan potensi
psikologis dan fisiologis manusia yang mengacu kepada keimanan dan sekaligus berilmu pengetahuan
secara berkeseimbangan sehingga terbentuklah manusia
muslim yang paripurna yang berjiwa tawakal secara total kepada Allah SWT;
sebagimana firman Allah Q.S. Al-An’am : 162 (Artinya Katakanlah,
sesungguhnya sholatku, ibadahku, dan hidup dan matiku hanya bagi Allah Tuhan
semesta Alam )
Dalil Q.S Al-Mujadallah : 11
¨ Niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
¨ Dengan demikian tujuan pendidikan islam berjangkauan sama luasnya dengan kebutuhan hidup manusia
modern masa kini dan masa yang akan datang, dimana manusia
tidak hanya memerlukan iman atau agama melainkan juga ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai alat untuk memperoleh kesejahteraan
hidup di dunia sebagai sarana untuk mencapai kehidupan spiritual
yang bahagia di akhirat terhindar dari siksa neraka.
Tujuan Pendidikan menurut tugas dan
fungsi manusia secara filosofis :
¨ Tujuan Individual yang menyangkut individu, melalui proses belajar dalam rangka mempersiapkan dirinya dalam kehidupan dunia akhirat.
¨ Tujuan Sosial yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan.
¨ Tujuan profesional
yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu, seni dan profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam masyarakat.
Rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami
perubahan sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan masyarakat, dan
negara yang bersangkutan. Tujuan
Pendidikan dan Pengajaran di Indonesia
sesuai dengan Undng-Undang
12 tahun 1954 yakni :
¨ Membentuk manusia
susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air (pasal :3)
¨ Pendidikan dan
pengajaran berdasarkan atas asa-asas yang termaktub dalam “Pancasila” UUD Negara RI dan atas kebudayaan kebangsaan Indonesia (pasal : 4)
GBHN 1983 – 1988
¨ Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa.
UU No. 2 Th. 1989 Sisdiknas
¨ Pendidikan Nasional
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan (UU.2. 1989 Bab II pasal : 4)
Hirarki Tujuan Pendidikan atau
Pengajaran
Dalam
sistem operasional kelembagaan pendidikan berbagai tingkat,
tujuan ditetapkan secara berjenjang dalam struktur program instruksional, sehingga tergambarlah klasifikasi yang semakin meningkat :
1.
Tujuan Instruksional khusus (TIK) Indikator,
diarahkan pada setiap bidang studi yang harus dikuasai dan diamalkan oleh anak didik.
2.
Tujuan Instruksional Umum (TIU) Kompetensi dasar,
diarahkan pada penguasaan atau pengamalan suatu bidang studi secara garis besar sebagai suatu kebulatan.
3.
Tujuan Kurikuler (TK) Standar Kompetensi, yang ditetapkan untuk dicapai melalui garis-garis besar program pengajaran di
setiap lembaga pendidikan.
4.
Tujuan Institusional (TI) Lembaga atau Instansi, adalah yang harus dicapai menurut program pendidikan
di tiap sekolah secara bulat atau
terminal.
5. Tujuan Umum
atau Nasional,
cita-cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai melalui proses kependidikan dengan berbagai cara atau sistem baik formal (sekolah) atau nonformal (non klasik
atau non kurikuler).
Merumuskan Tujuan Instruksional
Khusus
Kriteria
merumuskan TIK menurut Robert F. Mager
yaitu :
1.
Performance : TIK selalu menyatakan apa yang diharapkan dilakukan oleh siswa, harus berbentuk
tingkah laku siswa yang dapat diamati dan diukur.
2.
Conditions
: TIK menyatakan dalam kondisi yang bagaimana tingkah laku tersebut diharapkan akan terjadi.
3. Criterion : TIK tergambar suatu kriteria, sampai seberapa jauh penampilan tingkah
laku siswa yang
diharapkan, harus jelas batas atau tingkat kemampuan tingkah laku siswa itu dikatakan dapat
diterima
atau tercapai.
Syarat-Syarat
Perumusan TIK (R.F.Mager ;1975 )
1.
Harus menggunakan kata kerja operasional
seperti ; Siswa dapat menyebutkan, menuliskan, membedakan, membandingkan dan
sebagainya (Memahami, menghargai mempercayai kurang operasional).
2.
Harus dalam bentuk hasil belajar; apa yang siswa peroleh setelah dia mempelajari sesuatu.
3.
Harus mencerminkan perubahan tingkah laku siswa.
4.
Hanya meliputi satu jenis tingkah laku.
5. Harus jelas batas
/tingkat kemampuan tingkah laku
yang dituntut terhadap siswa.
Tingkat Kemampuan Siswa ( Bloom )
- Ranah Cognitif : mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan Ingatan, pengetahuan, dan kemampuan intelektual.
- Ranah Afektif : mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, perasaan, dan minat.
- Ranah Psikomotorik : mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan keterampilan fisik atau gerak yang ditunjang oleh kemampuan psikis.
Enam
Ranah Tingkat Kemampuan cognitif menurut
Bloom
- Kemampuan ingatan ( Knowledge)
- Kemampuan pemahaman ( Comprehention )
- Kemampuan penerapan ( Aplication )
- Kemampuan penguraian ( Analysis)
- Kemampuan penyatuan ( Synthesis)
- Kemampuan penilaian ( Evaluation )
MACAM-MACAM
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Macam-macam
lingkungan pendidikan yaitu :
Ø Lingkungan Keluarga
Ø Lingkungan sekolah
Ø Lingkungan
kampung/desa
Ø Lingkungan
perkumpulan pemuda
Ø Lingkungan negara.
Beda lingkungan keluarga
dengan lingkungan sekolah dalam Pendidikan
Ø Lingkungan
1. Pada
lingkungan keluarga pendidikan
yang sewajarnya, pendidikan secara alami.
2. Pada
lingkungan sekolah,
guru mendidik karena tugas
jabatannya.
Ø Perbedaan suasananya
1. Rumah : kekeluargaan
2. Sekolah : ada prosedur , tata tertib.
Ø Perbedaan tanggung
jawab.
1. Keluarga tanggung
jawab sebagai kodrtanya kepada Tuhan.
2. Sekolah, tanggung
jawab intelektual, skil dan etika.
Mengapa Kerja sama antara keluarga dan Sekolah penting
bagi pendidikan ?
•
Keluarga dan sekolah sama-sama melakukan pendidikan secara keseluruhan baik
jasmani maupun rohani.
• Adanya kerja sama
keluarga dengan sekolah akan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman
dari guru dalam hal mendidik anaknya, sebaliknya sekolah memperoleh informasi tentang sifat- sifat dan ekonomi, sosial kehidupan anak.
Bagaimana cara untuk mempererat hubungan sekolah dengan keluarga ?
- Mengadakan pertemuan dengan orang tua pada hari penerimaan murid baru.
- Mengadakan surat menyurat antara sekolah dan keluarga.
- Adanya daftar nilai atau raport.
Cara
– cara untuk mempererat hubungan sekolah dengan keluarga ?
- Kunjungan guru kerumah orang tua murid atau sebaliknya.
- Mengadakan perayaan hari besar agama atau pameran hasil karya murid.
- Mendirikan perkumpulan orang tua murid dan guru.
Peranan
Anggota Keluarga terhadap anak-anak
1. Peranan Ibu :
q Sumber dan pemberi
kasih sayang.
q Pengasuh dan
pemelihara.
q Tempat mencurahkan
isi hati
q Pengatur kehidupan
dalam rumah tangga
q Pembimbing hubungan
pribadi
q Pendidik dalam segi emosional.
2. Peranan Ayah
Ø Pelindung terhadap
ancaman dr luar
Ø Yang mengadili
jika terjadi perselisihan.
Ø Pendidik dalam segi rasional.
Peranan ayah yang dominan terhadap anaknya :
Ø Sumber kekuasaan di
dlm keluarga
Ø Penghubung intern
keluarga dengan masyarakat atau dunia luar
3. Peranan Nenek dan
Pembantu Rumah tangga
•
Umumnya nenek merupakan sumber dan mencurahkan kasih sayangnya, memanjakan berlebih-lebihan, mereka tak mengharapkan sesuatu dari cucunya.
•
Keluarga yang serumah dengan nenek, sering terjadi perselisihan atau pertengkaran antara orang tua anak dengan nenek mengenai cara mendidik anak-anaknya.
• Pembantu berperan juga dalam pendidikan anak, terutama bagi orang tua yang sibuk dengan pekerjaan.
Kesalahan yang mungkin dilakukan oleh anggota keluarga dalam mendidik anak
• Melemahkan semangat
anak dalam usahanya hendak berdiri sendiri.
• Memalukan
atau mengejek anak-anak di
muka orang lain.
• Membeda-bedakan dan
berlaku pilih kasih.
•
Memanjakan anak atau tidak mempedulikan.
Petunjuk bagi pendidikan dalam Lingkungan Keluarga
ü Usahakan suasana yang baik dalam lingkungan keluarga.
ü Tiap anggota keluarga
belajar berpegang pada hak dan tugas kwewajiban masing-masing.
ü Org tua atau dewasa lainnya dalam keluarga
itu hendaknya mengetahui tabiat dan watak anak-anaknya.
ü Hindarkan segala
sesuatu yang
dapat merusak pertumbuhan jiwa anak.
ü Suatu saat biarkan
anak bergaul dengan teman-temannya di luar lingkungan keluarga.
BEBERAPA PROBLEM DALAM PENDIDIKAN
Pendahuluan
Hasil pekerjaan mendidik tidak hanya ditentukan oleh di pendidik, tetapi dipengaruhi faktor lingkungan
dan pembawaan anak itu sendiri.
Hambatan dalam pendidikan
Keras hati dan keras kepala (sifat yang ada persamaan
dan perbedaan)
1.
Keras hati adalah bantahan terhadap suruhan orang lain
karena ia ada tujuan dan maksud sendiri
yang berlainan dengan apa yang disuruhkan kepadanya.
2. Keras kepala adalah
bantahan terhadap suruhan org lain, tetapi ia tidak ada alasan lain yang bertujuan.
Sebab timbul keras hati pada
anak.
1.
Karena pembawaan anak (Pendidik hendaknya bertindak
bijaksana, jangan memerintah dan melarangnya jika tidak benar-benar perlu, berikan perintah atau larangan dengan
lemah lembut.
2.
Karena keadaan fisik yang terganggu. Manusia pada umumnya mempunyai hasrat berbuat sebaliknya dari yang diminta orang lain (keras hati) jika keadaan sakit, kurang tidur.
3.
Karena perkembangan rohani anak. Dalam Ilmu Jiwa Anak,
anak sejak bayi hingga dewasa mengalami dua masa kritis yang di dalam batinnya terdapat ketidakkeseimbangan.
Krisis pertama usia 3 – 5 th. Krisis kedua pada masa remaja dimana anak mengalami
guncangan dan ketidakseimbangan dalam pertumbuhan jasmani dan rohani.
4.
Karena kesalahan-kesalahan dalam pendidikan oleh orang tua seperti memanjakan.
5. Pendidikan yang
tidak konsekuen dari org tua maupun pendidik. Seperti tidak tegas, pada suatu
saat melarang pada saat yang lain membolehkan apa yang dilakukan anak.
Hal ini akan menimbulkan kebimbangan pada anak, ragu-ragu yang mana harus diturutinya, yang pada akhirnya anak akan berbuat sekehendak hatinya saja
tidak menurut
perintah orang
tua atau pendidik.
Upaya pendidik mengatasi keras
hati
- Mempermudah anak-anak berlaku patuh dengan jalan membiasakan anak-anak hidup secara teratur dan tertib.
- Perintah dan larangan hendaklah diberikan dengan lemah lembut dan dapat membesarkan hati mereka jangan sekali-kali keras dan kasar.
- Hendaklah pendidik ingat akan keadaan jasmani dan rohani anak pada saat itu.
- Janganlah memanjakan anak. Bertindaklah dengan tegas, yang konsekuen agar anak-anak tahu apa yang harus menjadi pegangannya.
- Dalam menghadapi anak yang keras hati, pendidik harus bersikap tenang, dan tegas, jangan kehilangan ketenangan atau tergoyang keseimbangan batin, harus tetap sabar.
- Pada anak kecil dengan membelokkan perhatiannya kearah yang lain, akan mampu mengatasi kekerasan hatinya.
- Jangan memberi hukuman pada anak, bagi anak yang remaja dapat memberikan kata-kata nasehat dengan singkat.
Keras Kepala
dan faktor
penyebabnya
- Karena terlalu dimanjakan, selalu terpenuhi apa yang dikehendakinya, menyebabkan anak keras kepala.
- Iri hati terhadap adiknya yang baru lahir, karena kasih sayang orang tuanya terbagi, ia sering kesal, membantah perintah orang tuanya.
- Karena pendidik itu sendiri, seperti anak sering dicela, atau ditertawakan, di ejek atau dihina.
- Tindakan yang keras dan kasar atau tidak menaruh rasa kasih sayang. Hal ini mudah melukai perasaan anak-anak.
- Perasaan takut dan harga diri kurang. Misalnya anak takut mendapat nilai buruk atau ditertawakan, tidak mau melakukan perintah gurunya. Anak yang harga diri kurang mudah tersinggung perasaannya, mudah merajuk, dan jadi keras kepala.
- Tidak dapat memecahkan masalah yang sulit dalam pelajaran di sekolah atau dalam permainan.
- Ada kalanya keras kepala yang semu (pura-pura) ia melihat temannya dengan keras kepala dapat dipenuhi keinginannya, maka ia mencoba juga dengan berpura-pura namun pada akhirnya dapat menjadi keras kepala yang sebenarnya.
Bagaimana menghilangkan sifat
keras Kepala Itu ?
Dulu orang mengira keras kepala itu adalah penjelmaan kemauan
keras dan jahat dari anak-anak, sehingga untuk memberantasnya tidak ada jalan lain kecuali mematahkannya dengan pukulan atau deraan.
Penyelidikan Ilmu
Jiwa bahwa keras kepala bertujuan untuk menyembunyikan suatu kelemahan batin.
Usaha pendidik menghilangkan
sifat keras Kepala ialah mencari tahu sebabnya dengan teliti, agar dpt
bertindak dg tepat dan bijaksana.
- Jangan memanjakan anak, atau terlalu banyak memberikan pertolongan. Didiklah ke arah yang dapat berdiri sendiri dengan kemampuan sendiri.
- Jika keras kepala karena putus asa, gembirakanlah hati anak itu, jangan dicela atau dihina, tetapi berilah kepercayaan, dan besarkanlah hatinya.
- Pendidik hendaknya ingat tabiat anak dan keadaannya pada waktu itu, lahir maupun batinnya. Mungkin anak itu sedang tidak sehat badannya atau mengalami keruwetan dalam jiwanya.
- Janganlah memberi tugas atau pekerjaan terlalu berat atau sukar sehingga tidak dapat terpecahkan oleh anak, tetapi jangan juga terlalu mudah sehingga anak bosan atau enggan mengerjakannya.
Anak yang manja
Ø Anak yang dimanjakan akan mengalami bermacam-macam cacat dalam jiwanya.
Ø Umumnya 3 cara orang tua memanjakan anaknya.
1.
Meliputi si anak dengan seribu satu macam pemeliharaan dan menyingkirkan segala kesulitan
baginya.
2.
Memenuhi segala keinginan si
anak. Apa saja yang menjadi kehendak dan keinginan si
anak biar pun akan merugikan atau mengganggu kesehatan dan
pertumbuhan – dituruti saja.
3.
Membiarkan dan membolehkan si anak berbuat
sekehendak hatinya. Dan tidak membiasakan dia dalam ketertiban,
kepatuhan, peraturan dan kebiasaan-baik
lainnya.
Anak yang biasa dimanjakan umumnya :
v Anak tunggal, anak
sulung adiknya blm lahir
v Anak bungsu, anak yang termanis, terpandai di
antara saudaranya.
v Anak yang cacat, sering sakit,
v Anak laki-laki yang saudaranya perempuan semua, atau anak perempuan yang saudaranya laki-laki semua.
v Anak yang diasuh oleh neneknya, anak angkat.
Hal yang menyebabkan
pemanjaan
- Karena ketakutan yang berlebihan akan bahaya yang mungkin mengancam si anak.
- Keinginan yang tidak disadari untuk selalu menolong dan memudahkan kehidupan si anak.
- Karena orang tua sendiri takut akan kesukaran, segan bersusah-susah, ingin mudah dan enaknya saja. Seorang pengasuh sering memanjakan anak majikannya, karena takut akan kesukaran, kesukaran yang akan timbul dari si anak dan kemarahan majikannya.
- Karena kebodohan orang tua, atau pembantunya.
Dampak negatif anak yang dimanjakan
- Anak akan mempunyai sifat mementingkan dirinya sendiri atau perasaan sosialnya kurang.
- Kurang mempunyai rasa tanggung jawab tidak sanggup berikhtiar, dan berinisiatif sendiri.
- Mempunyai perasaan harga diri yang kurang (Kurang Pede)
- Di sekolah selalu berusaha menarik perhatian guru atau temannya.
- Karena tidak ada kemauan dan inisiatif, anak manja biasanya pemalas, enggan bersusah-susah mengerjakan soal pelajaran.
Upaya mendidik anak manja
- Perlakukan bahwa semua anak adalah sama. Pendidik harus berusaha agar anak manja menginsafi bahwa ia tidak berbeda dengan anak lainnya.
- Didiklah mereka itu ke arah percaya pada kemampuan diri sendiri.
- Besarkan hatinya terhadap hasil-hasil usahanya sendiri atau pujilah mereka.
- Kembangkan perasaan sosialnya, biasakan ia bekerja sama dengan rekannya
- Menginsafkan para orang tua bahwa memanjakan anak adalah perbuatan yang keliru dan harus diubahnya. Dengan mempererat hubungan keluarga dengan sekolah.
AGRESI DAN FRUSTRASI
APA, MENGAPA, DAN
BAGAIMANA ?
Agresi dan Frustrasi
v Agresi adalah suatu keinginan menyerang orang lain yang menghalangi tercapainya suatu
tujuan.
v Pada anak-anak selalu ada agresi seperti perkelahian atau percekcokan dalam kelas.
v Dlm kehidupan sehari-hari banyak terdapat contoh agresi seperti kita mendengar seseorg dianiaya, disakiti, di bunuh disiksa, oleh orang lain.
Agresi langsung dan Tidak langsung
•
Agresi langsung adalah penyerangan yang ditujukan langsung kepada orang yang bersangkutan yakni orang yang menghalangi tercapainya tujuan atau kepuasan si penyerang.
• Agresi tidak
langsung adalah agresi yang tidak ditujukan kepada penghalang yang sebenarnya, tetapi kepada sesuatu atau seseorang yang dapat berlaku sebagai pengganti. Misalnya guru marah marah tanpa sebab
pada siswanya di kelas, dikarenakan ada perasaan kesal atau jengkel di rumah.
Sebab – sebab agresi
v Sebab agresi bersifat
rohaniah. Dalam batin kita tersembunyi kekuatan yang mendorong kita kearah tertentu, sedang kita sendiri tidak sadar akan kekuatan tersebut. Bila hasrat batin itu sedemikian kuat, tetapi terhalang oleh keadaan dari dunia luar maka timbullah agresi.
v Sebab agresi karena iri hati, kebebasan dibatasi, perintah dari seseorang yang menjengkelkan, tersinggung perasaan kehormatannya, dihina org lain, dan sebagainya.
Frustrasi
•
Frustration : kekecewaan (Frustrasi) adalah keadaan batin seseorang,
ketidakseimbangan dalam jiwa, suatu perasaan tidak puas karena hasrat atau dorongan yang tidak dapat terpenuhi.
• Frustrasi adalah Jika hasrat dalam batin kita tidak dapat diberi kepuasan, tidak dapat terpenuhi karena sesuatu rintangan, dan kita merasa sangat kecewa
karenanya.
Beda Agresi dengan Frustrasi
• Agresi timbul
karena adanya frustrasi, tetapi tidak semuanya
frustrasi akan menimbulkan agresi pada seseorang.
•
Agresi tidak selalu tertuju pada yang menyebabkan frustrasi. Agresi dapat juga ditujukan
kepada pihak lain yang tidak bersalah sedikit
pun.
Woodworth ( dlm Psychology ) ada 4 rintangan yang menyebabkan Frustrasi.
1.
Rintangan yang bukan dari manusia. Misalnya ingin
cepat-cepat sampai, maka menjalankan motornya kencang, namun ada halangan
misalnya bannya kempis, jalan macet.
2.
Rintangan yang disebabkan orang lain. Misalnya
seseorang yang
cintanya ditolak.
3.
Pertentangan antara motif
positif yang terdapat dalam diri orang itu. Misalnya seorang gadis yang ingin ke pesta dansa, namun ibunya melarangnya. Ia sendiri sangat ingin menyenangkan hati ibunya yang sangat dicintainya. Ibu dan anak sama-sama ada perasaan
yang tidak enak, antara keingianan ke
pesta dengan cintanya pada ibu.
4.
Pertentangan antara motif
positif dan motif negatif yang terdapat dalam diri orang itu.
Misal ingin nonton malam hari, tetapi besok di sekolah ada ulangan.
Reaksi yang
mungkin timbul karena frustrasi
Frustrasi dapat menimbulkan reaksi yang bermacam-macam, tergantung pada tabiat, temperamen dan keadaan orang tersebut. Seperti berikut ini :
Ø Agresi adalah reaksi menantang atau suatu serangan yang bersifat langsung dan tidak langsung.
Ø Mengundurkan diri. Reaksi ini timbul karena tidak berani memaksakan kehendaknya, ia tidak berdaya mencapai keinginannya atau maksudnya.
Ø Regresi = kemunduran. Reaksi ini timbul karena keinginan yang tidak terkabul. Dimana rekasi yang dilakukannya dilihat dari segi perkembangan jiwanya menurut usianya tidak pantas
di lakukannya.
Ø Fikrasi yaitu usaha yang dilakukan seseorang dalam menghadapi kegagalan kadang-kadang tergelincir ke
dalam ulangan tingkah laku yang begitu-begitu saja ( tetap ) tidak sampai pada pemecahan masalah yang dihadapinya.
Ø Represi berarti pendesakan. Menurut para ahli psiko-analisis
keinginan dan dorongan yang telah menimbulkan frustrasi itu telah didesak masuk ke
dalam ketidaksadaran.
Ø Gangguang
psikosomatis yakni keinginan-keinginan dan pengalaman yang telah terdesak secara kompleks ke
dalam ketidaksadaran itu masih tetap hidup dan sewaktu-waktu dapat
keluar berupa mimpi atau berubah menjadi suatu penyakit jasmani yang disebabkan gangguan jiwa ( disebut Psikosomatis )
seperti pingsan atau histeri.
Ø Rasionalisasi. Seseorg telah gagal dalam mencapai maksudnya. Karena kegagalan itu, timbullah dalam pikirannya (rasionya) suatu pertanyaan, mengapa dirinya mengalami
kegagalan. Biasanya dalam hal ini orang lebih suka mencari sebab-sebab kegagalannya dengan meletakan kesalahan pada orang lain atau pada sesuatu yang
di anggap
ada hubungannya, daripada mencari kesalahan atau sebab dalam dirinya sendiri.
Ø Sublimasi. Karena frustrasi terdapat suatu usaha untuk melepaskan diri dari kegagalan dan ketidakpuasan dengan jalan mencari kemungkinan yang lebih baik dan dapat mencapai tujuannya. Misalkan
mengalihkan pada pembuatan puisi atau membuat karangan pengalaman hidupnya.
Ø Kompensasi yakni penyaluran jiwa dengan jalan mengalihkan usaha ke arah tujuan atau perbuatan lain utk mencapai kepuasan yang dilakukan oleh orang yang menderita perasaan kurang percaya diri yang disebabkan oleh cacat tubuh, kebodohan, kemiskinan, ketidaksanggupan mencapai
sesuatu. Misalnya seorang murid yang tidak pandai pada satu mata pelajaran, maka ia akan berusaha untuk mencari prestasi pada bidang lain ? Olahraga atau musik.
Pendidikan dan Frustrasi
•
Masyarakat dan Frustrasi. Bagaimana usaha kita mendidik anak agar dapat menyesuaiakan
diri dalam masyarakat? Tujuan pendidikan ialah memimpin perkembangan anak menjadi manusia yang dapat hidup dalam masyarakat, mengetahui dan dapat menjalankan kewajibannya sebagai anggota masyarakat. Hal ini berarti anak-anak harus kita
didik supaya mematuhi dan menjalankan peraturan, norma dan dapat menempatkan
diri sesuai dengan perannya masing-masing dalam masyarakat. Penyesuaian
diri itu bukanlah hal yang mudah, sebab menyesuaikan diri itu
berarti menjumpai dan mengalami macam-macam situasi yang penuh ketegangan atau frustrasi. Tiap orang ingin hidup bebas, hidup sesuai dengan kehendak masing-masing, akan tetapi peraturan dan adat istiadat di
masyarakat sering bertentangan dengan kehendak orang, sehingga tidaklah mengherankan jika sekarang ini
mengapa di dalam kehidupan manusia
itu selalu terdapat agresi dan frustrasi.
Sekolah dan Frustrasi
•
Kira-kira usia 5-7 anak mulai mamasuki
masyarakat baru
(sekolah). Di sekolah anak-anak tidak sedikit mengalami situasi yang mengandung frustrasi. Sekolah mempunyai peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh murid, mereka datang
dan pulang pada waktunya, belajar dan bermain pada waktu dan tempatnya.
Peralihan dari kehidupan rumah tangga ke kehidupan sekolah, akan
dirasakan sangat berat, terutama oleh anak-anak baru saja masuk sekolah
Bagaimana seharusnya Sikap Pendidik dengan adanya Frustrasi ? Haruskah
menghindarkan hal-hal dan situasi yang
menimbulkan frustrasi itu ?
• Ada pendapat bahwa
mendidik anak hendaklah dengan membiarkan pertumbuhan anak itu menurut alamnya.
Pendidik harus memberi kesempatan kepada
anak untuk menuruti semua kehendaknya, dengan demikian si anak tidak mengalami frustrasi dan dapat berkembang dengan semestinya.
• Pendapat tersebut tidak dapat dibiarkan, karena anak adalah makhluk yang sedang mengalami perkembangan, ia belum mengetahui
norma-norma kesusilaan yang baik dan yang buruk. Hidupnya masih dikuasai oleh perasaan dan keinginannya daripada pikirannya.
Persaan sosial belum begitu kuat, pengalamannya belum cukup utk mengetahui
bahwa segala sesuatu itu membahayakan atau tidak, semua itu harus mengalami pertumbuhan yang tidak dapat dibiarkan begitu saja, tetapi memerlukan bimbingan
atau pendidikan.
•
Meskipun demikian, tidak baik pula dalam proses pertumbuhan anak selalu menerima rintangan yang berarti mengalami frustrasi. Mendidik anak tidak akan berhasil dengan selalu menghalangi keinginan dan kemauannya, selalu
menekan dan membatasi kebebasannya, anak mempunyai kata hati sendiri yang harus dikembangkan.
•
Demikianlah, anak didik itu tidak dapat dibiarkan begitu saja berkembang dengan sendirinya, tetapi sebaliknya tidak mungkin pula selalu ditekan dan dirintangi kehendaknya. Anak hendaknya diajarkan
menyesuaikan diri, yang berarti dapat menerima dan mematuhi peraturan, norma mana yang harus dituruti dan mana yang harus di tentang.
Jadi bagaimana seharusnya sikap pendidik yang baik ?
- Pendidik tidak boleh bersikap terlalu keras terhadap anak didiknya. Dengan kekerasan dan paksaan anak tidak akan mematuhi peraturan karena banyak mengalami frustrasi, dan keras kepala, bahkan bisa menimbulkan sikap menentang. Anak menurut aturan karena terpaksa, takut, bukan karena keinsafan dalam diri sendiri.
- Sikap terlalu lunak dan lemah lembut dari pendidik pada anak tidak dapat dibenarkan juga, karena menyebabkan anak berbuat sekehendak hatinya, tidak mematuhi peraturan.
- Sikap yang baik bagi pendidik adalah sikap yang tenang, tegas, dan konsekuen. Pendidik haruslah menentukan peraturan mana yang patut ditentang. Janganlah suka menjanjikan sesuatu yang sekiranya tidak dapat dipenuhinya, dan jangan pula suka melanggar sesuatu yang telah dijanjikan kepada anak didik.
PERASAAN TAKUT
DAN DUSTA
Perasaan Takut
• Perasaan takut
adalah sejenis insting yang terdapat pada semua orang.
• Dari penyelidikan ilmu jiwa anak pada bayi telah terdapat perasaan takut seperti takut akan jatuh
(kehilangan keseimbangan badan) dan takut kepada bunyi yang keras (takut krna pembawaan)
•
Perasaan takut karena pengalaman (takut pada ular, petir, setan dan lain-lain)
Yang menimbulkan perasaan takut pada anak- anak.
- Sesuatu yang aneh-aneh yang belum pernah dikenalnya (suara anjing, tikus diloteng rumah)
- Sesuatu yang telah dikenalnya, bercampur dengan hal yang masih asing sekali dan tak masuk akal mereka (takut bayang-bayang seakan mencaplok kepalanya)
- Jika terpisah dengan orang yg disayanginya atau dikenalnya.
- Karena ditimbulkan oleh pengaruh orang dewasa (ditakut-takuti, orang tua yang penggugup)
- Kesulitan yang dihadapi anak dalam kehidupan sehari-hari di sekolah atau di lingkungannya.
Bagaimana mengatasi rasa takut pada anak ?
Ø Takut dapat
melemahkan semangat, tidak tenang, tidak berdaya, kalau terlalu lama takutnya akan berpengaruh buruk pada badan dan pikiran, lekas marah, gugup, bahkan menimbulkan penyakit saraf seperti gila.
Ø Pendidik hendaknya
berusaha mendidik anak agar kelak menjadi manusia yang berkemauan keras, tidak mudah putus asa, percaya diri dan sanggup mengatasi kesukaran.
Yang
perlu diperhatikan dalam mengatasi rasa takut.
- Kenalkan anak itu pada hal-hal yang ditakutinya, dengan mengajar anak untuk mengenal lingkungannya.
- Bangkitkan kepercayaan pada diri anak itu, besarkan hatinya agar lebih tabah menghadapi kesukaran yang dialaminya.
- Usahakan agar hubungan pendidik dengan anak didik selalu erat.
- Pendidik hendaklah bersikap tenang.
- Janganlah pendidik menakut-nakuti anak didik dengan berbagai cerita, atau kata-kata tentang hantu, macam-macam tahayul.
Dusta Anak
• Dusta termasuk
salah satu kesalahan yang sering terdapat pada anak maupun orang dewasa.
•
Dusta merupakan suatu sifat yang tidak baik, tidak susila dan harus diberantas, namun merupakan kesukaran-kesukaran bagi orang tua yang umumnya disebabkan mereka kurang mengetahui bagaimana
cara mendidik agar anak tidak suka berdusta.
Macam-macam dusta pada anak
1. Dusta semu. Mereka
tidak mengetahui baik buruk dalam arti susila, mereka tidak mempunyai tujuan menipu atau berdusta pada orang lain.
2. Suatu perbuatan
dapat kita katakan dusta yang sebenarnya jika yang melakukan itu
¨ Menginsafi benar
bahwa ia berdusta.
¨ Mempunyai
tujuan utk menipu org lain.
¨ Dg dustanya ia
mengharapkan mencapai suatu maksud.
Sebab anak kecil melakukan
dusta semu
1.
Pengamatannya yang belum sempurna. Pengamatan pada anak-anak mula-mula bersifat global, keseluruhan dan kabur pada bagian benda belum dapat diamati dengan teliti dan teratur
menurut strukturnya.
2.
Karena daya ingatan anak belum sempurna. Fungsi jiwa
dan daya ingat pada anak mengalami perkembangan yang makin lama makin sempurna
3. Karena fantasi yang sangat kuat. Dalam Ilmu jiwa
anak, umur 4-8
tahun kehidupan jiwanya masih dikuasai
oleh fantasi yang kuat. Oswald
Kroh (Psikolog Jerman) masa sintesis atau realisme fantasi, anak belum
dapat membedakan atau memisahkan fantasinya sendiri dengan kenyataan yang dialaminya.
Bagaimana sikap orang tua terhadap dusta semu itu ?
•
Pendidik tidak boleh bersikap keras, yaitu memarahi, memaki-maki, atau menghukum anak
itu. Ia melakukan dusta itu tidak dengan sadar, ia merasa tidak bersalah.
•
Oleh karena itu tidak adil jika anak dibalas dengan hukuman.
•
Cara yang dapat diperbuat pendidik adalah :
1. Tunjukkan pada anak itu bahwa ia khilaf atau berangan-angan saja.
2. Bagi guru penting
sekali memimpin anak agar dalam pelajaran, mereka dibiasakan mengamati Sendiri dengan seksama, teratur dan objektif.
3. Pendidik atau org
tua tidak boleh mengatakan “Ah bohong Kamu!, saya tidak percaya kepadamu kepada anak-anak yang dusta semu, sebab dengan kata-kata tersebut anak akan menjadi kurang kepercayaannya kepada pendidikan, sehingga
akhirnya dalam jiwa anak akan tertanam suatu pendapat” biarpun saya
berkata benar, ayah atau ibu, guru akan mengatakan saya berbohong, jadi lebih baik
saya katakan yang
lain.
Dusta Sebenarnya
•
Dusta sebenarnya adalah jika perbuatannya dilakukan
dengan sadar dan sengaja, ia menginsyafi bahwa perbuatannya tidak baik itu,
disengaja atau terpaksa dilakukan untuk menipu orang lain karena ada suatu maksud yang hendak dicapainya untuk kepentingan diri sendiri.
Macam-macam dusta sebenarnya dan sebabnya
1.
Dusta karena takut. Anak takut dimarahi org tua atau gurunya, yang selalu bersikap keras dan suka menghukum anaknya
menyebabkan ia berbuat dusta.
2. Dusta sosial atau
dusta Altruitis. Dusta macam ini dilakukan karena ingin melindungi orang lain. Seorang anak berdusta pada guru atau orang tuanya dengan maksud melindungi temannya dari hukuman. Pendidik harus dapat menginsafkan anak, bahwa
hasrat menolong orang lain tidak boleh dengan jalan berdusta. Setiap tujuan yang baik hendaklah dicapai dengan jalan yang baik dan suci pula.
Dusta untuk kepentingan diri sendiri ( dusta Egoistis )
Tiap orang atau anak mempunyai bermacam-macam kebutuhan yang harus dipenuhi. Jika keperluannya tidak terpenuhi karena kesalahan, atau tekanan dari pendidik, maka jalan termudah bagi mereka adalah berdusta.
Dusta macam inilah yang umumnya banyak terdapat, baik pada anak-anak maupun
dewasa, sebab ada nafsu tamak, nafsu mendapat kesenangan, sifat malas enggan
bersusah-susah, dusta karena iri dan dengki pada orang lain
Dusta Kompensasi
Dusta yang dilakukan anak, disebabkan perasaan kurang percaya
diri. Anak menganggap orang disekitarnya memandang rendah pada dirinya. Karena sangkaan itu ia
menjadi anak yang
selalu merasa dirinya lemah, bodoh, dari orang lain, tidak sanggup berbuat sesuatu.
Untuk mengimbangi perasaan itu ia mencari jalan lain agar menjadi pusat
perhatian orang
lain, dipuji, dan sebagainya dengan jalan berdusta. Dusta macam ini disebabkan
kesalahan dalam pendidikan dengan memanjakan anak.
Upaya pendidik memberantas dusta dengan menyelidiki sebab-sebabnya.
- Si pendidik harus memberi contoh yang baik.
- Antara pendidik dengan anak hendaklah ada suasana saling mempercayai
- Pendidik tidak boleh bertindak terlalu keras terhadap anak didiknya.
- Si pendidik hendaklah selalu berikhtiar untuk menambah dan memperkokoh keberanian anak dalam menghadapi kesulitan.
- Pendidik hendaklah berusaha menginsafkan anak-anak, bahwa dusta itu adalah perbuatan yang tidak baik, merugikan diri sendiri, tidak susila, dilarang agama .
ALAT –ALAT
PENDIDIKAN
•
Alat pendidikan : Usaha-usaha atau perbuatan si pendidik
yang ditujukan untuk melaksanakan tugas mendidik.
• Alat pendidikan
bukan hanya soal teknis, tetapi erat sekali dengan pribadi yang
menggunakan alat tersebut, karena si pendidik dalam menggunakan alat pendidikan tersebut, hendaknya mampu menyesuaikan diri dengan tujuan yang
terkandung dalam alat tersebut.
Dalam memilih alat pendidikan yang
baik dan sesuai, empat
syarat yang
harus diperhatikan
- Tujuan apakah yang hendak dicapai dengan alat itu ?
- Siapa ( Pendidik ) yang menggunakan alat itu ?
- Anak (si pendidik) yang mana yang dikenai alat itu?
- Bagaimana penggunaan alat itu ?
Alat pendidikan yang sangat penting
1.
Pembiasaan dan
Pengawasan.
Pembiasaan : alat pendidikan yang sangat penting sekali terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Anak-anak dapat menurut dan taat pada peraturan dengan jalan membiasakannya dengan perbuatan yang baik di rumah, keluarga, sekolah, masayarakat.
Pembiasaan yang baik penting bagi pembentukan watak, atau karakter
anak.
Syarat-syarat Pembiasaan
¨ Mulailah pembiasaan
itu sebelum terlambat.
¨ Pembiasaan itu hendaklah
terus menerus dijalankan secara teratur, sehingga menjadi kebiasaan yang otomatis, untuk itu dibutuhkan pengawasan.
¨ Pendidikan
hendaklah bersikap konsekuen, tegas, tetap teguh terhadap pendirian yang telah diambilnya.
¨ Pembiasaan yang awalnya mekanistes itu harus menjadi pembiasaan yang disertai kata
hati anak itu sendiri.
Sedangkan
pengawasan itu penting sekali
dalam mendidik anak, tanpa pengawasan berarti membiarkan anak berbuat
sekehendaknya. Anak tidak dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk, tidak tahu mana yang harus dilaksanakan dan mana yang harus dihindari.
• Anak yang dibiarkan tumbuh sendiri menurut alamnya, akan menjadi
manusia yang
hidup menurut napsunya.
2.
Perintah dan larangan
• Perintah bukan
hanya apa yang
keluar dari mulut, seseorang untuk dikerjakan oleh orang lain, tetapi peraturan umum yang harus ditaati oleh anak-anak.
• Perintah akan mudah
ditaati oleh anak didik, jika pendidik
sendiri mentaati dan hidup menurut
peraturan itu.
• Contoh dan teladan
dari si pendidik merupakan alat pendidik yang sangat penting.
• Syarat-syarat
memberi perintah
¨ Perintah hendaklah
terang, jelas dan singkat sehingga mudah di
mengerti oleh anak.
¨ Perintah hendaklah
disesuaikan dengan keadaan, kesanggupan dan umur anak.
¨ Perintah hendaklah
yang bersifat permintaan (tolong) sehingga tidak terlalu keras kedengarannya.
¨ Jangan terlalu
banyak dan
berlebihan memberi perintah, sebab mengakibatkan anak itu tidak patuh atau menentang.
¨ Pendidik hendaklan
konsekuen terhadap apa yang telah diperintahkannya.
¨ Perintah yang sifatnya mengajak, maka si pemberi perintah harus turut
melakukannya.
• Syarat dalam memberikan larangan:
Ø Larangan diberikan
dengan singkat dan jelas.
Ø Jangan terlalu
sering melarang.
Ø Bagi anak kecil
larangan dapat dicegah dengan membelokkan perhatian pada sesuatu yang menarik, bermanfaat.
• Akibat sering
memberikan larangan:
¨ Keras kepala atau
melawan
¨ Pemalu dan penakut
¨ Perasaan kurang percaya diri
¨ Kurang mempunyai
rasa tanggung jawab
¨ Pemurung dan
pesimis
¨ Apatis ( acuh tak
acuh terhadap sesuatu )
3.
Ganjaran dan
hukuman.
•
Ganjaran : alat mendidik anak, supaya anak dapat merasa
senang karena perbuatan
atau pekerjaannya mendapat
penghargaan.
•
Ganjaran dimaksudkan supaya anak lebih giat lagi untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasinya.
•
Ganjaran bisa juga berupa upah.
•
Macam-macam ganjaran
Ø Guru
mengangguk-angguk tanda senang atau membenarkan
Ø Memberi kata-kata
pujian
Ø Memberikan
pekerjaan tambahan.
Ø Pemberian berupa
benda-benda yang menyenangkan dan berguna.
Ø Bercerita
atau wisata.
• Syarat-syarat
ganjaran
Ø Guru dalam memberi Ganjaran yang pedagogis, sehingga guru harus benar-benar mengenal muridnya dan tahu
menghargai dengan tepat.
Ø Ganjaran jangan sampai menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi yang lain.
Ø Hemat atau Jangan terlalu sering
memberikan ganjaran.
Ø Jangan memberikan ganjaran dengan menjanjikan terlebih dahulu,
sebelum anak menunjukkan prestasinya.
Ø Ganjaran jangan sampai diartikan sebagai upah bagi anak didik atas
jerih payah yang telah dilakukan.
•
Hukuman dalam pendidikan adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang
tua, guru) sesudah terjadi suatu
pelanggaran, kesalahan atau kejahatan.
•
Hukuman sebagai alat pendidikan, hendaklah :
a. Senantiasa jawaban
atas suatu pelanggaran
b. Selalu bersifat tdk
menyenangkan.
c. Selalu
bertujuan kearah perbaikan untuk
kepentingan anak itu sendiri.
No comments:
Post a Comment