MAKALAH
Visi, Konsep Belajar, Orientasi,
Sistem dan Metodologi Pendidikan Islam
Dosen Pembimbing : Siti
Rofingah, M. Pd. I
Disusun oleh : Kelompok III
Anggota :
1)
Rizakiah
2)
Sukayah
3)
Dewi Yulia
4)
Mujahidin
5)
Kiki Agustina
Lokal / Semester : G
/ IV (Empat)
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan
Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI)
Kuala Kapuas
2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah segala
puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta
hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam tak lupa pula kami berikan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad Saw. Beserta keluarga, sahabat, kerabat,
dan pengikut beliau hingga akhir zaman nanti.
Alhamdulillah pada kali
ini, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Visi, Konsep Belajar, Orientasi,
Sistem dan Metodologi Pendidikan Islam ”, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh dosen
pembimbing. Tentunya pembuatan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
para mahasiswa (i) STAI Kuala Kapuas, serta melengkapi tugas mata kuliah Filsafat
Pendidikan Islam yang dibimbing oleh Ibu
Siti Rofingah, M. Pd. I.
Kami menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, dari segi cara
penulisan maupun penyusunannya. Untuk itu kami mohon maaf sebesar-besarnya. Dan
kami juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar pada
pembuatan makalah selanjutnya kami bisa melakukannya dengan lebih baik lagi.
Wassalamualaikum Wr.
Wb.
Kuala Kapuas,
Februari 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL ......................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ............................................................................................ 1
B.
Rumusan
Masalah
....................................................................................... 1
C.
Tujuan
Penulisan ......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Visi Pendidikan Islam ................................................................................ 2
B.
Konsep Pendidikan
Islam ........................................................................... 3
C.
Sistem Pendidikan
Islam ............................................................................. 5
D.
Orientasi Pendidikan
Islam ......................................................................... 5
E.
Metodologi Pendidikan
Islam ..................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
................................................................................................... 7
B.
Saran
– Saran ................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................................ 8
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dunia pendidikan islam
di Indonesia khususnya, dan dunia islam pada umumnya masih dihadapkan pada
berbagai persoalan mulai dari soal rumusan tujuan pendidikan yang kurang
sejalan dengan tuntutan masyarakat, sampai kepada persoalan guru metode, kurikulum
dan sebagainya. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut masih terus dilakukan
dengan berbagai upaya. Penataran guru, pelatihan tenaga pengelola pendidikan
dan lain sebagainya harus dilakukan, namun masalah pendidikan terus
bermunculan.
Upaya untuk memperbaiki
kondisi kependidikan yang demikian itu tampaknya perlu dilacak pada akar
permasalahannya yang bertumpu pada pemikiran filosofis. Filsafat pendidikan
Islam secara umum akan mengkaji berbagai masalah yang terdapat dalam bidang
pendidikan, mulai dari visi, konsep belajar, orientasi, sistem dan metodologi
pendidikan Islam. Untuk itu, kami akan membahas lebih lanjut tentang latar
belakang ini dalam bab berikutnya.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis
merumuskan beberapa masalah yang akan dijadikan pokok pembahasan dalam
penulisan makalah ini, diantaranya :
1. Apa
visi pendidikan Islam ?
2. Bagaimana
konsep pendidikan Islam ?
3. Seperti
apa sistem yang diterapkan pada Pendidikan Islam ?
4. Ke
arah mana orientasi pendidikan Islam ?
5. Bagaimana
metodologi pendidikan Islam ?
C.
TUJUAN PENULISAN
Makalah ini adalah sebuah tulisan yang
disusun dan direncanakan oleh penulis. Hal ini menunjukkan bahwa adanya tujuan
yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yakni :
1. Untuk
mengetahui dan mempelajari tentang visi pendidikan Islam.
2. Untuk
mengetahui dan mempelajari tentang konsep pendidikan Islam.
3. Untuk
mengetahui dan mempelajari tentang sistem pendidikan Islam.
4. Untuk
mengetahui dan mempelajari tentang arah dari orientasi pendidikan Islam.
5. Untuk
mengetahui dan mempelajari tentang metodologi pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
VISI PENDIDIKAN ISLAM
Kata visi berasal dari
bahasa inggris, vision yang berarti penglihatan, daya lihat, pandangan,
impian atau bayangan. Secara sederhana kata visi mengacu pada sebuah cita-cita,
khayalan, keinginan, angan-angan, khayalan, dan impian ideal yang ingin dicapai
dan dirumuskan secara sederhana, singkat, padat, dan jelas namun mengandung
penuh makna.
Visi pendidikan islam
sesungguhnya melekat pada visi ajaran islam itu sendiri yang terkait dengan
visi kerasulan Nabi Muhammad Saw, yaitu membangun sebuah kehidupan manusia yang
patuh dan tunduk kepada Allah serta membawa rahmat bagi seluruh alam, seperti
dalam firman-Nya Q.S Al-Ankabut ayat 16 yang artinya : Dan (Ingatlah)
Ibrahim, ketika ia Berkata kepada kaumnya: “Sembahlah olehmu Allah dan
bertakwalah kepada-Nya. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu
Mengetahui. Kata patuh dan tunduk kepada Allah di dalam ayat ini memiliki
arti yang luas, yaitu melaksanakan segala perintah Allah dalam segala aspek
kehidupan seperti ekonomi, social, politik, budaya, ilmu pengetahuan yang
didasarkan pada nilai kepatuhan dan ketundukan kepada Allah, yaitu nilai
keimanan, ketakwaan, kejujuran, keadilan, kemanusiaan, kesastraan, kebersamaan,
toleransi, tolong-menolong, dan kerja keras. Sedangkan kata rahmat berarti
kedamaian, kesejahteraan, keberuntungan, kasih sayang, dam kemakmuran.
Pendidikan islam yang dilaksanakan harus diarahkan untuk mewujudkan sebuah tata
kehidupan yang mencerminkan nilai-nilai tersebut.
Sehingga visi pendidikan
islam yang sejalan dengan visi ajaran islam yang bertumpu pada terwujudnya
kasih sayang pada semua makhluk ciptaan Tuhan, yaitu sebuah kasih sayang yang
tulus dan menjangkau pada seluruh asperk kehidupan manusia dan digunakan dalam
berbagai aktivitas kehidupan. Hampir tidak ada sebuah aktivitas yang dapat
terlaksana dengan baik tanpa adanya rahmat Tuhan. Visi pendidikan
islam yang bertumpu pada mewujudkan rahmat bagi seluruh alam itu,
memperlihatkan bahwa pendidikan islam memiliki sebuah tanggung jawab yang amat
berat, kompleks, multi dimensil, dan berjangka panjang. Visi pendidikan islam terkait
erat dengan upaya mewujudkan sebuah tata kehidupan yang harmoni, aman, damai,
sejahtera lahir dan bathin.
Berdasarkan
visi tersebut, maka penyimpangan dalam penyelenggaraan pendidikan islam dapat
dengan mudah diketahui. Sebuah kegiatan pendidikan yang memperlakukan anak
didik secara tidak manusiawi; merusak jasmani, rohani, akalnya, dan masa
depannya; serta mengajarkan cara hidup yang keras, tidak bersahabat, atau
mengajarkan memusuhi orang lain dapat diduga bahwa pendidikan itu menyimpang
dari visi pendidiakan islam. Demikian pula sebuah kegiatan pendidikan yang
hanya menyuruh manusia memperhatikan aspek kehidupan atau aspek keakhiratan
saja, atau membuatnya tidak berdaya dalam menghadapi kehidupan, maka pendidikan
tersebut tidak dikatakan sebagai pendidikan islam.
Secara garis besar, konsepsi pendidikan dalam Islam
adalah mempertemukan pengaruh dasar dengan pengaruh ajar. Pengaruh pembawaan
dan pengaruh pendidikan diharapkan akan menjadi satu kekuatan yang terpadu yang
berproses ke arah pembentukan kepribadian yang sempurna. Oleh karena itu,
pendidikan dalam Islam tidak hanya menekankan kepada pengajaran yang
berorientasi kepada intelektualitas penalaran, melainkan lebih menekankan
kepada pendidikan yang mengarah kepada pembentukan keribadian yang utuh dan
bulat. Konsep pendidikan islam yang mengacu kepada ajaran Al-Qur’an, banyak terurai dalam
kisah Luqman. Luqman diberikan keutamaan Allah berupa hikmah, yaitu
ketepatan bicara, ketajaman nalar dan kemurnian fitrah, sehingga ia mengajari
anaknya dan membesarkannya dengan metode hikmah itu pula. Dr. M. Sayyid
Ahmad Al-Musayyar mendapatkan ada tiga
kaedah asasi pendidikan dalam Islam menurut Al-Qur’an yang dijalankan oleh
Luqman kepada anaknya. Kaidah pendidikan tersebut yakni :
1. Peletakan
pondasi dasar, dalam QS. Luqman ayat 16, yaitu
penanaman keesaan Allah, kelurusan aqidah, serta keagungan dan kesempurnaan-Nya.
Kalimat tauhid adalah fokus utama
pendidikannya. Tidak ada pendidikan tanpa iman. Tak ada pula akhlak, interaksi
social, dan etika tanpa iman. Apabila iman lurus, maka lurus pula aspek
kehidupannya. Sebab iman selalu di ikuti oleh perasaan introspeksi diri dan takut terhadap
Allah. Seorang mukmin mesti berkeyakinan bahwa tak ada satu pun yang bisa disembunyikan
dari Allah swt Yang Maha
Mengetahui. Sehingga ia melakukan
seluruh amal dan aktivitasnya semata mencari ridha Allah tanpa sikap riya dan menyakiti
orang lain.
2. Pilar-pilar
pendidikan, seperti
pada QS. Luqman ayat 10.
Ia memerintahkan anaknya untuk (a) shalat sebagai cahaya yang
menerangi kehidupan seorang muslim; (b)
memikul
tanggung jawab
amar ma’ruf nahi munkar, untuk
kritik konstruktif, rasa cinta dan perasaan bersaudara yang besar kepada sesama, bukan untuk
mencari-cari kesalahan dan ghibah; serta (c)
menanamkan
sifat sabar yakni sabar atas ketaatan
hingga ketaatan itu ditunaikan, sabar atas kemaksiatan hingga kemaksiatan itu
dihindari, dan sabar atas kesulitan hidup hingga di terima dengan
perasaan ridha dan tenang. Seorang beriman berada di posisi antara syukur dan
sabar. Dalam kemudahan yang diterimanya, ia pandai bersyukur dan dalam setiap
kesulitan yag dihadapi, ia mesti bersabar dan introspeksi diri.
3. Etika social.
Metode pendidikan Luqman menumbuhkan buah adab yang luhur. Luqman menggambarkan
hal itu dengan larangan melakukan kemungkaran dan tak tahu terima kasih, serta
perintah untuk tidak terlalu cepat dan terlalu lambat dalam berjalan, serta merendahkan
suara. Sebab, semua manusia berasal dari nutfah yang hina dan akan berakhir
menjadi bangkai busuk, merasakan kesakitan jika
tertusuk duri dan berkeringat jika kepanasan. Sebenarnya, pendidikan dapat
diartikan secara sebagai upaya menjaga anak keturunan agar memiliki kualitas
iman prima, amal sempurna dan akhlak paripurna. Di dalam islam, langkah awal pendidikan untuk mendapatkan
kualitas keturunan yang demikian sudah ditanamkan sejak anak bahkan belum
terlahir. Buktinya Manhaj
islam menggariskan bahwa sebaik-baik kriteria dalam memilih pasangan hidup
adalah faktor agama,
bukan karena paras muka dan kekayaannya. Sebab, diyakini, calon orang tua
yang memiliki keyakinan beragama yang baik tentu akan melahirkan anak-anak yang
juga baik. Di dalam ajaran islam, orang tua bertanggung jawab terhadap
pendidikan anak-anaknya. Keduanya berkewajiban mendidik anak-anaknya untuk
mempertemukan potensi dasar dengan pendidikan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad
saw yang menyatakan bahwa : “Setiap anak dilahirkan di atas fitrahnya, maka
kedua orangtuanya yang menjadikan dirinya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi”
(HR Bukhari).
Konsep pendidikan
dalam Islam berkaitan erat dengan lingkungan dan kepentingan umat. Sehingga, dalam prosesnya senantiasa
dikorelasikan dengan kebutuhan lingkungan, dan lingkungan dijadikan sebagai
sumber belajar. Seorang peserta didik yang diberi kesempatan untuk belajar yang
berwawasan lingkungan akan menumbuhkan potensi manusia sebagai pemimpin. Konsep
pendidikan dalam Islam menawarkan suatu sistem pendidikan yang holistik dan
memposisikan agama dan sains sebagai suatu hal yang seharusnya saling
menguatkan satu sama lain.
Pemisahan dan
pengotakan antara agama dan sains jelas akan menimbulkan kepincangan dalam proses
pendidikan. Agama tanpa
dukungan sains akan menjadi tidak mengakar pada realitas dan penalaran,
sedangkan sains yang tidak dilandasi oleh asas agama dan akhlaq atau etika yang
baik akan berkembang menjadi liar dan menimbulkan dampak yang merusak.
Al-Qur’an
berkali-kali meminta manusia membaca tanda-tanda alam, menantang akal manusia
untuk melihat ke-MahaKuasa-an Allah pada makhluk lain, rahasia penciptaan
tumbuhan, hewan, serangga, pertumbuhan manusia, kejadian alam dan penciptaan
langit bumi. Banyak ayat Al-Qur’an yang berisikan tentang kejadian di kehidupan yang menuntut
pemahaman dengan sains/akal manusia. Karena itu, seorang muslim juga diwajibkan
untuk mempelajari sains, karena sains hanyalah salah satu pembuktian kekuasaan
Allah, di samping ayat-ayat qauliyah. Seperti yang diharapkan Al-Ghozali bahwa jika dikaji
lebih mendalam, pendidikan tidak hanya bersifat ukhrowi, bahkan merupakan
manifestasi menuju ke masa depan. Dari pemahaman tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik
sebaiknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Belajar merupakan proses jiwa.
2. Belajar menuntut konsentrasi
3. Belajar harus didasari sikap tawadhu’
4. Belajar bertukar pendapat hendaklah telah mantap
pengetahuan dasarnya.
5. Belajar harus mengetahui nilai dan tujuan ilmu pengetahuan
yang di pelajari
6. Belajar secara bertahap
7. Tujuan belajar untuk berakhlakul karimah.
C. SISTEM PENDIDIKAN ISLAM
Dilihat dari segi sumber dan tata
nilai atau muatan filosofis yang mendasarinya, pendidikan Islam secara khusus
memiliki perangkat sistem pendidikan yang di dalamnya tergambar visi, misi,
tujuan dan orientasinya. Sistem pendidikan Islam yang berasaskan agama berakar
pada doktrin ajaran Islam yang bersumberkan Al-Qur’an dan hadits. Sistem
pendidikan Islam bersifat integral, utuh, dan meliputi keseluruhan dimensi
kebutuhan manusia sebagai subyek pendidikan. Hal ini berarti bahwa sistem
pendidikan Islam bersifat menyeluruh dan komprehensif, dalam arti bahwa
nilai-nilai dasar ajaran Islam terpadukan dan terintegrasikan ke dalam ruang
dan aktifitas pendidikan pada semua pola, level, dan tingkatan. Sifat
integralistik dan totalitas sistem pendidikan Islam meliputi beberapa hal-hal:
1. Sistem pendidikan Islam tidak
memisahkan nilai-nilai moral dan Ketuhanan dari nilai-nilai hidup keduniawian.
2. Totalitas bangunan sistem pendidikan Islam
menyatupadukan dan menyelaraskan antara kepentingan dunia dan akhirat.
3. Sistem
pendidikan Islam menyeimbangkan antara pendidikan akal (intelektual) dan
pendidikan moral-spiritual.
4. Keseluruhan visi, orientasi dan misi sistem
pendidikan Islam bertujuan untuk menyeimbangkan antara prinsip kepentingan
individu dan prinsip kepentingan masyarakat agar pola-pola hubungan dan tatanan
sosial Islami dalam kehidupan masyarakat dapat terbina dan terjaga dengan baik.
5.
Sistem
pendidikan Islam bertujuan memperkuat dasar komitmen ajaran hub. manusia dengan
Allah (hablum minallah) dan hub. manusia dengan sesama (hablum minannas)
dalam keseimbangan atas dasar paradigma idealitas Ilahiyah dan realitas
insaniyah.
Pada tataran praktis, pendidikan Islam sebagai
sebuah sistem seperti sistem pendidikan pada umumnya, meliputi
komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain dalam pelaksanaan proses
pembelajaran yakni isi, metode, media, tujuan, dan evaluasi. Selain itu, komponen
utama dalam proses pembelajaran, yaitu: pendidik, peserta didik, dan kurikulum.
D. ORIENTASI PENDIDIKAN ISLAM
Orientasi adalah suatu
penetapan atau perasan tentang posisi seseorang dalam kaitannya dengan
lingkungan atau dengan orang tertentu atau sesuatu yang khusus atau lapangan
pengetahuan. Ada pun orientasi pendidikan islam itu sendiri bahwa islam lebih
mementingkan hidup masa depan yang bernilai duniawi-ukhrawi. Sebagaimana dalam
firman Allah SWT yang artinya: hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri manusia memperhatikan hal-hal yang
diperbuatnya untuk hari esok akhirat) bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Hasyr: 18).
Ayat di atas memberikan
indikasi bahwa pendidikan islam memiliki keseimbangan antara ilmu dunia
akhirat. Sehingga ketika orang melakukan perbuatan yang dilarang maka ia
mempertimbangkannya kembali. Sebab jika melakukan perbuatan itu, berarti ia
telah merusak kehidupan masa depannya. Ada 3 sumber pokok orientasi pendidikan
islam, yakni:
1. Orientasi pengembangan kepada Allah Yanga Maha Mengetahui, yang
menjadi sumbernya segala sumber ilmu pengetahuan.
2. Orientasi pengembangan ke arah kehidupan sosial manusia, di mana
hubungan antar manusia semakin kompleks dan luas ruang lingkupnya akibat
pengaruh kemajuan ilmu dan teknologi modern yang maju pesat.
3. Orientasi pengembangan ke arah alam sekitar yang diciptakan Allah
untuk kepentingan hidup umat manusia, mengandung macam kekayaan alam yang harus
digali, dikelola dan dimanfaatkan oleh manusia bagi kesejahteraan hidupnya di
dunia untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat.
E. METODOLOGI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
Metodelogi pendidikan agama adalah segala
usaha yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan agama,
dengan melalui berbagai aktifitas, baik di dalam maupun di luar kelas dalam
lingkungan sekolah.
Marilah kita lihat beberapa ayat al-qur’an
yang dapat dijadikan petunjuk dalam membicarakan metodologi pendidikan Islam
ini ;
“Semua
makna al-Qur’an itu ditanamkan kedalam hati nabi Muhammad saw, dan dengan
ucapan nabi muhammad-lah al-Qur’an itu dilafalkan.Apabila makna al-Qur’am itu
dibacakan (oleh nabi Muhammmad) maka ikutilah bacaan itu (diujukan kepada sahabat
nabi yang hadir sewaktu wahyu turun kepada nabi). Ayat al-Qur’an ini memberikan
gambaran kepada kita tentang metode mengajar dalam suatu proses belajar. Semua
bahan pelajaran yang hendak diajarkan haruslah dikuasai oleh guru
sebaik-baiknya. Metode resitas atau metode pengulangan dapat digunakan.
ù&tø%$#
ÉOó$$Î/
y7În/u
Ï%©!$#
t,n=y{
ÇÊÈ t,n=y{
z`»|¡SM}$#
ô`ÏB
@,n=tã
ÇËÈ ù&tø%$#
y7/uur
ãPtø.F{$#
ÇÌÈ Ï%©!$#
zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/
ÇÍÈ zO¯=tæ
z`»|¡SM}$#
$tB
óOs9
÷Ls>÷èt
ÇÎÈ
”Hai Muhammmad ! Bacalah ! dengan menyebut nama Allah Yang
menciptakan alam semesta. Ialah yang menciptakan manusia dari segumpal darah,
Bacalah muhammad, bahwa tuhanmu itu amat mulia, yang mengajar dengan perantara
kalam. (Q.S. Al-Alaq).
Secara Lahiriyah ayat tersebut
memberi suatau petunjuk tentang metode mengajar, bahwa pelajaran yang utama
adalah membaca. Di dalam membaca terkandung makna hendak memberikan
pengetahuan. Pengetahuan yang mula-mula diketahui oleh manusia ialah nama. Nama
adalah simbol pengetahuan permulaan dan dari nama orang dapat membuat
pengertian atau konsep ilmu pengetahuan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Visi pendidikan islam sesungguhnya melekat pada visi ajaran islam
itu sendiri yang terkait dengan visi kerasulan Nabi Muhammad Saw, yaitu
membangun sebuah kehidupan manusia yang patuh dan tunduk kepada Allah serta
membawa rahmat bagi seluruh alam, seperti dalam firman-Nya Q.S Al-Ankabut ayat
16.
Konsepsi
pendidikan dalam Islam adalah mempertemukan pengaruh dasar dengan pengaruh
ajar. Pengaruh pembawaan dan pengaruh pendidikan diharapkan akan menjadi satu
kekuatan yang terpadu berproses
kearah pembentukan kepribadian sempurna. Konsep pendidikan islam yang mengacu pada Al-Qur’an, banyak terdapat pada kisah Luqman
Dilihat
dari segi sumber dan tata nilai atau muatan filosofis yang mendasarinya,
pendidikan Islam secara khusus memiliki perangkat sistem pendidikan yang di
dalamnya tergambar visi, misi, tujuan dan orientasinya. Sistem pendidikan Islam
yang berasaskan agama berakar pada Al-Qur’an dan hadits. Sistem pendidikan
Islam bersifat integral, utuh, dan meliputi keseluruhan dimensi kebutuhan
manusia sebagai subyek pendidikan. Hal ini berarti bahwa sistem pendidikan
Islam bersifat menyeluruh dan komprehensif, dalam arti bahwa nilai-nilai dasar
ajaran Islam terpadukan dan terintegrasikan ke dalam ruang dan aktifitas
pendidikan pada semua pola, level, dan tingkatan.
Orientasi adalah suatu penetapan atau
perasan tentang posisi seseorang dalam kaitannya dengan lingkungan atau dengan
orang tertentu atau sesuatu yang khusus atau lapangan pengetahuan. Ada pun
orientasi pendidikan islam itu sendiri bahwa islam lebih mementingkan hidup
masa depan yang bernilai duniawi-ukhrawi.
Metodelogi pendidikan agama adalah segala usaha yang
sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan agama, dengan melalui
berbagai aktifitas, baik di dalam maupun di luar kelas dalam lingkungan
sekolah.
B.
SARAN-SARAN
1.
Hendaknya guru sebelum memberikan pengajaran tentang
pendidikan Islam, mengetahui visi, misi, konsep, sistem, orientasi dan
metodologi dari pendidikan Islam.
2.
Perlunya mengurangi masalah pada pendidikan Islam yang
berkaitan dengan metodologi.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiaah, Dkk. 2001. Metodologi
Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
Zuhairini, Dkk. 1981. Metodik
Khusus Pendidikan Agama. Surabaya : Usaha Nasional.
No comments:
Post a Comment